Sabtu, 14 Desember 2013

Belajar Menulis Itu...

Salah satu keterampilan dasar yang selayaknya dimiliki oleh anak usia 7 tahun menurut Kurikulum Pendidikan Nasional adalah keterampilan menulis. Bahkan, di beberapa sekolah dasar, keterampilan ini menjadi salah satu pra syarat diterimanya seorang anak untuk masuk sekolah tersebut. Lebih dahsyat lagi, di tingkat Sekolah Dasar secara rutin dilakukan lomba Calistung (Baca, Tulis, Hitung) untuk kelas rendah. Di mana tes yang diberikan dalam lomba tersebut salah satunya adalah anak diminta menulis rapih dengan durasi waktu tertentu sebanyak satu halaman penuh.

Tuntutan untuk duduk diam dan menulis huruf per huruf dengan rapi merupakan salah satu hal yang membuat anak kami menghindar dari sekolah. Ketidaksiapannya untuk duduk diam dalam jangka waktu tertentu sambil mengerjakan tugas cukup dirasa membebani anak kami. Dan kasus ini banyak dialami oleh siswa-siswa sekolah dasar hari ini. Kondisi ini pula yang seringkali menjadi "perseteruan" antara ibu dan anak. Dimana sang ibu menuntut anaknya untuk mau mengikuti instruksi guru, sedangkan anak merasa tertekan dengan tuntutan tersebut.

Menyikapi kondisi tersebut, membuat kami mencoba menyusun ulang konsep belajar menulis bagi anak-anak. Pola pembelajaran menulis yang terjadi di sekolah-sekolah dasar- terutama yang konvensional- nyata-nyata banyak menimbulkan ekses negatif pada diri anak. Sehingga, kami berkeyakinan bahwa belajar menulis, bukan hanya sekedar belajar menuliskan huruf dan kata, serta memperindah bentuk tulisannya. Namun, lebih pada pembelajaran untuk mengungkapkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan.

Tulisan sebagai sarana komunikasi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Ide yang diungkapkan secara lisan, seringkali mudah terlupakan karena tidak terdokumentasikan. Berbeda dengan ide dan gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Mereka akan abadi, karena terdokumentasikan. Orang bisa melihat kembali ide tersebut di lain waktu bahkan bisa menjadi referensi bagi orang-orang yang membutuhkan ide tersebut.

Dengan keyakinan inilah, kami mulai menanamkan kepada anak-anak kami untuk berani menuliskan ide dan gagasan sesederhana apa pun itu. Tak ada kritikan atas bentuk tulisan maupun kerapihannya. Apalagi dengan teknologi hari ini, menulis tidak lagi menggunakan media alat tulis. Meskipun media alat tulis tetap penting sebagai bagian dari stimulasi motorik halus mereka.

Anak-anak biasanya memulai belajar menulis dengan menuliskan kembali buku cerita yang sudah mereka baca. Selanjutnya mereka belajar menuliskan pengalaman, setelah itu beralih pada menuliskan imajinasi dan pemikiran mereka. Memang belum banyak yang kami lakukan, namun setidaknya dorongan yang kami lakukan cukup membuat anak-anak senang dengan dunia tulis menulis.

Salah satu hasil karya menulis Ira, yang hari ini berusia 6 tahun mulai dpublikasikan di sini. Atau juga hasil tulisan Bani, 9 tahun yang juga dipublikasikan di sini.

Kini, di usia 8 tahun Ira memiliki blog sendiri sebagai sarana menyalurkan idenya dalam dunia tulis menulis

#ODOPfor99days
#day42
#repost

Selasa, 10 Desember 2013

Melibatkan Anak Dalam Kegiatan Sehari-hari

Proses belajar Homeschooling yang paling mudah dan murah adalah melibatkan anak-anak dalam kegiatan orangtua. Ada banyak keuntungan yang didapat dengan melibatkan anak-anak dalam kegiatan kita. Salah satunya adalah menanamkan rasa tanggungjawab dan memupuk kemandirian. Yang biasa kami lakukan di rumah adalah dengan melibatkan mereka dalam aktifitas merapikan rumah. Mulai dari merapikan kamar, merapikan mainan, rak buku,dan pakaian.

Kami pun melibatkan mereka dalam kegiatan mencuci pakaian, mencuci piring, mengepel lantai, mencuci karpet, serta kegiatan mengurus tanaman, walaupun untuk tanam-menanam kami pun orangtuanya baru belajar. Namun dengan melibatkan mereka dalam kegiatan tersebut, akhirnya kami pun sama-sama belajar. Alur belajar menjadi sebuah diskusi dan saling berbagi, bukan proses belajar yang menggurui dan merasa paling tahu.

Selain kegiatan rumah tangga, anak-anak juga dilibatkan dalam kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan orangtua. Seperti yang kami lakukan saat terjadi gerhana bulan serta gerhana matahari Mei lalu. Sebagai pengurus di Mesjid tempat kami tinggal, kami biasa membuat surat edaran tentang pelaksanaan sunnah-sunnah seputar gerhana. Kami mengkoordinir kegiatan shalat Kusuf dan Khusuf serta penampungan shadaqah yang dilakukan saat terjadi gerhana.

Ada banyak hal yang dapat kami pelajari melalui kegiatan-kegiatan tersebut, di antaranya :
1. Pembelajaran kemandirian dan penanaman rasa tanggungjawab
Mandiri dan tanggungjawab dapat tumbuh dengan baik jika diawali dengan kepercayaan. Saat orangtua memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan orangtua, saat itulah kepercayaan tersebut tumbuh. Kepercayaan yang ditanamkan orangtua dalam diri anak kemudian menumbuhkan rasa percaya diri serta tanggungjawab yang akhirnya tumbuh dalam kemandirian anak.

Namun, hal tersebut tidak akan tumbuh jika proses anak terlibat dalam kegiatan orangtua diawali dengan paksaan, perintah, bahkan ancaman. Sebaiknya orangtua mengawali proses tersebut dengan ajakan dan kepercayaan penuh terhadap anak. Kepercayaan penuh ditandai dengan minimnya instruksi dan koreksi dan memaksimalkan proses memberi teladan serta dorongan.

2. Eksplorasi berbagai ilmu pengetahuan baru
Kegiatan rumah tangga ataupun kegiatan lainnya merupakan sarana yang paling efektif untuk mengeksplorasi rasa ingin tahu anak. Pada proses kegiatan-kegiatan tersebut anak akan banyak memberikan pertanyaan serta tanggapan. Akhirnya diskusi pun tak dapat terhindarkan. Hal ini membuat anak bukan hanya memperoleh keterampilan namun juga pengetahuan. Proses pembelajaran yang terjadi pun bersifat mengalir, tidak formal, dan tidak terkesan menggurui namun sarat tetap makna karena belajar dilakukan melalui kereleaan dan bersifat menyenangkan untuk anak-anak.

3. Mendekatkan hubungan orangtua-anak serta antar saudara
Kegiatan bersama menuntut anak untuk belajar bekerjasama, saling menghargai, saling memahami, dan saling membantu. Sang kakak akan belajar untuk bersabar saat adiknya terkesan mengganggu pekerjaannya. Dan sang adik belajar untuk menghargai hasil pekerjaan kakaknya. Sang kakak juga belajar menjadi tutor untuk adiknya. Keceriaan yang nampak dalam berkegiatan bersama membuat anak-anak tampak lebih dekat dan akrab. Bagi kami, hal ini cukup mampu mereduksi persaingan dan perseteruan yang biasa terjadi di antara anak-anak.

Selain hal-hal menguntungkan di atas, kami pun dituntut untuk lebih bersabar dalam menjalani proses kegiatan-kegiatan tersebut. Karena terkadang pekerjaan menjadi lebih lama selesai saat anak terus bertanya tentang ini dan itu. Pekerjaan juga seringkali malah bertambah saat anak-anak malah terkesan "mengacaukan", karena hasilnya berantakan. Namun tidak jarang, pekerjaan terasa semakin mudah saat anak-anak sudah mulai terampil mengerjakan. Insya Allah semua kesabaran akan berbuah kekayaan hati.
Wallahu 'Alam bishshawab.

#ODOPfor99days
#day65
#repost


Pramuka HS : Banyaak Belajarnya

Sejak Oktober lalu, anak-anak mengikuti kegiatan Pramuka Homeschooling yang digagas oleh keluarga-keluarga HS yang ada di Bandung. Pramuka dari yang saya dengar dan baca mengedukasi anak tentang banyak hal, terutama kaitannya dengan life skill. Hal inilah yang mendorong kami mengenalkan Pramuka pada anak-anak. Ternyata, keinginan tersebut menemui banyak kendala.

Kesulitan pertama yang kami hadapi adalah mencari pembina Pramuka yang waktunya cocok dengan kami. Selanjutnya, muncul ketidakcocokan dengan sang kaka pembina. Penyebabnya kurang dipahaminya orientasi kami oleh sang kaka pembina. Masalah selanjutnya adalah tempat untuk latihan. Karena jarak yang berjauhan, kami berusaha mencari tempat yang nyaman dan bisa menerima kegiatan kami.
Namun, kendala-kendala tersebut tidak lantas membuat kami menyerah. Tekad untuk melakukan yang terbaik bagi anak-anak kami membuat kami banyak belajar melalui kegiatan ini.

Kegiatan ini diorientasikan sebagai ajang bersilaturahmi yang tidak kami sia2kan. Berbagai ide tentang muatan kegiatan pun kami coba ramu. Sehingga, kegiatan Pramuka ini menjadi kegiatan plus-plus. Karena selain materi Kepramukaan, ada juga materi tentang Lingkungan Hidup, Craft, Sains, Hobi, bahkan materi Keagamaan. Semuanya kami ramu sebisa mungkin agar dinikmati bersama oleh semua keluarga.


Alhamdulillah berbagai upaya kami, berbuah antusiasme anak-anak dalam mengikuti kegiatan. Hal ini terlihat betul dalam setiap kegiatan yang mereka lakukan. Semoga, bisa menjadi stimulus agar anak-anak mampu menjadi pembelajar sepanjang hayatnya.