Kamis, 20 April 2017

Gaya Belajar Anak #1

Memasuki materi keempat perkuliahan Bunda Sayang, kami ditantang untuk mengamati setiap pola belajar anak-anak. Hal ini terutama dimaksudkan agar kami, para orangtua dapat memahami modalitas belajar mana yang lebih dominan pada anak-anak. Karena dengan memahami modalitas tersebut, akan memudahkan orangtua dalam memfasilitasi kegiatan belajar anak-anak.

Hari pertama tantangan
Hari ini di Homeschooling Bina Ceria, berencana melakukan proyek pembuatan bolu kukus. Ide ini muncul pertama kali dari Ira yang mendapati resep bolu kukus dari buku ceritanya. Sebenarnya membuat bolu selama ini selalu kami skip, karena keterbatasan alat-alat yang kami miliki. Kami belum memiliki mixer dan oven sebagai alat utama dalam pembuatan bolu. Namun, rasa optimis Ira akan rencana ini membuat kami ikut semangat mewujudkannya.

Ira pun bertindak sebagai pimpinan proyek kali ini. Sejak pagi kami ajak anak-anak untuk mendata alat dan bahan yang diperlukan, serta bekerjasama menyiapkannya. Kali ini Ira berinisiatif mengambil lebih banyak peran, semangatnya untuk mempraktekkan temuannya, membuat kemandiriannya dalam proyek kali ini sangat kentara. Naura, Ardi, bahkan Ummi sekalipun hanya ditempatkan sebagai pemeran pembantu. Mulai dari belanja bahan, pembuatan adonan hingga pengukusan. Kami -saya dan adik2nya- hanya membantu sesuai dengan instruksi Ira.

Sependek yang saya amati, pola belajar Ira yang tampak dalam kegiatan ini cenderung visual, dia mencoba memahami apa yang dibacanya, kemudian berusaha memvisualisasikan imaji bacaannya melalui praktek. Semua tahapan praktek pembuatan bolu dilakukannya berdasarkan apa yang dia baca. Ira memang seorang pembaca yang tekun.

Sedangkan Naura, pada kegiatan ini menunjukkan pola kinestetik. Untuk memahami cara kerja barang baru serta mengetahui nama sebuah bahan, harus selalu melalui sentuhan dan gerakan. Seperti saat melihat mixer, dia belum paham cara kerjanya sebelum dia mencoba sendiri. Demikian pula Ardi yang baru berusia 18 bulan, semua harus dicobanya dan dirasakan dengan indranya, baru dia memahami. Seperti istilah panas, dia paham tentang panas setelah dia mencoba dan menyentuh barang yang panas.

Itulah sekelumit pengamatan belajar anak-anak hari ini.

#Tantangan10Hari
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Jumat, 07 April 2017

My Family My Team #10

Lanjutan Proyek Ramadhan

Setelah terhenti hampir seminggu, alhamdulillah hari ini anak-anak siap kembali melanjutkan proyek menyambut Ramadhan. Lemahnya konsistensi kami dalam menjaga komunikasi produktif tampak sekali dalam pelaksanaan proyek keluarga ini. Sehingga, anak-anak merasa kurang termotivasi untuk melanjutkan proyek yang sudah mereka rencanakan. Alahamdulillah dengan penemuan ide baru untuk proyek menghias kaca depan, anak-anak hari ini kembali bersemangat melanjutkan proyek.

Hari ini anak-anak bersama saya membuat hiasan kaca depan rumah yang bertuliskan Marhaban Ramadhan. Hal ini ditujukan sebagai pengingat agar kami mempersiapkan diri memasuki bulan Ramadhan. Ira dan Ummi lebih banyak terlibat aktif dalam pembuatan karya ini. Sedangkan Naura, lebih banyak memilih peran menemani Ardi bermain. Alhamdulillah rancangan hari ini selesai dengan baik. Tinggal menyelesaikan rancangan lain yang belum tuntas.

My Famiy My Team #8 #9

Proyek Walimah Seru

Sabtu-Ahad, 1-2 April kemarin merupakan akhir minggu yang cukup sibuk. Ada acara walimah nikah di dua keluarga sekaligus, di keluarga Suci dari pihak suami dan di keluarga Jamika dari pihak saya. Belum lagi, di hari Ahad, ayah ada acara di kantornya, padahal beliau dipercaya menjadi salah satu panitia di Walimah keluarga Suci. Akhirnya, sejak hari sabtu kami pun berbagi tugas. Agar anak-anak dapat lebih memaknai kegiatan ini, maka kami mengajak mereka menyusunnya menjadi sebuah proyek. Kebetulan, Bani juga sedang menjalani libur dari Pesantrennya. Maka, kami namai proyek ini sebagai "Proyek Walimah Seru".

Karena ayah yang harus menjalani tugas kantor sejak malam ahad, maka kami membagi anak-anak menjadi dua. Ira dan Naura akan menjalani proyek ini bersama keluarga Jamika. Sedangkan Umi, Bani dan Ardi menjalani proyek ini bersama keluarga Suci. Berikut rincian proyeknya

Proyek Walimah Seru

Tujuan
1. Membantu dua keluarga yang melaksanakan walimah 'ursy agar lancar dan barokah
2. Berperan sesuai kemampuan dan mendapatlan ilmu dari peran tersebut
3. Agar setiap kegiatan terasa seru

Organisasi
Pimpinan : Ayah
Asisten : Ummi
Anggota : Bani, Ira, Naura, Ardi

Pembagian Tugas
Ayah:
Membantu persiapan acara dan tempat di walimah mang iman, dan menentukan tugas masing-masing anggota
Ummi:
Membantu memastikan semua terlaksana dengan baik terutama saat ayah tidak ada
Bani:
Membantu teknis di walimah mang iman sebagai pembaca al-Qur'an
Ira dan Naura:
Membantu di walimah wa Evi sebagai pengasuh dan menggembirakan anak kecil
Ardi:
Tertib dan ceria mengikuti acara walimah

Waktu Pengerjaan:
Sabtu-Ahad, 1-2 April 2017

alhamdulillah proyek berjalan dengan lancar. Semua pihak mengerjakan tugasnya dengan baik, walau ada laporan sempat terjadi "bentrokan" antara Ira dan Naura karena berebut perhatian Aki. Sayangnya, belum sempat dilakukan evaluasi terhadap proyek ini. Padahal saya berharap, anak-anak dapat memaknai dan belajar hal baru dari kegiatan ini.


Selasa, 04 April 2017

My Family My Team #5 #6 #7

Proyek Menyambut Ramadhan

Rencana besar kami di bulan ini adalah menata ruang depan sebagai ruang utama. Untuk memudahkan penataan, kami membagianya dalam beberapa proyek, proyek pertama telah selesai dilakukan, yaitu Perpustakaan Ardi. Walau ada yang tidak tuntas. Ketidaktuntasan proyek karena ayah kurang terlibat menyelesaikan tugasnya. Kesibukan ayah membuatnya belum ikut terjun dalam proyek kali ini. Proyek selanjutnya adalah menyambut bulan Ramadhan. Kami berencana membuat beberapa ornamen terkait Ramadhan. Selain sebagai peghias ruangan, tentu pengingat bagi kami akan datangnya bulan mulia ini. Berikut rancangan proyeknya,
____________________________________________________________________________________
Menyambut Ramadhan

Tujuan:
1. Pengingat bagi kami untuk mempersiapkan jasmani dan ruhani dalam memasuki bulan Ramadhan
2. Mempercantik ruang depan dengan ornamen-ornamen Ramadhan

Rincian proyek:
1. Membuat hiasan kaca depan bertuliskan "Marhaban Ya Ramadhan"
2. Menempel label istilah Ramadhan beserta gambarnya
3. Membuat "Ulil Kebaikan Ramadhan"
4. Kalender Hitung Mundur Ramadhan

Pembagian Tugas:
Pimpinan : Naura
Anggota : Ayah, Ummi, Ira, dan Ardi

Waktu Pelaksanaan :
Satu minggu
___________________________________________________________________________________

Proyek ini mulai direncanakan sejak hari Rabu, 29 Maret 2017. Hari itu saya mulai dengan brainstorming ide kegiatan yang akan dilakukan juga pemilihan pimpinan proyek. Sesuai kesepakatan di awal, bahwa Pimpinan proyek akan dilakukan secara bergilir. Maka, dipilihlah Ira untuk proyek kali ini. Namun, pada keesokan harinya, Ira menolak menjadi Pimpinan. Dia tampak malas dan bosan dengan permainan ini. Saya pun berusaha mencari cara menumbuhkan semangatnya kembali.

Alhamdulillah, Naura tiba-tiba mengacungkan tangan menawarkan dirinya untuk menjadi Pimpinan. Dia pun bertanya tentang seperti apa tugas Pimpinan. Maka kegiatan hari Kamis itu kami awali dengan diskusi tentang tugas Pimpinan. Setelah diskusi, kami kembali bersemangat, dan memulai aktifitas sesuai dengan arahan Pimpinan. Hari Kamis, kami berhasil menyelesaikan "Ulil Kebaika Ramadhan" dan separuh hiasan kaca. Karena waktu yang telah disepakati sudah habis, maka kami memutuska melanjutkan kegiatan esok harinya.

Pada keesokan harinya, kegiatan proyek agak terhambat. Rencana walimah dua keluarga kami di Suci dan Jamika sempat membuat perhatian kami teralihkan. Sehingga, kegiatan hari Jumat tidak sesuai rencana. Dan akhirnya kami memutuskan melanjutkan proyek ini di minggu depan.

#TantanganHariKelimaKeenamdanKetujuh
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

My Family My Team #3 #4

Proyek Yang Terlewatkan
 
Hari sabtu dan ahad, 25-26 Maret kemarin, kami mengisi hari kami dengan berlibur ke kampung halaman. Agenda utamanya sebenarnya adalah menengok bibi yang sedang sakit. Namun, karena ada banyak keceriaan yang ditawarkan di "lembur", maka pasti kunjungan ini sekaligus liburan untuk anak-anak.

Karena diniatkan sebagai liburan, maka kami mengagendakan proyek keluarga libur terlebih dahulu. Dan akan berlanjut setelah liburan usai. Padahal, setelah kami ingat-ingat kembali, kegiatan liburan di "lembur" ini bisa menjadi proyek keluarga juga. Karena selama proses ini, kami melakukan pembagian tugas serta pengorganisasian. Kurangnya tidak tercatat dan terencana dengan baik saja. Dan sayangnya, baru terpikir setelah kami pulang. Namun begitu, akan tetap kami tuliskan di sini ide proyek liburan di lembur agar bisa menjadi pengingat di masa depan.

