Minggu, 29 Januari 2017

Tantangan Itu Tetap Ada

Hari ini sabtu, 28 Januari 2017 family forum bada shubuh bercerita tentang rencana menginap di rumah nenek-kakek. Sudah tiga minggu kami tidak berkunjung karena anak-anak sakit. Seperti biasa, kami menanyakan kepada anak-anak tentang apa yang akan mereka lakukan hari ini. Biasanya jika berada di rumah nenek-kakek, anak-anak terkadang melanggar aturan yang biasa diterapkan di rumah. Walau tidak banyak, namun dalam family forum pagi ini kami berusaha mengantisipasinya. Akhirnya anak-anak bersepakat untuk tidak kolokan dan terlalu banyak menonton televisi saat di rumah nenek-kakek.

Kesepatan tersebut alhamdulillah berjalan dengan baik. Anak-anak dapat bekerjasama dan bersikap baik di rumah nenek-kakek. Perhatian kami tertuju terutama pada Ira, yang berjanji mengendalikan sikapnya saat di sana. Namun, ternyata saat Ira berhasil menjawab tantangan kami dengan baik muncul tantangan baru. Naura yang tidak menjadi fokus kami, malah menguji sikap kami. Tak terasa kami pun lepas kendali dan menyebabkan "benturan kecil". Hal ini awalnya terjadi saat Naura bermain air dan acuh saat diingatkan untuk berhenti, hingga memunculkan omelan. Hasilnya Naura menangis dan merasa sakit hati, bukan pengertian dan perubahan dalam dirinya.

Setelah melihat reaksi Naura, barulah kami menyadari. Terlalu fokus pada pembenahan komunikasi dengan Ira membuat kami abai memperhatikan perasaan Naura. Karena merasa mulai Ira mulai memperlihatkan perubahan, kami terlalu senang sehingga lupa bahwa itu bukan akhir dari perjuangan kami. Karena tantangan itu masih ada dan akan tetap ada. Sehingga kami harus tetap waspada dan berhati-hati dalam menjaga pola komunikasi kami.

#hari4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayIIP

Jumat, 27 Januari 2017

Menahan Marah dan Memaafkan

Berbuat salah adalah bagian dari fitrah semua manusia. Termasuk pula anak-anak. Apalagi mereka adalah makhluk yang fitrahnya masih terjaga. Jika terjadi kesalahan, maka orangtuanyalah yang harus bertanggungjawab.

Hal itulah yang hari ini terus saya ingatkan dalam diri saya. Terutama dalam menghadapi Ira saat dia menunjukkan sikap negatif. Sejak awal tantangan komunikasi produktif, menghadapi sikap negatif Ira menjadi fokus utama saya. Saat Ira mengeluarkan kata-kata pedas jika tersinggung, memaki saat marah saya berusaha tetap tenang dan menahan marah. Walau dada ini bergejolak. Apalagi saat sikap tersebut ditujukan pada saya.

Untuk menahan marah mungkin saya bisa. Namun, gemuruh di dada seringkali membuat saya tetap memaki dia dalam hati. Maka pada hari ini saya belajar bukan hanya menahan marah tapi sekaligus memaafkannya. Sebagai ibu, rasa sayang saya lebih besar untuk Ira dibandingkan ketersinggungan saya saat keluar kata-kata negatif dari dirinya. Justru sikap Ira saat begitu menjadi cambuk bagi saya, agar terus berusaha untuk memperbaiki pola asuh dalam mendidiknya.

Doakan ibumu bisa ya Nak.

#hari3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayIIP

Berikan Kesempatan Pada Anak Untuk Memilih

Kamis ba'da shubuh seperti biasa "family forum" kami berlangsung. Dimulai dengan ngopi bareng, ngobrol, tilawah bersama kemudian bercerita tentang rencana hari ini. Alhamdulillah obrolan mulai mengalir, tanpa ada "gundah" seperti hari kemarin. 

Saya yang punya agenda menengok teman yang melahirkan siang itu menawarkan kepada anak-anak untuk ikut. Namun, proses penawaran yang dilakukan cenderung memaksakan keinginan. Awalnya saya berharap mereka tidak ikut, karena khawatir mobil penuh dgn teman-teman yang juga mau ikut. Namun, saat mendapat konfirmasi bahwa hanya sedikit yang ikut. Maka, saya pun berubah jadi mengajak anak-anak ikut serta. Walau akhirnya hanya Ardi dan Naura yang saya bawa.

Di akhir hari, saya menyadari gaya komunikasi yang saya lakukan pada anak-anak belum bermuatan clear and clarify. Walau isinya berita, namun seringkali nada bicara saya mengarahkan anak-anak untuk mengikuti keinginan saya. Hal ini terutama terlihat dari munculnya raa kecewa saat akhirnya anak-anak memilih hak yang tidak saya inginkan. Ternyata ini berdampak besar pada kemandirian mereka dalam memutuskan sesuatu. Ira dalam usianya 9 tahun, masih sering kebingungan saat membuat sebuah keputusan. Dia selalu menyandarkan keputusannya pada pendapat saya atau ayahnya.

Ini akan menjadi PR dan catatan perbaikan untuk pola komunikasi yang lebih produktif. 

#hari2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip


Rabu, 25 Januari 2017

Tantangan Komunikasi Produktif Hari Pertama

Setelah selesai dengan kelas Matrikulasi, kini perkuliahan di Institut Ibu Profesional memasuki tahap Bunda Sayang. Apa yang berbeda di kelas ini? setidaknya ada tiga hal yang dijelaskan oleh Bu Septi sebagai fasilitator, yaitu:
a. Matrikulasi ada NHW di kelas Bunda sayang ada CHALLENGE
b. Matrikulasi melatihkan komitmen dan konsistensi, Kelas Bunda Sayang melatihkan komitmen, konsistensi dan pengamalan ilmu
c. Matrikulasi satu pekan sekali ganti materi, kelas Bunda sayang satu bulan sekali ganti materi

Materi pertama di kelas Bunda Sayang adalah Komunikasi Produktif. Tantangan atau CHALLENGE yang diberikan dari materi tersebut bertema "KOMUNIKASI KELUARGAKU'. Para peserta kuliah Bunda Sayang diminta untuk melakukan family forum setiap hari selama 10 hari kemudian melaporkannya setiap hari pula. Poin utama yang harus dilaporkan adalah menceritakan hal yang paling menarik yang dapat dilakukan dalam berkomunikasi dengan keluarga, selanjutnya perubahan apa yang telah dibuat dalam komunikasi hari ini.

Bagi saya, family forum atau "waktu ngariung" bersama keluarga biasanya sesudah shubuh dan sesudah ashar. Kegiatan utama yang dilakukan saat 'ngariung tersebut adalah tilawah dan hafalan al-Qur'an. Selebihnya biasa kami gunakan untuk ngobrol dan bercanda bersama anak-anak. Jika sesudah shalat shubuh formasi biasanya lengkap minus Bani yang sedang mondok di Pesantren, tapi jika sesudah ashar biasanya minus ayah yang belum pulang dari tempatnya bekerja.

Untuk tantangan Komunikasi Produktif kali ini, saya ingin menggunakannya untuk melatih komunikasi saya terutama dengan Ira, anak kedua saya. Sebagai seorang istri dan Ibu, komunikasi produktif masih menjadi PR terbesar dalam kehidupan saya. Kalimat-kalimat negatif yang cenderung mendikte, memerintah, bahkan kadang mencela masih rentan terjadi dalam diri saya. Dan ternyata betul sekali yang sering dikatakan Bu Septi, anak-anak mungkin tidak paham tapi mereka tidak akan salah mengcopy. Kenyataannya, kecenderungan komunikasi negatif yang kadang masih saya lakukan ditiru "dengan baik" oleh putri terbesar saya Ira. Semakin hari kecenderungan itu semakin nampak. Dan kecenderungan mendikte, mencela, serta memerintah tersebut terutama ditunjukkan pada adik-adiknya. Sungguh sebuah tamparan keras untuk saya agar bisa meminimalisir bahkan mengeliminasi kecenderungan komunikasi tersebut. Namun, kenyataannya saya malah sering terpacu emosi saat Ira menunjukkan pola komunikasi negatif tersebut. Padahal sikap tersebut malah memicu kecenderungan Ira semakin nampak.

Dari kondisi tersebut, saya menantang diri untuk mengisi Challenge pertama Komunikasi Produktif adalah dengan mengurangi pola komunikasi negatif serta bersikap sabar dan tenang saat menghadapi Ira dengan pola komunikasi yang negatif tersebut.

Pada hari pertama, hari Rabu ini, dalam family forum shubuh saya coba awali dengan ngobrol tentang rencana kegiatan anak-anak hari ini sebelum memulai tilawah. Awalnya seperti biasa keluar kata-kata keluhan serta kritikan bahkan celaan dari Ira terhadap rencana adiknya, bahkan dia pun menyalahkan kami saat rencananya di hari kemarin tidak berjalan dengan lancar. Ira sempat menangis kecewa sambil cemberut, saat kami menanyakan tentang apa yang akan dilakukannya hari ini. Bukan rasa optimis malah pesimis dan menyalahkan orang lain karena khawatir rencananya tdk berjalan dengan baik. Saya berusaha untuk tetap tenang saat menghadapinya dengan menahan suara tetap pada intonasi datar. Saya berusaha menerjemahkan harapan Ira untuk rencananya hari ini dalam kalimat yang lebih produktif. Walau awalnya terjadi penolakan pada diri Ira, namun alhamdulillah family forum subuh tadi berakhir dengan baik. Bahkan, selanjutnya Ira bersedia membantu pekerjaan rumah terlebih dahulu sebelum memulai aktifitas pribadinya.

Secara keseluruhan hari ini, saya mulai bisa mengurangi kalimat negatif terhadap anak-anak dengan tetap berusaha tenang dan mengambil nafas dalam menghadapi sikap negatif yang mereka tampilkan. Walau saat tadi siang, sepulang dari Pramuka HS dengan kondisi lelah dan lapar, emosi sempat meninggi ketika menghadapi Naura yang mulai bersikap negatif.

Semoga pengalaman hari ini, bisa menjadi motivasi untuk esok yang lebih baik. Aamiin

#hari1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip