Jumat, 27 Mei 2016

Catatan tentang kreatifitas

Tulisan ini merupakan catatan hasil diskusi di Rumah Belajar Cikutra IIP Bandung pada sabtu, 14 Mei 2016 bersama Bunda Sri Haryati dan diulang kembali pada kuliah whatsapp di grup WA IIP Bandung Utara.
Kreatifitas adalah kemampuan untuk memunculkan idea, barang, atau hal yang baru. Kreatifitas bukan dominasi orang yang bergelut di ranah seni. Bagi orang-orang yang bergelut di ranah sains juga social, kreatifitas berlaku jika yang bersangkutan dapat menciptakan idea tau hal baru dalam bidangnya. Produk dari sebuah kreatifitas bisa ide, cara yang tidak biasa, produk yang unik, produk atau cara yang efisien, dan berbeda. Dalam konteks fitah insane adalah bermanfaat untuk umat.

Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa manusia memiliki dimensi kreatif. Ada banyak ayat yang berbicara tentang hal itu. Salah satunya adalah QS al-Baqarah ayat 30-33. Ayat tersebut bercerita tentang penciptaan Adam sebagai manusia pertama yang berperan menjadi Khalifah fil ‘Ardl. Di ayat tersebut digambarkan tentang penciptaan makhluk yang bernama manusia yang diberi kelebihan akal, sehingga mampu menjawab dan menyebutkan nama-nama yang diminta Allah untuk disebutkan. 

Dalam beberapa literature mengatakan bahwa Allah membuat sesuatu dan mampu dilakukan hingga dari sinilah kita perlu meyakini bahwa setiap insane tanpa pengecualian sudah diciptakan Allah dengan DnA berkreasi dalam dirinya. Jadai tidak boleh lagi ada kata “aduh, saya ga kreatif”. Karena itu artinya kurang mensyukuri potensi yang Allah berikan.

Setelah kita “knowing” tentang kreatifitas, kini saatnya “being” dengan BERANI berpikir berbeda, bertindak berbeda, menempuh cara berbeda, dan yang terpenting memiliki manfaat “human and ecological value”.  Karena manusia adalah bagian dari ekosistem yang berkelanjutan dan berkesinambungan atau sustainability. Ayat-ayat Al-Qur’an banyak membahas tentang sustainability ini, lagi-lagi pemeran utamanya adalah manusia sebagai Khalifah fil –Ardl.

Selanjutnya bagaimana  menstimulasi kreatifitas dalam diri anak? Sebetulnya tidak ada formula ABCD atau tahapan 123 tentang menstimulasi kreatifitas. Yang terpenting adalah mau mencoba, berani gagal, tidak patak semangat, berani trial and error, do again, try again, find things differently, modified, innovate, dan have fun. Dan factor terpenting tumbuhnya kreatifitas adalah cinta, passion, minat, bakat fill follow.

Berkreasilah dengan cinta, karena dengan cinta, saat anak berkerasi hingga rumah berantakan serta merusak property, cintalah yang akan meredam kemarahan kita. Untuk memantik ide kreatifitas pada anak-anak kita bisa menggunakan “creative board” yang berlandaskan pada human basic needs, yaitu bergerak aktif, menyukai misteri, menyukai kejutan, serta menyukai keterlibatan.

Cerative board adalah papan aktifitas berisi ide-ide aktifitas yang akan dilakukan bersama anak, bentuknya pake amplop kreasi suka-suka. Setiap amplop diberi judul sesuai kebutuhan. Nah, di setiap amplop anak atau orangtua bisa menyisipkan surat berupa usulan/gagasan aktifitas seuai tema amplop. Buat anak yang sudah bisa menulis dan membaca, biarkan mereka melakukannya melalui tulisan sendiri. Kalau untuk anak yang belum bisa, bisa dikreasikan dengan gambar. Creative board ini bisa menjadi acuan kegiatan untuk orangtua dan anak. Apalagi saat orangtua kehabisan ide. Dan kita bisa memperbaharuinya setiap minggu.

Untuk usia 10 tahun ke atas kita menggunakan metode problem dan project based learning untuk memantik ide kreatifitasnya. Keduanya merupakan jembatan untuk mengasah kreatifitas anak dengan metode deep thinking. Perbedaannya terlihat pada output yang dihasilkan. Jika problem based learning outputnya adalah solusi sedangkan project based learning outputnya adalah produk.


Yang terpenting yang harus dilakukan orangtua adalah menstimulasi kepercayaan dirinya, memberikan tanggapan, selebrasi, terlibat dengan antusiasme, memuji dan mengkritik secara proporsional, meyakinkan dengan sepenuh hati betapa bangganya kita akan usaha dan kesungguhannya. Menjadi cheerleader saat anak-anak merasa “down” serta menyemangati kala mereka mulai kehilangan semangat belajar.

#ODOPfor99days
#day94

Jumat, 20 Mei 2016

Reading Aloud (Part 2)

Tantangan Reading Aloud
Tidak ada waktu khusus yang paling tepat untuk melakukan reading aloud. Momen yang paling nyaman adalah saat anak meminta. Dan itu bisa kapan saja, bahkan saat kita sibuk dengan pekerjaan kita. Bagi anak-anak yang telah merasakan keasyikan reading aloud, ini akan menjadi senjata untuk meraih perhatian dari kita terutama ketika kita sibuk dengan urusan kita dan anak cenderung terabaikan. Butuh stok kesabaran yang tinggi ketika kita menghadapi kondisi ini. Jika kondisinya memungkinkan, lebih baik dahulukan permintaan anak kita. Sehingga, perasaan terabaikan dapat diminimalisir. Perhatikan betul keterlibatan diri kita secara utuh dalam proses ini. Biasanya tidak butuh waktu lama, asal anak merasa bahwa dia juga mendapat perhatian yang sama, maka kita akan bisa kembali pada aktifitas kita dengan nyaman.
Apakah waktu sebelum tidur adalah waktu yang tepat untuk membacakan buku? Bisa, karena pada saat itu anak rileks dan akan lebih mudah memasukkan pesan-pesan yang ingin kita sampaikan melalui buku. Apalagi jika kemudian anak tidur dengan kondisi kepuasaan lahir dan batin, maka pesan yang kita sampaikan akan terbawa dalam memori jangka panjangnya dan menjadi referensi hingga dia tumbuh besar.
Berhati-hatilah saat anak mulai keranjingan dibacakan buku. Karena ini merupakan salah satu tantangan konsistensi bagi orangtuanya. Ketagihan dibacakan buku bukanlah hal yang buruk. Namun, akan menjadi tantangan tersendiri bagi konsistensi kita sebagai orangtua. Apalagi jika buku yang ingin dibacakan adalah buku yang sama. Anak-anak memiliki tingkat konsistensi yang lebih baik dibanding orangtuanya. Jangan heran, jika anak akan meminta dibacakan buku yang sama terus menerus. Dia tidak akan merasa bosan, bahkan mungkin kita yang akan jenuh dan merasa “eneg” dengan buku tersebut. Ini adalah salah satu tantangan terberat dalam proses reading aloud.  Jika kondisi ini terjadi, kita bisa mencoba mengalihkan perhatiannya pada buku lain secara perlahan tapi tidak memaksa. Ketertarikan anak terhadap satu buku tertentu merupakan hal yang menarik untuk digali. Menjadi PR bagi orangtuanya untuk menggali dan menemukan ketertarikan itu, sehingga mereka akan lebih mengenal anak-anaknya.
Adakah batas usia untuk anak dibacakan buku? Jawabannya Tidak. Reading aloud tetap dilakukan walau anak sudah bisa membaca sendiri atau bahkan sudah beranjak remaja. Banyak pengalaman beberapa orang teman yang anaknya berusia remaja, ikut nimbrung saat sang Ibu membacakan buku untuk adiknya yang masih balita. Bahkan tidak jarang dia ikut memilih buku mana yang akan dibacakan. Hal ini tidak masalah, karena kemungkinan ada kebutuhan lain yang mereka harapkan melalui proses reading aloud.