Jika dituliskan berikut rincian proyek kali ini,
__________________________________________________________________________________
Menengok Nini di Cihaur

Tujuan:
1. Menengok Nini di Cihaur yang sakit sudah hampir sebulan
2. Mengantar Nini ke rumah anaknya di Garut untuk "titrah"
3. Bermain dan menemukan keseruan baru di lembur Cihaur

Organisasi:
  • Pimpinan : Ayah
  • Bagian Logistik : Ummi
  • Bagian Keamanan Anak-anak: Bani
  • Penggembira : Ira, Naura, dan Ardi

Pembagian Tugas:
  • Ayah : Menyiapkan dana, menentukan waktu pelaksanaan kegiatan, menjadi penanggungjawab secara keseluruhan
  • Ummi: menyiapkan perbekalan, menjadi asisten ayah dalam menjalankan dan mengawasi seluruh rangkaian kegiatan
  • Bani: Memperhatikan keamanan dan kenyamanan kendaraan serta segala hal saat kegiatan berlangsung
  • Ira : mendampingi Naura menemukan keseruan baru
  • Naura dan Ardi : bersama Ira dan Ardi menemukan keseruan baru

Waktu pelaksanaan: Sabtu-Ahad, 25-26 Maret 2017
__________________________________________________________________________________

 Alhamdulillah kegiatan berjalan dengan baik dan lancar selama dua hari. Ada banyak keseruan baru yang didapat anak-anak. Salah satunya mereka belajar mengenal "pancakaki" atau silsilah keluarga dalam keluarga ayah. Anak-anak juga kami mendapatkan banyak pengalaman baru menikmati alam pedesaan yang masih kental dengan sawah, kolam ikan, serta keramahtamahan penduduknya. Semoga di kegiatan berikutnya, kami lebih dapat memaknai setiap kegiatan agar efektif dan efsisien.

#TantanganHariKetigadanKeempat
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Jumat, 24 Maret 2017

My Family My Team #2

 Melanjutkan kegiatan proyek Perpustakaan Ardi kemarin, agenda hari ini adalah finishing. Kegiatan finishing terdiri dari: melabeli rak buku, membuat papan nama, serta reparasi buku rusak. Namun sayang, karena sudah empat hari ini Naura mengeluh sakit gigi hingga gusinya bengkak. Maka, hari ini Naura bersama ayah pergi berobat ke dokter gigi. Sehingga, kegiatan finishing hanya dilakukan oleh kami bertiga, Ummi, teh Ira, dan Ardi.

Kegiatan dimulai dengan membuat papan nama. Bahan yang digunakan adalah kertas-kertas warna yang tersedia di rumah. Atas ide teh Ira, tulisan dibuat dalam kertas putih yang kemudian ditempel di kertas warna. Ardi ikut terlibat dalam kegiatan ini, dengan mencoret crayon warna ke kertas putih sehingga membuatnya bercorak. Selesai membuat papan nama, dilanjutkan dengan membuat label nama untuk setiap rak.

Ira memutuskan untuk tidak melanjutkannya dengan hiasan seperti yang direncanakan. Karena ada rencana mengecat ulang tembok ruangan. Khawatirnya nanti hiasannya malah akan rusak saat pengecatan dilakukan. Meski hasilnya sederhana dan minimalis, tapi kini rak-rak buku tersebut terlihat lebih rapi.

#TantanganHariKedua
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

My Family My Team #1

Meihat perkembangan anak-anak setelah menjalani materi komunikasi produktif dan kemandirian, kami mencoba merancang ide kembali membuat proyek bersama. Alhamdulillah ternyata, ide tersebut senada dengan tugas materi perkuliahan Bunda Sayang selanjutnya. Ide besarnya, kami ingin mengajak anak-anak untuk menata rumah sesuai dengan harapan mereka. Tujuannya agar meraka lebih bersemangat membelajarkan diri mereka di rumah ini.

Rencana ini kami mulai dari ruang paling depan. Ruang depan yang berukuran 2,5x3,5m memiliki banyak fungsi. Selain sebagai ruang tamu, ruangan ini menjadi perpustakaan utama di rumah kami. Karena di setiap kamar tidur juga tersedia perpustakaan masing-masing. Namun sejak Ardi semakin lincah dan aktif, ruangan ini seringkali terlihat semrawut. Karena selain buku-buku, beberapa mainan serta alat-alat belajar kami simpan di sini. Waktu itu karena Naura membuka program Sekolah Naura, yang sudah lama tidak aktif lagi.

Projek ini kami mulai dengan barinstorming atau curah gagasan. Beberapa hari lalu anak-anak mengikuti game "7 Kesalahan". Mereka kami tantang untuk menemukan 7 kesalahan di ruang depan yang membuat ruangan tersebut tidak nyaman. Dari sana, kami pun menantang mereka untuk menemukan "7 kebaikan", yaitu 7 hal yang bisa membuat ruangan depan lebih nyaman. Dari permainan tersebut muncul berbagai gagasan untuk menata ruang depan. Kami pun memilih hal termudah terlebih dahulu untuk dijadikan projek bersama.

Pemilihan tersebut jatuh pada penataan rak buku kecil. Karena sebagian besar buku-buku di sana sudah menjadi konsumsi bacaan Ardi, maka kami berencana menjadikannya Perpustakaan Ardi. Jadilah proyek pertama kami adalah "Perpustakaan Ardi". Hari pertama, kami awali dengan pagi merencana, yaitu membuat rancangan proyek di pagi hari. Sore hari sebelumnya kami telah menentukan Ketua Proyek kali ini adalah Ummi. Inilah rincian rencana yang telah kami buat,



Perpustakaan Ardi
Tujuan :
*    Merapihkan rak buku di ruang tamu
*    Mengumpulkan buku & barang – barang untuk  aktifitas Ardi
*    Menyibukkan Ardi agar mengurangi ASI di siang hari

Organisasi :
*    Penanggung jawab / Supervisor : Ayah
*    Pimpinan : Ummi
*    Sekertaris : Ira
*    Anggota : Naura, Ardi

Pembagian Tugas :
*    Ayah : memantau, menilai dan mereparasi buku yang rusak
*    Ummi : menyiapkan peralatan, membereskan rak, mengamankan Ardi dan menata rak
*    Ira & Naura : membereskan rak, menata rak, memilah buku
*    Ardi : menyimpan buku / barang ke tempatnya

Waktu pengerjaan : 
Kamis – Jum’at, 23 – 24 Maret 2017



Alhamdulillah hari pertama kami lalui dengan baik. Dari alokasi waktu selama 2 jam, ternyata kami berhasil menyelesaikan rencana hanya dalam satu jam. Sehingga kami memiliki bonus waktu satu jam yang dijadikan sebagai free time sebelum anak-anak melakukan aktifitas lainnya. Tahap pertama hari ini baru pada mensortir dan merapihkan buku serta mainan. Insya Allah di hari kedua, Jumat, kami akan mulai menghias dan memberikan label untuk perpustakaan ardi.

#tantanganharipertama
#level3
#myfamiliymyteam
#kuliahbunsayiip

Sabtu, 11 Maret 2017

Tujuh Hari Kedua Tantangan Kemandirian

Setelah selesai minggu pertama tantangan kemandirian, maka kami pun berlanjut pada minggu berikutnya. Ternyata, tantangan di minggu kedua terasa lebih besar dibandingkan minggu pertama. Terutama terkait konsistensi pelaksanaan tantangan.

Tantangan Ira
Di minggu pertama, Ira kami latih dalam hal kemandirian emosional. Walau belum penuh sempurna, namun dia meminta untuk berpindah jenis tantangan. Maka, di minggu kedua ini tantangan bagi Ira seputar kemandirian belajarnya. Semenjak beberapa minggu sebelumnya, Ira menginginkan dirinya memiliki program ODOJ (One Day One Juz), yaitu membaca al-Qur;an sehari satu Juz. Dia sendiri terinspirasi dari kakaknya yang sering bercerita bahwa di Pesantrennya, dia dapat menyelesaikan membaca al-Qur'an dalam sehari sampai dua atau tiga Juz. Dan itu mempermudah proses hafalan al-Qur'annya.

Sebagai bagian dari kemandirian belajarnya, kami pun membiarkan Ira menentukan bahwa di Minggu ini dia memiliki target untuk bisa membaca al-Qur'an sehari satu Juz. Alhamdulillah, Ira berhasil di hari pertama. Tantangan mulai muncul di hari kedua, apalagi saat itu dia menginap di rumah neneknya. Keasyikan bermain di rumah neneknya, membuat di agak lengah dengan targetnya. akhirnya, di hari kedua dan ketiga tantangan, Ira tidak berhasil mencapai targetnya. Saya ajak Ira untuk berdiskusi mengenai penyebabnya, serta belajar menemukan solusi terbaiknya. Alhamdulillah, di hari berikutnya hingga minggu ini berakhir, Ira dapat mencapai target ODOJnya.

Tantangan Naura
Walau di minggu pertama, Naura yang paling sempurna mendapatkan tanda ceklis. Namun, kami meihat kebiasaan shalat shubuh dengan baik belum menjadi keseharian Naura. Butuh tambahan waktu bagi Naura untuk menjadikan hal tersebut bagian dari kemandiriannya. Maka, dalam rangka menyiasati hal itu, kami mengusulkan pada Naura agar tantangan di minggu kedua adalah "bangun tanpa rewel". Alhamdulillah Naura pun setuju.

semenjak hari pertama, Naura berusaha menampilkan kemandirian terbaiknya. Saat dibangunkan di shubuh hari, tidak butuh waktu lama agar dia kemudian bangun sendiri lanjut dengan mengambil air wudlu. Padahal biasanya, butuh waktu agak lama untuk menunggu kesadaran Naura hadir. Dengan adanya tantangan ini, Naura berusaha menampilkan kemandiriannya dengan baik. Seperti di minggu sebelumnya, dia pun mendapat ceklis penuh selama seminggu kedua ini.

Tantangan Ardi
Merasa belum sempurna dengan proses pelaksanaan tantangan di minggu pertama, maka kami pun menuliskan kembali "satu popok sehari" dalam program latiha kemandirian di minggu ini. Ternyata tantangan di minggu kedua lebih berat. Kegiatan saya yang cukup padat di minggu ini, kondisi cuaca yang lebih dingin dari biasanya serta kurangnya komunikasi dengan pasangan tentang hal ini menyebabkan proses latihan satu popok sehari di minggu ini banyak diwarnai kegagalan.

Mulai dari hari pertama, saat itu saya berkegiatan di luar dan Ardi bersama ayahnya, karena merasa kewalahan dengan ritme pipis Ardi yang cukup sering disebabkan cuaca dingin, maka Ardi pun dipakaikan pospak. Padahal biasanya Ardi memakai pospak hanya di malam hari. Demikian pula di hari kelima dan keenam, saat saya mengikuti Ujian Kursus Menjahit dan Ardi bersama ayahnya, akhirnya Ardi dipakaikan pospak di siang hari. dari tujuh hari di minggu ini, hanya tiga hari saja Ardi berhasil menjalankan program satu popok sehari.

Hal ini menjadi pukulan telak bagi saya sebagai ibunya. Karena pada dasarnya, latihan kemandirian bagi Ardi terletak pada konsistensi Ibu dalam melatihnya. Lemahnya penguatan komunikasi dengan sang ayah juga menjadi pemicu kegagalan. Adapun mengenai cuaca yang lebih dingin serta kegiatan saya yang padat hanyalah salah satu bagian pemicu yang sebenarnya dapat diantisipasi dengan baik, jika mampu mengkomunikasikannya dengan pasangan.

