Jumat, 20 Mei 2016

Reading Aloud (Part 2)

Tantangan Reading Aloud
Tidak ada waktu khusus yang paling tepat untuk melakukan reading aloud. Momen yang paling nyaman adalah saat anak meminta. Dan itu bisa kapan saja, bahkan saat kita sibuk dengan pekerjaan kita. Bagi anak-anak yang telah merasakan keasyikan reading aloud, ini akan menjadi senjata untuk meraih perhatian dari kita terutama ketika kita sibuk dengan urusan kita dan anak cenderung terabaikan. Butuh stok kesabaran yang tinggi ketika kita menghadapi kondisi ini. Jika kondisinya memungkinkan, lebih baik dahulukan permintaan anak kita. Sehingga, perasaan terabaikan dapat diminimalisir. Perhatikan betul keterlibatan diri kita secara utuh dalam proses ini. Biasanya tidak butuh waktu lama, asal anak merasa bahwa dia juga mendapat perhatian yang sama, maka kita akan bisa kembali pada aktifitas kita dengan nyaman.
Apakah waktu sebelum tidur adalah waktu yang tepat untuk membacakan buku? Bisa, karena pada saat itu anak rileks dan akan lebih mudah memasukkan pesan-pesan yang ingin kita sampaikan melalui buku. Apalagi jika kemudian anak tidur dengan kondisi kepuasaan lahir dan batin, maka pesan yang kita sampaikan akan terbawa dalam memori jangka panjangnya dan menjadi referensi hingga dia tumbuh besar.
Berhati-hatilah saat anak mulai keranjingan dibacakan buku. Karena ini merupakan salah satu tantangan konsistensi bagi orangtuanya. Ketagihan dibacakan buku bukanlah hal yang buruk. Namun, akan menjadi tantangan tersendiri bagi konsistensi kita sebagai orangtua. Apalagi jika buku yang ingin dibacakan adalah buku yang sama. Anak-anak memiliki tingkat konsistensi yang lebih baik dibanding orangtuanya. Jangan heran, jika anak akan meminta dibacakan buku yang sama terus menerus. Dia tidak akan merasa bosan, bahkan mungkin kita yang akan jenuh dan merasa “eneg” dengan buku tersebut. Ini adalah salah satu tantangan terberat dalam proses reading aloud.  Jika kondisi ini terjadi, kita bisa mencoba mengalihkan perhatiannya pada buku lain secara perlahan tapi tidak memaksa. Ketertarikan anak terhadap satu buku tertentu merupakan hal yang menarik untuk digali. Menjadi PR bagi orangtuanya untuk menggali dan menemukan ketertarikan itu, sehingga mereka akan lebih mengenal anak-anaknya.
Adakah batas usia untuk anak dibacakan buku? Jawabannya Tidak. Reading aloud tetap dilakukan walau anak sudah bisa membaca sendiri atau bahkan sudah beranjak remaja. Banyak pengalaman beberapa orang teman yang anaknya berusia remaja, ikut nimbrung saat sang Ibu membacakan buku untuk adiknya yang masih balita. Bahkan tidak jarang dia ikut memilih buku mana yang akan dibacakan. Hal ini tidak masalah, karena kemungkinan ada kebutuhan lain yang mereka harapkan melalui proses reading aloud.

Pilihlah Buku Bergizi
Tidak ada ketentuan pasti tentang jenis buku yang harus dibacakan untuk anak. bisa buku apa saja, dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan orangtua atau anak. M. Fauzil Adhim dalam bukunya “Membuat Anak Gila Membaca” menekankan pentingnya memilih “Buku Bergizi”. Salah satu cirinya adalah buku yang memiliki struktur penceritaan yang kuat. Karena akan memebrikan pengaruh yang luar biasa bagi hati, jiwa serta pikiran anak. Untuk menanamkan ketauhidan kita tidak perlu menunggu buku khusus anak yang bertemakan hal tersebut, walau kini memang banyak bertebaran. Yang terpenting buku tersebut memiliki pesan yang kuat tidak hanya luarnya tapi juga pesan di dalamnya.
Kemudian Beliau mencontohkan sebuah buku anak dengan judul “Si Kikir”. Tokoh dalam buku tersebut bernama Abidin yang diceritakan memiliki sifat kikir bahkan untuk dirinya sendiri. Abidin merupakan bahasa Arab yang memiliki arti “ahli ibadah”. Sungguh, bertolak belakang nama tokoh dengan isi cerita yang disampaikan. Hal ini sangat tidak baik bagi penanaman nilai-nilai dalam diri anak. Kondisi ini bagaikan sebuah proses demonology, yang salah satu bentuknya antara lain mendekatkan istilah sakral dengan keburukan. Sehingga menganggap bahwa konsep yang ada di balik istilah sakral tersebut merupakan akar dari keburukan.

Tanpa Target
Hal penting lain yang harus ditekankan dalam proses reading aloud adalah tidak ada target khusus. Walaupun, ada banyak stimulasi yang bisa kita lakukan melalui proses reading aloud namun semuanya bukanlah kejadian sulap “abracadabra”. Jika kita mulai mengharapkan target khusus, misalnya anak bisa membaca di usia sekian tahun, maka bersiaplah kecewa.  Anak kita bukan mesin yang bisa diprogram dengan sistematis. Yang terpenting dalam proses reading aloud adalah menciptakan kepuasaan dan kenyamanan baik dalam diri anak maupun orangtua. Harapan-harapan agar anak menjadi sesuatu sebaiknya kita gantungkan hanya kepada Allah dan bukan kepada anak.

Banyak anak yang akhirnya bisa dengan cepat memiliki keterampilan membaca melalui proses ini. Namun, tidak sedikit pula yang memerlukan waktu lebih lama. Setiap anak itu unik, mereka dilahirkan dengan berbagai keistimewaan tersendiri yang membutuhkan uluran cinta serta kasih saying dari orangtuanya agar dapat berkembang maksimal. Jadi, mari kita maksimalkan usaha dan perkuat do’a, sisanya biar Allah yang menentukan. Wallahu ‘alamu bishshawab.

#ODOPfor99days
#day92

Tidak ada komentar:

Posting Komentar