Tantangan Reading Aloud
Tidak ada waktu khusus yang paling
tepat untuk melakukan reading aloud. Momen yang paling nyaman adalah saat anak
meminta. Dan itu bisa kapan saja, bahkan saat kita sibuk dengan pekerjaan kita.
Bagi anak-anak yang telah merasakan keasyikan reading aloud, ini akan menjadi senjata
untuk meraih perhatian dari kita terutama ketika kita sibuk dengan urusan kita
dan anak cenderung terabaikan. Butuh stok kesabaran yang tinggi ketika kita
menghadapi kondisi ini. Jika kondisinya memungkinkan, lebih baik dahulukan
permintaan anak kita. Sehingga, perasaan terabaikan dapat diminimalisir.
Perhatikan betul keterlibatan diri kita secara utuh dalam proses ini. Biasanya
tidak butuh waktu lama, asal anak merasa bahwa dia juga mendapat perhatian yang
sama, maka kita akan bisa kembali pada aktifitas kita dengan nyaman.
Apakah waktu sebelum tidur adalah
waktu yang tepat untuk membacakan buku? Bisa, karena pada saat itu anak rileks
dan akan lebih mudah memasukkan pesan-pesan yang ingin kita sampaikan melalui
buku. Apalagi jika kemudian anak tidur dengan kondisi kepuasaan lahir dan
batin, maka pesan yang kita sampaikan akan terbawa dalam memori jangka
panjangnya dan menjadi referensi hingga dia tumbuh besar.
Berhati-hatilah saat anak mulai
keranjingan dibacakan buku. Karena ini merupakan salah satu tantangan
konsistensi bagi orangtuanya. Ketagihan dibacakan buku bukanlah hal yang buruk.
Namun, akan menjadi tantangan tersendiri bagi konsistensi kita sebagai
orangtua. Apalagi jika buku yang ingin dibacakan adalah buku yang sama. Anak-anak
memiliki tingkat konsistensi yang lebih baik dibanding orangtuanya. Jangan
heran, jika anak akan meminta dibacakan buku yang sama terus menerus. Dia tidak
akan merasa bosan, bahkan mungkin kita yang akan jenuh dan merasa “eneg” dengan
buku tersebut. Ini adalah salah satu tantangan terberat dalam proses reading
aloud. Jika kondisi ini terjadi, kita
bisa mencoba mengalihkan perhatiannya pada buku lain secara perlahan tapi tidak
memaksa. Ketertarikan anak terhadap satu buku tertentu merupakan hal yang
menarik untuk digali. Menjadi PR bagi orangtuanya untuk menggali dan menemukan
ketertarikan itu, sehingga mereka akan lebih mengenal anak-anaknya.
Adakah batas usia untuk anak
dibacakan buku? Jawabannya Tidak. Reading aloud tetap dilakukan walau anak
sudah bisa membaca sendiri atau bahkan sudah beranjak remaja. Banyak pengalaman
beberapa orang teman yang anaknya berusia remaja, ikut nimbrung saat sang Ibu
membacakan buku untuk adiknya yang masih balita. Bahkan tidak jarang dia ikut
memilih buku mana yang akan dibacakan. Hal ini tidak masalah, karena
kemungkinan ada kebutuhan lain yang mereka harapkan melalui proses reading
aloud.
Pilihlah Buku Bergizi
Tidak ada ketentuan pasti tentang
jenis buku yang harus dibacakan untuk anak. bisa buku apa saja, dan bisa
disesuaikan dengan kebutuhan orangtua atau anak. M. Fauzil Adhim dalam bukunya
“Membuat Anak Gila Membaca” menekankan pentingnya memilih “Buku Bergizi”. Salah
satu cirinya adalah buku yang memiliki struktur penceritaan yang kuat. Karena
akan memebrikan pengaruh yang luar biasa bagi hati, jiwa serta pikiran anak. Untuk
menanamkan ketauhidan kita tidak perlu menunggu buku khusus anak yang
bertemakan hal tersebut, walau kini memang banyak bertebaran. Yang terpenting
buku tersebut memiliki pesan yang kuat tidak hanya luarnya tapi juga pesan di
dalamnya.
Kemudian Beliau mencontohkan sebuah
buku anak dengan judul “Si Kikir”. Tokoh dalam buku tersebut bernama Abidin
yang diceritakan memiliki sifat kikir bahkan untuk dirinya sendiri. Abidin
merupakan bahasa Arab yang memiliki arti “ahli ibadah”. Sungguh, bertolak
belakang nama tokoh dengan isi cerita yang disampaikan. Hal ini sangat tidak
baik bagi penanaman nilai-nilai dalam diri anak. Kondisi ini bagaikan sebuah
proses demonology, yang salah satu bentuknya antara lain mendekatkan istilah sakral
dengan keburukan. Sehingga menganggap bahwa konsep yang ada di balik istilah sakral
tersebut merupakan akar dari keburukan.
Tanpa Target
Hal penting lain yang harus
ditekankan dalam proses reading aloud adalah tidak ada target khusus. Walaupun,
ada banyak stimulasi yang bisa kita lakukan melalui proses reading aloud namun
semuanya bukanlah kejadian sulap “abracadabra”. Jika kita mulai mengharapkan
target khusus, misalnya anak bisa membaca di usia sekian tahun, maka bersiaplah
kecewa. Anak kita bukan mesin yang bisa
diprogram dengan sistematis. Yang terpenting dalam proses reading aloud adalah
menciptakan kepuasaan dan kenyamanan baik dalam diri anak maupun orangtua.
Harapan-harapan agar anak menjadi sesuatu sebaiknya kita gantungkan hanya
kepada Allah dan bukan kepada anak.
Banyak anak yang akhirnya bisa
dengan cepat memiliki keterampilan membaca melalui proses ini. Namun, tidak
sedikit pula yang memerlukan waktu lebih lama. Setiap anak itu unik, mereka
dilahirkan dengan berbagai keistimewaan tersendiri yang membutuhkan uluran
cinta serta kasih saying dari orangtuanya agar dapat berkembang maksimal. Jadi,
mari kita maksimalkan usaha dan perkuat do’a, sisanya biar Allah yang
menentukan. Wallahu ‘alamu bishshawab.
#ODOPfor99days
#day92
Tidak ada komentar:
Posting Komentar