Demikianlah paparan mengenai pelaksanaan latihan kemandirian di minggu kedua ini. Masih banyak hal yang harus dibenahi terutama mengenai komuikasi produktif baik dengan anak maupun pasangan. Naura yang masih menggantungkan konsstensinya pada adanya reward and punishment, serta Ardi yang masih harus terus dilatih toilet trainingnya merupakan PR besar bagi tantangan kemandirian ke depannya.


Senin, 06 Maret 2017

Tujuh Hari Pertama Tantangan Kemandirian

Tantangan kemandirian bagi pelaku Homeschooling seperti kami merupakan materi utama setiap hari. Namun, pada prakteknya masih tetap naik turun. Dengan adanya tantangan kemandirian dari Kuliah Bunda Sayang, memacu kami untuk terus semangat dalam menanamkan kemandirian pada putra-putri kami. Proses pelaksanaan tantangan sudah kami mulai sejak tanggal 25 Pebruari yang lalu. Jadi, sebenarnya hari ini kami sudah memasuki minggu kedua. Namun, kami baru sempat melaporkannya hari ini.

Memilih keterampilan
Dalam pemilihan jenis keterampilan yang akan dilatihkan dalam tantangan ini, kami pun mengajak anak-anak untuk berdiskusi. Bagi Ira, di usianya yang kesembilan tahun ini, kemandirian emosional serta kemandirian belajar menjadi fokus utama kami. Untuk itu kami memandu Ira untuk belajar meningkatkan kecerdasan emosional, terutama dalam mengelola sabar. Akhirnya, Ira pun sepakat untuk minggu pertama kali ini, melatihkan sikap sabar terutama saat menemani Naura, adiknya, bermain. Sedangkan Naura, setelah mampu membiasakan shalat 5 waktu, kini waktunya memperbaiki rutinitas shalat shubuh. Sulitnya Naura bangun shubuh, menyebabkan dia sering melaksanakan shalat shubuh dalam kondisi rewel karena kesiangan. Maka Naura pun memilih untuk melatih dirinya agar tidak rewel untuk shalat shubuh. Adapun Ardi, di usianya yang sudah 16 bulan, kami memang sudah mulai melatih buang air di jamban sejak usia 6 bulan. Namun keberadaan pospak masih sering membuat kami lengah untuk memberi target. Hingga hari ini, jika ada kondisi sedikit saja di luar normal, seperti frekuensi pipis Ardi yang lebih sering, atau kami sedang agak repot, maka kami memilih pospak. Dalam tantangan kemandirian minggu pertama kali ini, kami ingin melatih Ardi hanya menghabiskan satu pospak dalam sehari.

Proses Latihan Ira
Dengan adanya tantangan ini, Ira terlihat lebih berhati-hati dalam bersikap. Secara umum, selama seminggu ini, frekuensi labilnya emosi Ira menurun. Dalam latihan minggu ini, sikap sabar terutama kami tuntut saat Ira bermain bersama Naura. Jarak usia 3 tahun antara Ira dan Naura sebenarnya terbilang cukup, artinya tidak terlalu dekat juga tidak terlalu jauh. Mereka seringkali mampu berperan bagai dua sahabat. Namun, kondisi ini ternyata memiliki sisi negatif juga. Apalagi saat dulu Naura lahir, Ira terlihat tidak siap secara emosi. Sempat terjadi sibling rivalry yang cukup panjang. Kondisi kami dengan tiga orang anak, cukup repot untuk membagi perhatian. Berbeda saat Ira lahir, karena baru dua anak yang kami miliki. Waktu itu saya dan suami bisa saling berbagi perhatian agar anak tidak merasa tersisih.

Emosi Ira yang cenderung lebih peka dibanding saudara-saudaranya juga mendukung munculnya sikap ini. Sebenarnya sikap "cemburu" Ira sudah jauh berkurang jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tantangan kali ini, bermaksud agar Ira terus belajar untuk melatih sikapnya terutama dalam menghadapi adiknya.

Alhamdulillah, dari tujuh hari proses latihan ini, hanya satu hari, Ira terlihat lepas kontrol. Itu pun karena dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, sebenarnya hari itu cukup baik. Hari dimana Ira mengalami kegagalan adalah pada hari ketiga, yaitu hari Selasa 28 Pebruari. Kondisi Ira sendiri hari itu memang terlihat kurang fit, sehingga berimbas pada kondisi emosionalnya. Setelah dua hari sebelumnya berkunjung ke rumah neneknya. Saat berkunjung ke rumah nenek, Ira dan Naura menginap tanpa ditemani kami. Laporan neneknya mereka terlihat lebih mandiri dibandingkan ada kami, orangtuanya. Ira terlihat begitu mengayomi kepada adiknya, Naura pun terlihat manut pada kakaknya.

Proses Latihan Naura
Dengan adanya tantangan kemandirian ini. Naura terlihat lebih memperhatikan sikapnya. Alhamdulillah, tujuh hari latihan tidak rewel saat shalat shubuh, dijalani Naura dengan tanda centang di semua kolom harinya. Dia berhasil melakukan shalat shubuh tanpa kami harus berpanjang-panjang merayu dan menunggu. Asal sudah bangun, Naura langsung masuk kamar mandi dan mengambil air wudlu.

Proses Latihan Ardi
Alhamdulillah, target satu pospak dalam sehari telah membuat kami kembali siaga dan sigap untuk belajar memahami bahasa tubuh Ardi. Walau setiap hari ada saja saatnya kecolongan, yaitu akhirnya Ardi pipis di celana. Namun, keberhasilan kami untuk tidak mudah memakaikan pospak, patut membuat kami terus semangat. Tapi, keberhasilan tersebut tidak penuh dalam seminggu kemarin. Kami tetap belum dapat menghindari pospak saat Ardi dibawa serta dalam acara di luar rumah. Waktu itu, ahad tanggal 26 Pebruari, saya mengisi acara di Pemudi Persis hingga sore. Kondisi ini membuat saya menggantungkan Ardi pada pospak.

Resume Akhir Minggu
Saat berakhir tantangan di tujuh hari pertama. Kami pun mengajak anak-anak untuk mengevaluasi proses tantangan. Ira menyimpulkan bahwa dirinya telah berhasil melewati tantangan minggu pertama, karena kegagalan yang dimilikinya hanya satu dari tujuh hari. Maka, dia berinisiatif untuk berpindah ke tangtangan yang lain di minggu berikutnya. Demikian pula Naura, namun karena masalahnya masih ada di seputar waktu shubuh, kami mengajak Naura tidak beranjak dari keterampilan ini. Jika di minggu pertama dia dituntut untuk tidak rewel melaksanakan shalat shubuh, maka di minggu berikutnya adalah tidak rewel saat dibangunkan. karena dalam seminggu ini, walau untuk shalat shubuh tidak mengalami kesulitan, tetap saja untuk bangun shubuh Naura sulit dibangunkan. Bahkan, tidak jarang dia ngamuk saat dibangunkan. Adapun Ardi, kami memandang diri kami belum berhasil dengan target tantangan di minggu pertama. Terutama pada kondisi repot dan padat acara.


#Level2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian

Sabtu, 18 Februari 2017

Rasa Baru di Kelas Bunda Sayang

Materi Bunda Sayang dari IIP bukan materi yang asing bagi saya. Sebelum terbentuknya IIP Bandung pun saya sudah mengenal materi ini. Saat itu IIP rutin mengadakan Kuliah Online melalui wiziq.com. Materi-materi kuliaj diberikan secara langsung oleh Ibu Septi dengan interaktif.

Setelah terbentuknya IIP Bandung, saya pun pernah memegang amanah menjadi admin grup WA yang didalamnya secara rutin membahas materi-materi Bunda Sayang. Kemudian saya pun menginisiasi Rumah Belajar Cikutra sebagai tempat belajar offline. Salah satu kegiatannya adalah membahas materi-materi Bunda Sayang yang hingga kini sudah selesai hingga 12 materi.

Artinya, materi komunikasi produktif yang merupakan materi pertama dari Bunda Sayang bukanlah materi baru bagi saya. Namun, jika diprosentasikan angka pegamalan dalam pendidikan anak, justru materi inilah yang paling sulit untuk konsisten. Mungkin itulah mengapa Ibu Septi memasukkannya sebagai materi pertama. Karena saya akui, komunikasi produktif akan menjadi langkah dasar kita dalam mengamalkan ilmu lainnya seputar mendidik anak.

Saat memasuki Kelas Bunda Sayang di grup WA, barulah saya benar-benar terpacu untuk sukses dalam Komunikasi Produktif. Ibu Septi dengan keahlian dan pengalamannya mampu meramu materi lama menjadi terus segar dan terasa baru. Walau sudah beberapa kali mengikuti materi ini. Namun ada banyak rasa yang berbeda, semangat yang berbeda, dan pengetahuan yang terus bertambah. Tidak ada yang basi di kelas ini. Karena Ibu Septi mampu mengolahnya hingga selalu tersaji dengan segar.

Memasuki tantangan 10 hari, saya pun bertekad untuk dapat mengaplikasikan ilmu ini lebih baik lagi. Apalagi saat ini saya menghadapi tantangan baru dalam mendidik anak-anak. Karena setiap anak itu unik, walau berpengalaman dengan anak pertama, akan selalu ada yang baru saat menghadapi anak kedua, ketiga, dan keempat. Hingga akhirnya saya menemukan pola perbaikan komunikasi saya dengan anak dan suami.

Pola pertama, adalah menahan marah dan memaafkan. Bagian penting dari komunikasi yang kita lakukan adalah diterimanya pesan sesuai keinginan kita. Ketika kenyataan tidak sesuai harapan, muncullah rasa kecewa. Rasa ini rentan menimbulkan amarah yang akhirnya merusak tatanan komunikasi kita. Ketidakpiawaian saya dalam mengolah bahasa tubuh serta bahasa lisan sering membuat kondisi ini terjadi. Pada tantangan 10 hari saya mencoba menerapkan prinsip menahan marah yang dilanjutkan dengan memaafkan. Karena untuk menahan marah adalah hal yang mudah. Tapi dengan menahan marah tidak otomatis kesal dan kecewa kita hilang. Seringkali hanya tertimbun yang sewaktu-waktu bisa meledak dan menimbulkan efek yang lebih buruk. Maka prinsip selanjutnya adalah memaafkan, dengan melapangkan hati dan hanya mengingat-ingat kebaikan. Sehingga, kita bisa tetap tenang bersikap.

