Sabtu, 18 Februari 2017

Rasa Baru di Kelas Bunda Sayang

Materi Bunda Sayang dari IIP bukan materi yang asing bagi saya. Sebelum terbentuknya IIP Bandung pun saya sudah mengenal materi ini. Saat itu IIP rutin mengadakan Kuliah Online melalui wiziq.com. Materi-materi kuliaj diberikan secara langsung oleh Ibu Septi dengan interaktif.

Setelah terbentuknya IIP Bandung, saya pun pernah memegang amanah menjadi admin grup WA yang didalamnya secara rutin membahas materi-materi Bunda Sayang. Kemudian saya pun menginisiasi Rumah Belajar Cikutra sebagai tempat belajar offline. Salah satu kegiatannya adalah membahas materi-materi Bunda Sayang yang hingga kini sudah selesai hingga 12 materi.

Artinya, materi komunikasi produktif yang merupakan materi pertama dari Bunda Sayang bukanlah materi baru bagi saya. Namun, jika diprosentasikan angka pegamalan dalam pendidikan anak, justru materi inilah yang paling sulit untuk konsisten. Mungkin itulah mengapa Ibu Septi memasukkannya sebagai materi pertama. Karena saya akui, komunikasi produktif akan menjadi langkah dasar kita dalam mengamalkan ilmu lainnya seputar mendidik anak.

Saat memasuki Kelas Bunda Sayang di grup WA, barulah saya benar-benar terpacu untuk sukses dalam Komunikasi Produktif. Ibu Septi dengan keahlian dan pengalamannya mampu meramu materi lama menjadi terus segar dan terasa baru. Walau sudah beberapa kali mengikuti materi ini. Namun ada banyak rasa yang berbeda, semangat yang berbeda, dan pengetahuan yang terus bertambah. Tidak ada yang basi di kelas ini. Karena Ibu Septi mampu mengolahnya hingga selalu tersaji dengan segar.

Memasuki tantangan 10 hari, saya pun bertekad untuk dapat mengaplikasikan ilmu ini lebih baik lagi. Apalagi saat ini saya menghadapi tantangan baru dalam mendidik anak-anak. Karena setiap anak itu unik, walau berpengalaman dengan anak pertama, akan selalu ada yang baru saat menghadapi anak kedua, ketiga, dan keempat. Hingga akhirnya saya menemukan pola perbaikan komunikasi saya dengan anak dan suami.

Pola pertama, adalah menahan marah dan memaafkan. Bagian penting dari komunikasi yang kita lakukan adalah diterimanya pesan sesuai keinginan kita. Ketika kenyataan tidak sesuai harapan, muncullah rasa kecewa. Rasa ini rentan menimbulkan amarah yang akhirnya merusak tatanan komunikasi kita. Ketidakpiawaian saya dalam mengolah bahasa tubuh serta bahasa lisan sering membuat kondisi ini terjadi. Pada tantangan 10 hari saya mencoba menerapkan prinsip menahan marah yang dilanjutkan dengan memaafkan. Karena untuk menahan marah adalah hal yang mudah. Tapi dengan menahan marah tidak otomatis kesal dan kecewa kita hilang. Seringkali hanya tertimbun yang sewaktu-waktu bisa meledak dan menimbulkan efek yang lebih buruk. Maka prinsip selanjutnya adalah memaafkan, dengan melapangkan hati dan hanya mengingat-ingat kebaikan. Sehingga, kita bisa tetap tenang bersikap.

Prinsip kedua yang sama temukan dalam perjalanan 10 hari ini adalah Cinta dan Terima Kasih. Anak-anak adalah makhluk yang paling alami dan natural. Jika kita mengatakan bahwa teguran, nasihat, bahkan omelan yang kita sampaikan pada mereka adalah bukti cinta, maka sulit mereka untuk menerimanya. Karena alaminya cinta itu berupa senyuman, ucapan mesra dan lembut, disertai peluk dan kecup. Dengan menunjukkan cinta sealami mungkin untuk mereka. Insya Allah mereka pun akan secara alami berada pada fitrah keimanan serta kesholehannya. Selain ungkapan cinta, juga jangan pernah sungkan mengucapkan terima kasih atas berbagai kebaikan yang dapat mereka lakukan.

Semoga kedua prinsip yang telah saya temukan, mampu terus mewujud dalam pola komunikasi saya terutama dengan anak-anak. Terima kasih Ibu Septi atas tantangan 10 harinya. Insya Allah saya siap dengan tantangan lain yang dapat membuat saya terus belajar menjadi lebih baik

#KomunikasiProduktif
#AliranRasa
#IIP