Pilihlah Buku Bergizi
Tidak ada ketentuan pasti tentang jenis buku yang harus dibacakan untuk anak. bisa buku apa saja, dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan orangtua atau anak. M. Fauzil Adhim dalam bukunya “Membuat Anak Gila Membaca” menekankan pentingnya memilih “Buku Bergizi”. Salah satu cirinya adalah buku yang memiliki struktur penceritaan yang kuat. Karena akan memebrikan pengaruh yang luar biasa bagi hati, jiwa serta pikiran anak. Untuk menanamkan ketauhidan kita tidak perlu menunggu buku khusus anak yang bertemakan hal tersebut, walau kini memang banyak bertebaran. Yang terpenting buku tersebut memiliki pesan yang kuat tidak hanya luarnya tapi juga pesan di dalamnya.
Kemudian Beliau mencontohkan sebuah buku anak dengan judul “Si Kikir”. Tokoh dalam buku tersebut bernama Abidin yang diceritakan memiliki sifat kikir bahkan untuk dirinya sendiri. Abidin merupakan bahasa Arab yang memiliki arti “ahli ibadah”. Sungguh, bertolak belakang nama tokoh dengan isi cerita yang disampaikan. Hal ini sangat tidak baik bagi penanaman nilai-nilai dalam diri anak. Kondisi ini bagaikan sebuah proses demonology, yang salah satu bentuknya antara lain mendekatkan istilah sakral dengan keburukan. Sehingga menganggap bahwa konsep yang ada di balik istilah sakral tersebut merupakan akar dari keburukan.

Tanpa Target
Hal penting lain yang harus ditekankan dalam proses reading aloud adalah tidak ada target khusus. Walaupun, ada banyak stimulasi yang bisa kita lakukan melalui proses reading aloud namun semuanya bukanlah kejadian sulap “abracadabra”. Jika kita mulai mengharapkan target khusus, misalnya anak bisa membaca di usia sekian tahun, maka bersiaplah kecewa.  Anak kita bukan mesin yang bisa diprogram dengan sistematis. Yang terpenting dalam proses reading aloud adalah menciptakan kepuasaan dan kenyamanan baik dalam diri anak maupun orangtua. Harapan-harapan agar anak menjadi sesuatu sebaiknya kita gantungkan hanya kepada Allah dan bukan kepada anak.

Banyak anak yang akhirnya bisa dengan cepat memiliki keterampilan membaca melalui proses ini. Namun, tidak sedikit pula yang memerlukan waktu lebih lama. Setiap anak itu unik, mereka dilahirkan dengan berbagai keistimewaan tersendiri yang membutuhkan uluran cinta serta kasih saying dari orangtuanya agar dapat berkembang maksimal. Jadi, mari kita maksimalkan usaha dan perkuat do’a, sisanya biar Allah yang menentukan. Wallahu ‘alamu bishshawab.

#ODOPfor99days
#day92

Reading Aloud (Part 1)

Seperti yang telah disampaikan dalam tulisan terdahulu, reading aloud atau membacakan buku untuk anak merupakan salah satu metode stimulasi membaca pada anak yang berorientasi pada menumbuhkan kecintaan anak terhadap buku. Reading aloud tidak hanya efektif terhadap buku saja, bahkan juga terhadap Al-Qur’an. Banyak manfaat yang bisa kita petik dengan rutin membacakan al-Qur’an secara nyaring di depan anak sejak dini. Sebut saja Musa, sang Hafidz cilik Juara III Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ) Internasional di Sharm el-Sheikh Mesir yang menurut pengakuan orangtuanya berawal dari rutinitas orangtuanya membacakan al-Qur’an di depan anak sejak masih dalam kandungan. Kegiatan tersebut awalnya dijadikan sarana stimulasi untuk anak mereka agar mencintai al-Qur’an. Ternyata, nilai plus lain yang mereka dapatkan adalah Musa bisa menjadi Hafidz di usia 7 tahun.

Stimulasi Indera Pendengaran, Bahasa, dan Kognisi
Reading aloud tidak hanya berfungsi memberikan stimulasi membaca saja. Lebih dari itu ada banyak manfaat lain yang bisa dipetik dari kegiatan ini. Bagi bayi-bayi yang masih berada dalam kandungan, proses reading aloud bisa menjadi sarana untuk memberikan stimulasi indera pendengaran. Apalagi jika berlanjut setelah bayi lahir. Indera pendengaran adalah indera pertama yang berfungsi pada bayi. Dengan stimulasi yang baik, optimalisasi perkembangan indera ini cenderung akan lebih baik. Terutama jika dilakukan oleh orang terdekat, yaitu ibu dan ayahnya. Telah banyak pengalaman membuktikan bahwa membuka komunikasi dengan anak sejak masih dalam kandungan memberikan manfaat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anda kehabisan ide mengajak bayi anda berkomunikasi, anda bisa mencobanya dengan reading aloud.
Stimulasi lain yang bisa dilakukan melalui metode reading aloud adalah stimulasi bahasa. Perkembangan bahasa terkait erat dengan perkembangan kognisi atau cara berpikir. Semakin baik bahasa anak, berarti semakin baik pula pola berpikirnya. Dengan reading aloud, kita bisa memberikan pengayaan kosakata serta istilah. Apalagi bahasa yang digunakan dalam buku cenderung mengikuti pola berpikir runut yang akan membantu anak membentuk pola berpikirnya.  Apakah ini berarti bahasa dalam buku tersebut harus sesuai dengan bahasa Ibu yang diberikan? Jawabannya Tidak. Kita bisa membacakan buku berbahasa apa saja kepada anak, selama kita bisa. Apalagi al-Qur’an yang berbahasa Arab memiliki kemukjizatan tersendiri sehingga bisa dibaca dan dihafal bahkan oleh orang yang tidak paham bahasa Arab.
Saat kami memutuskan menggunakan bahasa Ibu untuk anak-anak adalah bahasa Sunda, sempat terjadi keraguan untuk membacakan buku-buku anak yang berbahasa Indonesia. Namun, kami berpikir lanjutkan saja. Hasilnya, anak tidak mengalami kebingungan bahasa sedikit pun. Otak anak yang masih dalam masa perkembangan, mampu memilah ragam bahasa dengan baik. Bahkan, ini bisa menjadi stimulasi perkembangan bahasanya sehingga anak memiliki banyak referensi bahasa. Dengan otomatis otak anak akan memilah sendiri untuk menemukan kelompok bahasanya.

Sarana Penanaman Iman,Adab, dan Ibadah
Iman, Adab, dan Ibadah merupakan tiga materi dasar yang wajib diajarkan kepada Anak. Salah satu metode efektif yang bisa digunakan oleh orangtua untuk mengajarkan ketiga materi tersebut adalah melalui reading aloud. Terutama dengan membacakan sirah, baik sirah nabawiyah maupun shahabat serta salafus shalih. Nilai keteladanan yang terkandung dalam kisah-kisah tersebut dapat memberikan pengayaan besar terhadap keimanan anak. Apalagi dengan kondisi penurunan kualitas akhlaq pada masa sekarang ini. Salah satu penyebab utamanya adalah hilangnya keteladanan. Dengan rutin membacakan sirah, kita bisa menanamkan figur teladan yang bisa menjadi acuan anak dalam berperilaku.
Tentang ini, kami memiliki pengalaman tersendiri. Saat itu, anak kami yang berusia 7 tahun bermain seperti biasa dengan anak-anak tetangga. Terdengar anak-anak yang lain sedang ramai membicarakan dan menceritakan kehebatan seorang tokoh kartun superhero. Anak kami yang tidak pernah kami izinkan untuk menonton tayangan kartun tersebut akhirnya hanya menjadi pendengar dan tidak bisa menikmati keseruan obrolan. Tiba-tiba, dia pun menyela obrolan teman-temannya. Ternyata, dia bercerita tentang kehebatan Hamzah bin Abdul Muthalib serta Umar bin Khattab. Dia menceritakan bagaimana kaum Quraisy yang asalnya beringas menjadi ketakutan ketika mengetahui keislaman kedua tokoh ini. Awalnya, anak-anak yang lain cenderung tidak perduli dan kembali ke topic sang tokoh kartun. Akhirnya, anak kami tersebut membawa buku sirah tentang Perang Uhud yang biasa dibacakan untuknya. Anak yang lain pun mulai tertarik, dan akhirnya topic obrolan berganti menjadi pemaparan anak kami tentang peperangan-peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah SAW.

Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Kemandirian
Stimulasi lainnya yang bisa didapatkan dari metode ini adalah pengembangan kecerdasan emosi. Kisah-kisah yang termuat dalam buku memiliki banyak ragam emosi. Jika kita bisa membacakannya dengan intonasi dan mimik muka yang berbeda, maka anak akan belajar tentang jenis emosi tersebut serta cara pengungkapannya. Untuk itu, sebelum membacakan buku untuk anak, akan lebih baik kita membacanya terlebih dahulu serta memahami alur ceritanya. Untuk kisah-kisah inspiratif tekankan suara kita pada pesan inti yang ingin disampaikan. Bawa anak pada suasana yang terjadi dalam kisah tersebut. Kemampuan mengenal jenis emosi serta cara pengungkapannya, akan memudahkan anak untuk mengungkapkan emosinya serta memudahkan kita untuk membantu anak menangani emosi yang dia alami.
Kemampuan ini juga dapat menumbuhkan sikap empati, anak akan mampu memahami perasaan orang lain dan tidak mudah berburuk sangka. Apakah kemampuan ini bisa didapatkan dengan mudah? Jawabannya Tidak. Ini adalah tujuan jangka panjang yang kita harapkan dapat tumbuh dalam diri anak. Dalam proses stimulasi anak, kita jangan pernah terburu-buru ingin melihat hasilnya. Karena pendidikan itu proses yang panjang dan lama.
Reading aloud juga bisa menjadi sarana melatih kemandirian anak. Dengan banyaknya ragam buku anak hari ini, kita memiliki kesempatan untuk memilahnya sesuai dengan kebutuhan kita. Sesuaikan dengan target kemandirian yang sedang kita latihkan kepada anak-anak. Jika kita melakukannya melalui buku, anak biasanya akan merasa diarahkan dan bukan digurui.

Dalam menjalani stimulasi apa pun untuk anak-anak, hal penting yang harus kita perhatikan adalah menciptakan kedekatan. Jadikan kegiatan reading aloud sarana penting untuk menumbuhkan kedekatan serta menciptakan kehangatan antara orangtua dan anak (bonding). Jika bonding sudah tumbuh, maka stimulasi apa pun yang kita lakukan kepada anak akan diterima dengan baik. Kedekatan hubungan orangtua dan anak merupakan hal penting yang sangat diperhatikan oleh Rasulullah SAW. Untuk itu jadikan kegiatan reading aloud adalah kegiatan bersama yang rutin dilakukan. Bukan hanya ibu, tapi ayah pun penting ikut terlibat dalam proses ini. 

#ODOPfor99days
#day91

Rabu, 18 Mei 2016

Kejar Setoran

Demi mengejar setoran 99 tulisan, ada banyak cara yang saya lakukan, yang penting halal dan memungkinkan

1. Nulis curhatan walau dirasa gak penting

2. Nulis apa saja yang terbersit di pikiran, walau hanya dua atau tiga kalimat saja

3. Bongkar file lama.

Alhamdulillah di laptop saya banyak tersimpan tulisan-tulisan lama yang pernah saya buat untuk tugas kuliah, ngisi kegiatan ngaji, ngisi kegiatan pelatihan di Pemudi Persis, ngisi mading mesjid dan sebagainya. Banyak di antara tulisan itu yang saya tulis saat masih lajang..hee.. Maka demi memenuhi target 99 tulisan, mereka pun dipublish di blog dengan tagar ODOPfor99days

4. Re-post postingan lama

Hal lain yang saya lakukan adalah melakukan re-post tulisan-tulisan yang sudah ada di blog sebelumnya. Tulisan yang awalnya belum berlabel pun menjadi memiliki label ODOPfor99days

Inilah upaya yang saya lakukan. Bagaimana dengan kamu? hee...

#ODOPfor99days
#day98

Sekelumit Hikmah ODOP for 99Days

Beberapa minggu ini notif FB saya dipenuhi dengan pemberitahuan komentar di grup #ODOPfor99days. Notif ini terasa sangat mengganggu, terutama karena saya sendiri belum bisa setor tulisan kembali. Padahal kini sudah memasuki hari ke-99..huaahuaa... Sedih sekali karena tidak bisa memenuhi target untuk bisa menyetor satu tulisan setiap hari. Dan kondisi ini tidak hanya dialami saya sendiri. Ternyata banyak juga para ODOPers yang tidak bisa memenuhi target tersebut.

Ketua Kelas memang memberlakukan SP (semester pendek) agar mereka yang masih punya banyak hutang bisa menyusul ketertinggalannya. Bagi saya sendiri ini merupakan angin segar walau kekecewaan masih tersimpan di hati, karena tidak bisa konsisten mengikuti aturan yang telah ditetapkan sejak awal.

Saat membuka kelas ini, Ketua Kelas menyatakan bahwa latihan 99 hari ke depan adalah latihan konsistensi. Pada 33 hari pertama kita akan berlatih untuk menuangkan ide, memecahkan kebekuan, dan melenturkan otot-otot menulis. Pada 33 hari kedua, saat otot menulis mulai lentur, maka kita akan menemukan kenyamanan dalam menulis. Pada 33 hari terakhir, kita akan merasakan bahwa menulis sudah menjadi bagian dari diri kita. Sehingga menulis terasa mudah dan tidak lagi sulit.

99 hari adalah jangka waktu yang biasanya digunakan untuk membiasakan satu kebiasaan. Saat kita mampu menempuh 99 hari tanpa putus melakukan suatu kebiasaan. Maka, seyogyanya kebiasaan itu akan melekat dan menyatu dalam diri kita.

Itulah harapan-harapan yang ditabur saat grup ini pertama kali dibuat. Walau pada kenyataannya banyak yang tidak sesuai dengan harapan tersebut. Setidaknya saya merasakan banyak manfaat dari grup ini, yaitu :

1. Belajar Tuntas

Walau tertatih-tatih, tapi melalui grup ini saya diajak untuk menuntaskan semua tugas dengan berbagai cara yang memungkinkan. Hal ini yang belakangan tidak dapat saya lakukan dengan baik. Salah satu contohnya saat belajar membuat blog. Waktu itu, selama 30 hari kami diberi panduan serta turorial yang bisa diakses dengan mudah untuk pengembangan blog. Namun, kecenderungan untuk semangat di awal saja saya alami waktu itu. Sehingga, blog yang saya miliki sekarang setengah jadi. Lebih parahnya saya tidak tahu lagi bagaimana cara mengembangkan blog ini selanjutnya. Maka, dengan mengikuti grup ODOPfor99days setidaknya saya berusaha mengisi blog, walau tampilannya pas-pasan.

2. Melenturkan Target

Saat awal merintis blog, saya yang sebenarnya masih awam tentang dunia blog dan masih dasar dalam hal menulis, membuat target yang terlalu tinggi. Saat itu saya berkeinginan tulisan yang dituangkan dalam blog adalah artikel yang sarat makna dan bukan hanya curhatan belaka. Namun, melalui ODOPfor99days saya akhirnya melenturkan target tersebut. Karena demi memenuhi setoran apa pun yang ada dalam pikiran saya upayakan tertuang dalam tulisan

3. Melenturkan otot-otot menulis

Walau harapan untuk konsisten serta memiliki kebiasaan menulis yang baik tidak tercapai, setidaknya melalui latihan di ODOPfor99days, saya berlatih melenturkan otot-otot menulis. Kekakuan yang sering muncul dalam menuangkan kata, terlatih agar mengalir melalui ODOP ini. Walau kualitasnya masih banyak yang harus diperbaiki

4. Berkenalan dengan dunia blog

Awalnya blog ini dibuat hanya sekedar catatan keseharian dari Homeschooling yang kami jalani. Namun, setelah masuk grup ODOPfor99days, saya kemudian mengenal istilah blogger, serta mengenal banyak sisi dari kebermanfaatan blog, juga mengenal nama-nama blogger papan atas. Walau belum berani untuk terjun lebih jauh, karena terkait waktu yang dimiliki.

5. Menambah teman

Bergabung di grup ini tentu saja menambah friendlist baik di akun FB juga di WA. Mudah-mudahan bertambahnya teman merupakan sarana bertambah barokah baik ilmu juga usia. Aamiin

#ODOPfor99days
#day99

Kamis, 05 Mei 2016

Ibu Mertua, Ibu Keduaku

Saat banyak orang merasa tidak nyaman dengan kehadiran Ibu Mertua atau bahkan merasa takut saat harus hidup berdampingan dengan Ibu Mertua, alhamdulillah saya dijauhkan dari perasaan itu. Sebelum menikah, ketika calon suami mengatakan bahwa kita akan tinggal dekat dengan rumah Mertua, sempat terbersit pikiran tersebut. Namun, berkat keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja semua ketakutan dan kekhawatiran itu pun sirna sesaat setelah menikah.

Sebagai seorang menantu, perasaan tidak nyaman juga pernah saya rasakan terhadap Mertua. Terutama saat Beliau "mengkritik" baik tentang perilaku anak-anak atau tentang penataan rumah. Bagaimana pun, Mertua adalah orang yang baru kita kenal. Namun, dengan "kekuasaannya", mereka bisa dengan bebas "merecoki" rumah tangga kita. Ada beberapa catatan yang ingin saya bagi terkait memperbaiki hubungan menantu-mertua.

1. Yakinkan bahwa mereka juga adalah orangtua kita. Setelah kita menikah, pahamkan dan camkan dalam diri kita bahwa keluarga kita menjadi bertambah. Bukan hanya menambah suami, tapi menambah orangtua juga saudara. Berikan mereka ruang yang sama dalam hati kita, dan berikan pula porsi yang sama dalam do'a kita. Karena ajaran Islam menyatakan bahwa Mertua berada pada posisi yang sama dengan orangtua kandung kita. Artinya berlaku pula hadits yang menyatakan bahwa "Ridlo Allah ada pada ridlo orangtua kita, dan murka Allah ada pada murka orangtua kita".

2. Ingatlah bahwa Mertua kita yang telah berjuang bertahun-tahun mendidik dan membesarkan pasangan kita. Jika hari ini kita mendapatkan suami yang rela berkorban untuk kebahagiaan kita, yang selalu setia membantu pekerjaan kita, yang selalu siap mendengarkan keluh kesah serta tangis kita, yang selalu sedia mengabulkan keinginan kita, ingatlah semua berkat jasa mertua kita. Bertahun-tahun sebelum kita mengenal suami kita, dia hidup dalam belaian dan dekapan orangtuanya yang hari ini menjadi mertua kita. Karena mertua kitalah, suami kita ada. Maka sepantasnya kita haturkan terima kasih kepada Mertua kita dengan memaafkan sedikit kebawelan mereka, serta memaklumi kerewelan mereka.

3. Jadilah teladan untuk anak kita. Bayangkan bahwa anak-anak kita beranjak dewasa dan memiliki pasangan. Sikap seperti apakah yang kita harapkan dari menantu kita nanti? Maka, jadilah teladan bagi anak-anak kita agar mereka mampu bersikap baik terhadap mertuanya kelak. Dan inilah yang sangat saya rasakan. Jika hari ini saya dapat meminimalisir bentrok antara mertua dan menantu, semata-mata karena teladan yang pernah diberikan oleh orangtua saya dulu. Barakallah fihim.

Yuk, menjadi menantu kesayangan mertua karena sikap sayang yang kita tunjukkan pada mereka.

#ODOPfor99days
#day86

Ardi Lulus S1

Alhamdulillah akhir April kemarin, Ardi genap berusia enam bulan. Dan tidak mengalami sperti ketiga kakaknya, karena dari awal asupan untuk Ardi murni ASI dari payudara ibunya. Artinya Ardi sudah lulus S1 ASI. Saatnya memberikan sertifikat ini untuk Ardi.


Setelah masuk usia 6 bulan, saatnya Ardi berkenalan dengan makanan lain sebagai penunjang ASI. Karena ASI untuk Ardi insya Allah akan terus diberikan hingga tuntas usia 2 tahun. Perjuangan ASI Eksklusif untuk Ardi bukan tanpa halangan. Namun berkat ilmu dan pengalaman, rintangan tersebut dapat dilalui dengan baik. Alhamdulillah semangat ngASI akan terus dipupuk hingga waktunya masa penyapihan. Semoga Allah berkenan meridloi semua upaya ini. Aamiin

#ODOPfor99days
#day90

Catatan Kecil Dari Diskusi Bunda Produktif di Grup WA IIP Bandung Utara

Hari ini diskusi harian di grup WA IIP Bandung Utara memasuki tema Bunda Produktif. Diskusi kali ini diawali dengan kutipan tulisan teh Shanty tentang obrolan para pengurus IIP bersama bu Septi baru-baru ini. Teh Putri sebagai pemandu diskusi menegaskan bahwa kita jangan dulu melangkah ke bunpro (bunda produktif) sebelum bunsay (bunda sayang) dan buncek (bunda cekatan) kuat.

Diskusi pun kemudian berlangsung diawali dengan mempertanyakan definisi earn dalam bunpro. Ternyata, earn dalam bunpro tidak selalu identik dengan uang/materi. Namun lebih menitikberatkan pada kepuasaan batin saat melakukan sesuatu sesuai dengan passion dan berdaya guna. Selanjutnya diskusi mengerucut pada pertanyaan bisakah bunsay, buncek, dan bunpro berjalan beriringan?

Menyimak diskusi-diskusi tersebut, saya pun tergelitik untuk ikut sharing pendapat. Berikut catatan yang saya berikan dalam diskusi tadi siang.

Tentang bunpro, awalnya saya juga berpikir bahwa bunpro harus selalu yang terkait dengan materi. Padahal saya termasuk orang yang tidak memaksakan diri jualan alias ga bisa.

Tapi setelah memahami bahwa produktifitas tdk hanya dinilai dengan materi. Akhirnya saya semakin mantap dengan apa yang saya jalani hari ini.

Sebagai orang yang senang berorganisasi dan berkomunitas, itulah passion yang saya tekuni selama hampir 20 tahun. Bermula dari organisasi remaja mesjid serta organisasi intra sekolah, berlanjut pada ormawa dan ormas Islam hingga berkomunitas dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama.

Alhamdulillah semuanya memberikan kesempatan bagi saya untuk banyak memberi dan menerima. Kepuasaan saya dapatkan saat dapat menambah ilmu dan terus memperbaharui semangat serta saat bisa berbagi ilmu dan semangat dengan yang lain.

Saya pribadi, untuk urusan bunsay belum siap dikatakan lulus, namun terus berusaha untuk menguatkan. Klo masalah manajemen RT yang ada di buncek sampai hari ini saya masiiih banyak dibantu suami. Jika berbicara tuntas, sepertinya ketuntasan belajar kita akan tercapai saat ajal menjelang. Artinya, semuanya berproses. Jangan takut utk melangkah ke bunpro sambil tetap teguh memegang bunsay dan bunceknya.

#ODOPfor99days
#day89