Prinsip kedua yang sama temukan dalam perjalanan 10 hari ini adalah Cinta dan Terima Kasih. Anak-anak adalah makhluk yang paling alami dan natural. Jika kita mengatakan bahwa teguran, nasihat, bahkan omelan yang kita sampaikan pada mereka adalah bukti cinta, maka sulit mereka untuk menerimanya. Karena alaminya cinta itu berupa senyuman, ucapan mesra dan lembut, disertai peluk dan kecup. Dengan menunjukkan cinta sealami mungkin untuk mereka. Insya Allah mereka pun akan secara alami berada pada fitrah keimanan serta kesholehannya. Selain ungkapan cinta, juga jangan pernah sungkan mengucapkan terima kasih atas berbagai kebaikan yang dapat mereka lakukan.

Semoga kedua prinsip yang telah saya temukan, mampu terus mewujud dalam pola komunikasi saya terutama dengan anak-anak. Terima kasih Ibu Septi atas tantangan 10 harinya. Insya Allah saya siap dengan tantangan lain yang dapat membuat saya terus belajar menjadi lebih baik

#KomunikasiProduktif
#AliranRasa
#IIP

Minggu, 29 Januari 2017

Tantangan Itu Tetap Ada

Hari ini sabtu, 28 Januari 2017 family forum bada shubuh bercerita tentang rencana menginap di rumah nenek-kakek. Sudah tiga minggu kami tidak berkunjung karena anak-anak sakit. Seperti biasa, kami menanyakan kepada anak-anak tentang apa yang akan mereka lakukan hari ini. Biasanya jika berada di rumah nenek-kakek, anak-anak terkadang melanggar aturan yang biasa diterapkan di rumah. Walau tidak banyak, namun dalam family forum pagi ini kami berusaha mengantisipasinya. Akhirnya anak-anak bersepakat untuk tidak kolokan dan terlalu banyak menonton televisi saat di rumah nenek-kakek.

Kesepatan tersebut alhamdulillah berjalan dengan baik. Anak-anak dapat bekerjasama dan bersikap baik di rumah nenek-kakek. Perhatian kami tertuju terutama pada Ira, yang berjanji mengendalikan sikapnya saat di sana. Namun, ternyata saat Ira berhasil menjawab tantangan kami dengan baik muncul tantangan baru. Naura yang tidak menjadi fokus kami, malah menguji sikap kami. Tak terasa kami pun lepas kendali dan menyebabkan "benturan kecil". Hal ini awalnya terjadi saat Naura bermain air dan acuh saat diingatkan untuk berhenti, hingga memunculkan omelan. Hasilnya Naura menangis dan merasa sakit hati, bukan pengertian dan perubahan dalam dirinya.

Setelah melihat reaksi Naura, barulah kami menyadari. Terlalu fokus pada pembenahan komunikasi dengan Ira membuat kami abai memperhatikan perasaan Naura. Karena merasa mulai Ira mulai memperlihatkan perubahan, kami terlalu senang sehingga lupa bahwa itu bukan akhir dari perjuangan kami. Karena tantangan itu masih ada dan akan tetap ada. Sehingga kami harus tetap waspada dan berhati-hati dalam menjaga pola komunikasi kami.

#hari4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayIIP

Jumat, 27 Januari 2017

Menahan Marah dan Memaafkan

Berbuat salah adalah bagian dari fitrah semua manusia. Termasuk pula anak-anak. Apalagi mereka adalah makhluk yang fitrahnya masih terjaga. Jika terjadi kesalahan, maka orangtuanyalah yang harus bertanggungjawab.

Hal itulah yang hari ini terus saya ingatkan dalam diri saya. Terutama dalam menghadapi Ira saat dia menunjukkan sikap negatif. Sejak awal tantangan komunikasi produktif, menghadapi sikap negatif Ira menjadi fokus utama saya. Saat Ira mengeluarkan kata-kata pedas jika tersinggung, memaki saat marah saya berusaha tetap tenang dan menahan marah. Walau dada ini bergejolak. Apalagi saat sikap tersebut ditujukan pada saya.

Untuk menahan marah mungkin saya bisa. Namun, gemuruh di dada seringkali membuat saya tetap memaki dia dalam hati. Maka pada hari ini saya belajar bukan hanya menahan marah tapi sekaligus memaafkannya. Sebagai ibu, rasa sayang saya lebih besar untuk Ira dibandingkan ketersinggungan saya saat keluar kata-kata negatif dari dirinya. Justru sikap Ira saat begitu menjadi cambuk bagi saya, agar terus berusaha untuk memperbaiki pola asuh dalam mendidiknya.

Doakan ibumu bisa ya Nak.

#hari3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayIIP

Berikan Kesempatan Pada Anak Untuk Memilih

Kamis ba'da shubuh seperti biasa "family forum" kami berlangsung. Dimulai dengan ngopi bareng, ngobrol, tilawah bersama kemudian bercerita tentang rencana hari ini. Alhamdulillah obrolan mulai mengalir, tanpa ada "gundah" seperti hari kemarin. 

Saya yang punya agenda menengok teman yang melahirkan siang itu menawarkan kepada anak-anak untuk ikut. Namun, proses penawaran yang dilakukan cenderung memaksakan keinginan. Awalnya saya berharap mereka tidak ikut, karena khawatir mobil penuh dgn teman-teman yang juga mau ikut. Namun, saat mendapat konfirmasi bahwa hanya sedikit yang ikut. Maka, saya pun berubah jadi mengajak anak-anak ikut serta. Walau akhirnya hanya Ardi dan Naura yang saya bawa.

Di akhir hari, saya menyadari gaya komunikasi yang saya lakukan pada anak-anak belum bermuatan clear and clarify. Walau isinya berita, namun seringkali nada bicara saya mengarahkan anak-anak untuk mengikuti keinginan saya. Hal ini terutama terlihat dari munculnya raa kecewa saat akhirnya anak-anak memilih hak yang tidak saya inginkan. Ternyata ini berdampak besar pada kemandirian mereka dalam memutuskan sesuatu. Ira dalam usianya 9 tahun, masih sering kebingungan saat membuat sebuah keputusan. Dia selalu menyandarkan keputusannya pada pendapat saya atau ayahnya.

Ini akan menjadi PR dan catatan perbaikan untuk pola komunikasi yang lebih produktif. 

#hari2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip


Rabu, 25 Januari 2017

Tantangan Komunikasi Produktif Hari Pertama

Setelah selesai dengan kelas Matrikulasi, kini perkuliahan di Institut Ibu Profesional memasuki tahap Bunda Sayang. Apa yang berbeda di kelas ini? setidaknya ada tiga hal yang dijelaskan oleh Bu Septi sebagai fasilitator, yaitu:
a. Matrikulasi ada NHW di kelas Bunda sayang ada CHALLENGE
b. Matrikulasi melatihkan komitmen dan konsistensi, Kelas Bunda Sayang melatihkan komitmen, konsistensi dan pengamalan ilmu
c. Matrikulasi satu pekan sekali ganti materi, kelas Bunda sayang satu bulan sekali ganti materi

Materi pertama di kelas Bunda Sayang adalah Komunikasi Produktif. Tantangan atau CHALLENGE yang diberikan dari materi tersebut bertema "KOMUNIKASI KELUARGAKU'. Para peserta kuliah Bunda Sayang diminta untuk melakukan family forum setiap hari selama 10 hari kemudian melaporkannya setiap hari pula. Poin utama yang harus dilaporkan adalah menceritakan hal yang paling menarik yang dapat dilakukan dalam berkomunikasi dengan keluarga, selanjutnya perubahan apa yang telah dibuat dalam komunikasi hari ini.

Bagi saya, family forum atau "waktu ngariung" bersama keluarga biasanya sesudah shubuh dan sesudah ashar. Kegiatan utama yang dilakukan saat 'ngariung tersebut adalah tilawah dan hafalan al-Qur'an. Selebihnya biasa kami gunakan untuk ngobrol dan bercanda bersama anak-anak. Jika sesudah shalat shubuh formasi biasanya lengkap minus Bani yang sedang mondok di Pesantren, tapi jika sesudah ashar biasanya minus ayah yang belum pulang dari tempatnya bekerja.

Untuk tantangan Komunikasi Produktif kali ini, saya ingin menggunakannya untuk melatih komunikasi saya terutama dengan Ira, anak kedua saya. Sebagai seorang istri dan Ibu, komunikasi produktif masih menjadi PR terbesar dalam kehidupan saya. Kalimat-kalimat negatif yang cenderung mendikte, memerintah, bahkan kadang mencela masih rentan terjadi dalam diri saya. Dan ternyata betul sekali yang sering dikatakan Bu Septi, anak-anak mungkin tidak paham tapi mereka tidak akan salah mengcopy. Kenyataannya, kecenderungan komunikasi negatif yang kadang masih saya lakukan ditiru "dengan baik" oleh putri terbesar saya Ira. Semakin hari kecenderungan itu semakin nampak. Dan kecenderungan mendikte, mencela, serta memerintah tersebut terutama ditunjukkan pada adik-adiknya. Sungguh sebuah tamparan keras untuk saya agar bisa meminimalisir bahkan mengeliminasi kecenderungan komunikasi tersebut. Namun, kenyataannya saya malah sering terpacu emosi saat Ira menunjukkan pola komunikasi negatif tersebut. Padahal sikap tersebut malah memicu kecenderungan Ira semakin nampak.

Dari kondisi tersebut, saya menantang diri untuk mengisi Challenge pertama Komunikasi Produktif adalah dengan mengurangi pola komunikasi negatif serta bersikap sabar dan tenang saat menghadapi Ira dengan pola komunikasi yang negatif tersebut.

Pada hari pertama, hari Rabu ini, dalam family forum shubuh saya coba awali dengan ngobrol tentang rencana kegiatan anak-anak hari ini sebelum memulai tilawah. Awalnya seperti biasa keluar kata-kata keluhan serta kritikan bahkan celaan dari Ira terhadap rencana adiknya, bahkan dia pun menyalahkan kami saat rencananya di hari kemarin tidak berjalan dengan lancar. Ira sempat menangis kecewa sambil cemberut, saat kami menanyakan tentang apa yang akan dilakukannya hari ini. Bukan rasa optimis malah pesimis dan menyalahkan orang lain karena khawatir rencananya tdk berjalan dengan baik. Saya berusaha untuk tetap tenang saat menghadapinya dengan menahan suara tetap pada intonasi datar. Saya berusaha menerjemahkan harapan Ira untuk rencananya hari ini dalam kalimat yang lebih produktif. Walau awalnya terjadi penolakan pada diri Ira, namun alhamdulillah family forum subuh tadi berakhir dengan baik. Bahkan, selanjutnya Ira bersedia membantu pekerjaan rumah terlebih dahulu sebelum memulai aktifitas pribadinya.

Secara keseluruhan hari ini, saya mulai bisa mengurangi kalimat negatif terhadap anak-anak dengan tetap berusaha tenang dan mengambil nafas dalam menghadapi sikap negatif yang mereka tampilkan. Walau saat tadi siang, sepulang dari Pramuka HS dengan kondisi lelah dan lapar, emosi sempat meninggi ketika menghadapi Naura yang mulai bersikap negatif.

Semoga pengalaman hari ini, bisa menjadi motivasi untuk esok yang lebih baik. Aamiin

#hari1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip