Jumat, 25 November 2016

Manajer Handal Keluarga

Memasuki materi keenam, Kelas Matrikulasi IIP Bandung kini mengajak para peserta untuk lebih menghayati peran seorang istri sebagai "Manajer Keluarga". Dalam NHW kali ini, peserta diajak untuk membuat Manajemen Waktu agar dapat memaksimalkan peran dengan baik.

Manajemen Waktu

Dari sekian kesibukan saya setiap hari, setidaknya dapat saya identifikasi 3 kegiatan yang paling penting:

1. Memfasilitasi belajar anak
2. Memasak dan mengurus rumah
3. Mengurus Madrasah

Sedangkan 3 kegiatan yang paling tidak penting :

1. Ber-media sosial/membuka HP
2. Ngobrol dengan tetangga/saudara
3. Jajan

Alhamdulillah tiga hal paling penting yang ada di atas merupakan kegiatan utama yang sering mewarnai hari-hari saya. Namun, seringkali waktu luang yang ada lebih banyak digunakan untuk "bermedia sosial", membuka HP untuk hanya sekedar membaca isi timeline di FB, atau membuka semua grup WA. Seringkali aktifitas ini minim manfaat, karena hanya sekedar membuka dan membaca seringkali tanpa efek apa pun, walau banyak tadzkiroh yang ada di sana.

Selain itu, saat-saat menemani anak-anak bermain di halaman juga seringkali tidak dimaksimalkan untuk menemai aktifitas mereka. Namun, lebih sering digunakan untuk bertegur sapa dan ngobrol dengan tetangga dan saudara. Padahal isi obrolan seringkali menjurus pada ghibah. Hal lainnya yang tidak penting tapi sering dilakukan adalah jajan. Walau intensitasnya tidak sesering kegiatan membuka HP dan ngobrol, namun cukup memboroskan uang yang seharusnya bisa digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.

Untuk memudahkan dalam mengatur kegiatan, aktifitas harian akan saya bagi dalam lima kelompok:

1. Kegiatan Pagi

Kegiatan pagi dimulai sejak sesudah shubuh hingga jam 8 pagi. Kegiatan yang masuk dalam kelompok ini adalah:
a. Merapikan dapur, kamar, dan ruang tamu
b. Menyiapkan sarapan
c. Tilawah bareng
d. Belanja keperluan dapur

2. Kegiatan Bersama Anak

Kegiatan ini termasuk kegiatan yang fleksibel disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dipilih untuk hari tersebut. Jika kegiatan dilakukan di luar rumah, maka akan disesuaikan dengan jadwal kegiatan tersebut. Namun, jika dilakukan di dalam rumah, maka akan dibagi dengan kegiatan mengurus rumah dimana anak-anak pun dilibatkan di dalamnya. Kandang waktu yang diberikan adalah setelah kegiatan pagi hingga waktu ashar. Termasuk dalam kelompok ini kegiatan Kursus Menjahit yang sedang saya jalani hingga bulan Maret mendatang. Di mana saat kegiatan Kursus berjalan, anak-anak dibawa dan disiapkan kegiatan mandiri.

3. Waktu Berbagi Ilmu

Waktu berbagi ilmu adalah kegiatan yang difokuskan untuk memakmurkan mesjid dan madrasah yang menjadi tanggungjawab kami. Kegiatan yang dilakukan dalam kelompok ini adalah pengajian anak-anak, ibu-ibu juga remaja. Dalam kegiatan ini, anak-anak ikut dilibatkan sebagai subjek kegiatan.

4. Waktu Untuk Rumah

Kegiatan mengurus rumah yang menjadi prioritas pertama adalah menyiapkan makanan sehat untuk keluarga. Untuk itu, saya lebih sering memasak sendiri agar lebih hemat dan sehat. Namun, jika tidak memungkinkan, maka kegiatan memasak tidak dilakukan. Prioritas kedua adalah mencuci dan menyetrika pakaian. Untuk urusan beres-beres rumah, sudah melibatkan anak-anak dan dimasukkan dalam kegiatan bersama anak. Pun untuk menyetrikan pakaian, walau belum sepenuhnya. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan ini adalah di awal pagi dan siang hari ba'da dzuhur. Atau dilakukan dalam setiap jeda kegiatan membersamai kegiatan belajar anak-anak, terutama untuk kegiatan belajar yang sifatnya mandiri.

Untuk memudahkan pengaturannya saya akan coba buat kandang waktu untuk kegiatan ini,
a. Memasak - 1 jam, dilakukan setiap hari
b. Mencuci - 1 jam, dilakukan dua hari sekali
c. Menyetrika - 30 menit, dilakukan tiga hari sekali

5. Kegiatan Malam

Kegiatan ini merupakan aktifitas relaks yang lebih banyak ditujukan untuk membangun bonding keluarga. Karena pada jam ini biasanya kami hadir lengkap. Kegiatan malam diisi dengan berbagi cerita dan membaca buku sebelum pergi tidur. Kegiatan ini dilakukan ba'da isya hingga pukul 21.30

Jika dibuat daftarnya, seperti inilah jadwal kegiatan harian saya

03.00-04.00 Me Time
04.00-08.00 Shubuh Time
                    Kegiatan Pagi
08.00-16.00 Kegiatan bersama anak
                    Waktu untuk rumah
16.00-19.30 Waktu Berbagi Ilmu
19.30-21.30 Kegiatan Malam

Mudah-mudahan ini menjadi awalan yang baik untuk saya melakukan manajemen waktu dalam kehidupan saya. Aamiin

#NHW_6
#MatrikulasiIIP

Sabtu, 19 November 2016

Learn How to Learn (Matrikulasi IIP Sessi 5)

Alhamdulillah, matrikulasi IIP sudah memasuki materi yang kelima. Berikut saya kutipkan isi materi di perkuliahan kali ini,

Materi Matrikulasi IIPbatch #2 sesi #5

📝BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR📝


Bunda dan calon bunda yang selalu semangat belajar,

Bagaimana sudah makin mantap dengan jurusan ilmu yang dipilih? kalau sudah, sekarang mari kita belajar bagaimana caranya belajar. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk lebih membumikan kurikulum yang teman-teman buat. Sehingga ketika teman-teman membuat kurikulum unik (customized curriculum) untuk anak-anak, makin bisa menerjemahkan secara setahap demi setahap karena kita sudah melakukannya. Inilah tujuan kita belajar.


Sebagaimana yang sudah kita pelajari di materi sebelumnya, bahwa semua manusia memiliki fitrah belajar sejak lahir. Tetapi mengapa sekarang ada orang  yg senang belajar dan ada yang tidak suka belajar.


Suatu pelajaran yang menurut kita berat jika dilakukan dengan senang hati maka pelajaran  yang berat itu akan terasa ringan, dan sebaliknya pelajaran yang ringan atau mudah jika dilakukan dengan terpaksa maka akan terasa berat atau sulit.


Jadi suka atau tidaknya kita pada suatu pelajaran itu bukan bergantung pada berat atau ringannya suatu pelajaran. Lebih kepada rasa.

Membuat BISA itu mudah, tapi membuatnya SUKA itu baru tantangan


Melihat perkembangan dunia yang semakin canggih dapat kita rasakan bahwa dunia sudah berubah dan dunia masih terus berubah.


Perubahan ini semakin hari semakin cepat sekali.

Anak kita sudah tentu akan hidup di jaman yang berbeda dengan jaman kita. Maka teruslah mengupdate diri, agar kita tidak membawa anak kita mundur beberapa langkah dari jamannya.


Apa yang perlu kita persiapkan untuk kita dan anak kita ?


Kita dan anak-anak perlu belajar tiga hal :

1⃣Belajar hal berbeda      
2⃣ Cara belajar yang berbeda

3⃣Semangat Belajar yang berbeda


🍀 Belajar Hal Berbeda

Apa saja yang perlu di pelajari ?

yaitu dengan belajar apa saja yang bisa:

🍎Menguatkan Iman,
ini adalah dasar yang amat penting bagi anak-anak kita untuk meraih masa depannya

🍎Menumbuhkan karakter yang baik.

🍎Menemukan passionnya (panggilan hatinya)


Cara Belajar Berbeda

Jika dulu  kita dilatih untuk terampil menjawab, maka latihlah anak kita untuk terampil bertanya Keterampilan bertanya ini akan dapat membangun kreatifitas anak dan pemahaman terhadap diri dan dunianya.


Kita dapat menggunakan jari tangan kita sebagai salah satu cara untuk melatih keterampilan anak2 kita untuk bertanya.

Misalnya :

👍Ibu jari : How

👆Jari telunjuk : Where

✋Jari tengah : What

✋Jari manis : When

✋Jari kelingking : Who

👐Kedua telapak tangan di buka : Why

👏Tangan kanan kemudian diikuti tangan kiri di buka : Which one.


Jika dulu kita hanya menghafal materi, maka sekarang ajak anak kita untuk mengembangkan struktur berfikir. Anak tidak hanya sekedar menghafal akan tetapi perlu juga dilatih untuk mengembangkan struktur berfikirnya


Jika dulu kita hanya pasif mendengarkan, maka latih anak kita dg aktif mencari. Untuk mendapatkan informasi tidak sulit hanya butuh kemauan saja.


Jika dulu kita hanya menelan informasi dr guru bulat-bulat, maka ajarkan anak untuk berpikir skeptik

Apa itu berpikir skeptik ?

Berpikir Skeptik yaitu tidak sekedar menelan informasi yang didapat bulat-bulat. Akan tetapi senantiasa mengkroscek kembali kebenarannya dengan melihat sumber-sumber yang lebih valid.


Semangat Belajar Yang berbeda

Semangat belajar  yang perlu ditumbuhkan pada anak kita adalah :


🍀Tidak hanya sekedar mengejar nilai rapor akan tetapi memahami subjek atau topik belajarnya.

🍀Tidak sekedar meraih ijazah/gelar tapi kita ingin meraih sebuah tujuan atau cita-cita.


Ketika kita mempunyai sebuah tujuan yang jelas maka pada saat berada ditempat pendidikan kita sudah siap dengan sejumlah pertanyaan-pertanyaan. Maka pada akhirnya kita tidak sekedar sekolah tapi kita berangkat untuk belajar (menuntut ilmu).


Yang harus dipahami,

Menuntut Ilmu bukan hanya saat sekolah, tetapi dapat dilakukan sepanjang hayat kita


Bagaimanakah dengan Strategi Belajarnya?


• Strategi belajar nya adalah dengan menggunakan

Strategi Meninggikan Gunung bukan meratakan lembah


Maksudnya adalah dengan menggali kesukaan, hobby, passion, kelebihan, dan kecintaan anak-anak kita terhadap hal2 yg mereka minati dan kita sebagai orangtuanya mensupportnya semaksimal mungkin.


Misalnya jika anak suka bola maka mendorongnya dengan memasukkannya pada club bola, maka dengan sendirinya anak akan melakukan proses belajar dengan gembira.



🚫 Sebaliknya jangan meratakan lembah

yaitu dengan menutupi kekurangannya,

Misalnya apabila anak kita tidak pandai matematika justru kita berusaha menjadikannya untuk menjadi pandai matematika dengan menambah porsi belajar matematikanya lebih sering (memberi les misalnya).


Ini akan menjadikan anak menjadi semakin stress.


Jadi ketika yang kita dorong pada anak-anak kita adalah keunggulan / kelebihannya maka anak-anak kita akan melakukan proses belajar dengan gembira.


Orang tua tidak perlu lagi mengajar atau menyuruh-nyuruh anak untuk belajar akan tetapi anak akan belajar dan mengejar sendiri terhadap informasi yang ingin dia ketahui dan dapatkan. Inilah yang membuat anak belajar atas kemauan sendiri, hingga ia melakukannya dengan senang hati.



Bagaimanakah membuat anak menjadi anak yang suka belajar ?


Caranya adalah :

1⃣ Mengetahui apa yang anak-anak mau / minati

2⃣Mengetahui tujuannya, cita-citanya

3⃣Mengetahui passionnya


Jika sudah mengerjakan itu semua maka anak kita akan meninggikan gunungnya dan akan melakukannya dengan senang hati.


  Good is not enough anymore we have to be different


Baik saja itu tidak cukup,tetapi kita juga harus punya nilai lebih (yang membedakan kita dengan orang lain).


Peran kita sebagai orang tua :

👨‍👩‍👧‍👧Sebaga pemandu : usia 0-8 tahun.

👨‍👩‍👧‍👧Sebagai teman bermain anak-anak kita : usia 9-16 tahun.

kalau tidak maka anak-anak akan menjauhi kita dan anak akan lebih dekat/percaya dengan temannya

👨‍👩‍👧‍👧sebagai sahabat yang siap mendengarkan anak-anak kita : usia 17 tahun keatas.



Cara mengetahui passion anak adalah :

1⃣ Observation ( pengamatan)

2⃣ engage(terlibat)

3⃣ watch and listen ( lihat dan dengarkan suara anak)


Perbanyak ragam kegiatan anak, olah raga, seni dan lain-lain.

Belajar untuk telaten mengamati, dengan melihat dan mencermati terhadap hal-hal yang disukai anak kita dan apakah konsisten dari waktu ke waktu.


Diajak diskusi tentang kesenangan anak, kalau memang suka maka kita dorong.



Cara mengolah kemampuan berfikir Anak dengan :


1⃣Melatih anak untuk belajar bertanya,

Caranya: dengan menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai suatu obyek.

2⃣Belajar menuliskan hasil pengamatannya Belajar untuk mencari alternatif solusi atas masalahnya

3⃣Presentasi yaitu mengungkapkan akan apa yang telah didapatkan/dipelajari

4⃣Kemampuan berfikir pada balita bisa ditumbuhkan dengan cara aktif bertanya pada si anak.

Selamat belajar dan menjadi teman belajar anak-anak kita,

Salam Ibu Profesional,

/Tim Matrikulasi IIP/

Sumber bacaan :

Dodik Mariyanto, Learning How to Learn, materi workshop, 2014

Joseph D Novak, Learning how to learn, e book, 2009


Dari materi di atas, selanjutnya peserta diajak untuk membuat desain pembelajaran sebagai Nice Homeworknya (NHW). Berbeda dengan materi sebelumnya, pada tugas kali ini Bu Septi sengaja tidak memberikan panduan pengerjaan. Para peserta distimulasi untuk memunculkan rasa ingin tahu yang membuat mereka mencari tahu dan akhirnya menemukan sendiri pengetahuannya.

Bagi saya, proses pemberian tugas kali ini sungguh merupakan sebuah contoh konkrit tentang bagaimana memandu sebuah pembelajaran. Melalui proses ini, Bu Septi mencontohkan bagaimana mengajar tanpa menggurui. Bu Septi sebagai fasilitator telah memberikan ruang terbuka kepada para peserta untuk belajar secara mandiri.

Apa yang ditampilkan bu Septi dalam pemberian tugas kali ini, sedikit banyak membuat saya terhenyak. Karena hal ini jarang saya dapatkan di masa lalu. Saya termasuk orang yang senang belajar. Namun, pengalaman belajar saya dipenuhi dengan gaya belajar yang terarah dan terstruktur. Kata "harus" selalu mewarnai motivasi belajar saya, sehingga jarang sekali saya mempelajari sesuatu karena "ingin". Pola belajar yang diterapkan di masa lalu mengakibatkan saya kurang melatih daya imajinasi dan kreatifitas. Pola stimulasi yang diterima cenderung lebih benyak mengaktifkan otak kiri.

Di masa lalu, saya lebih banyak mempelajari sesuatu melalui menghafal baru memahami. Sumber belajar pun terbatas pada apa yang telah disajikan. Kurang memiliki motivasi untuk menggali dan mencari lebih banyak, karena merasa bahwa apa yang disajikan guru itulah yang terbaik. Gaya belajar saya lebih cenderung audio, dan saya memiliki sifat dominan, sehingga dalam situasi belajar kelompok, saya lebih senang didengarkan daripada mendengar.

Saat itu saya merasa pola belajar saya baik-baik saja. Karena pada kenyataannya saya sering mendapat prestasi terbaik dalam bidang akademik. Seiring perkembangan usia dan pengalaman, saya pun mulai menyadari titik kelemahan pola belajar saya. Kesadaran ini terutama saya dapatkan dari kesenangan saya berorganisasi. Sedikit banyak, berorganisasi baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah telah ikut membentuk pemahaman saya tentang pola belajar. Kini, saya belajar untuk mendengar dan mengaktifkan rasa ingin tahu, agar belajar tidak hanya sebatas harus.

Pengalaman selanjutnya saya dapatkan saat memasuki jenjang kuliah. Tuntutan belajar mandiri di jenjang perkuliahan membuat saya memaksa diri untuk belajar mencari tahu dan menyusun pengetahuan secara mandiri. Walau efeknya tidak terlalu signifikan terhadap perubahan pola belajar saya, namun setidaknya membuat saya lebih dewasa dalam belajar.

Kesadaran tentang kelemahan pola belajar yang saya miliki ternyata tidak kemudian membuat saya bisa merubah sekaligus kelemahan gaya belajar. Aapa yang sudah tertanam sejak lama ternyata lebih sering muncul dibandingkan apa yang baru saya pahami saat dewasa. Hal ini terlihat sekali terutama dalam pendampingan belajar anak-anak di rumah. Dan inilah yang sangat membuat saya terhenyak melihat pola yang diterapkan bu Septi dalam grup Matrikulasi Koordinator.

Saya termasuk yang agak lama mencerna materi-materi yang diberikan bu Septi dalam program Matrikulasi ini. Sehingga seringkali kebingungan dalam mengerjakan NHW. Termasuk dalam NHW kali ini. Dari diskusi-diskusi yang berjalan di grup, walau saya hanya bisa menjadi silent reader, akhirnya saya menyadari kembali bahwa pola belajar saya masih didominasi pengalaman masa kecil. walau kini saya belajar memunculkan rasa ingin tahu dengan banyak mempelajari yang saya ingin tahu, tapi pada kenyataannya saya kesulitan mengaplikasikannya dalam kehidupan jika tidak ada contohnya.

Saya akan sangat baik belajar, saat ada contoh konkrit dan panduan detail yang disajikan. Kreatifitas yang saya miliki baru sampai tahap kreatif meniru. Walau demikian, saya termasuk orang yang senang membuat konsep dan mengorganisasikan konsep tersebut. Saya juga senang mempelajari hal baru apalagi jika itu berhubungan dengan apa yang saya hadapi saat ini.

Mungkin baru itu saja yang dapat saya ungkapkan dalam pengerjaan NHW kali ini. Kurang lebihnya saya mohon pencerahan dari Bu Septi.

#NHW_5
#Matrikulasi_IIP

Minggu, 13 November 2016

Mendidik Dengan Kekuatan Fitrah

Sejujurnya saya masih mengalami banyak kebingungan untuk mengerjakan NHW #4. Sungguh suatu pengalaman yang mengajak saya untuk merenung dan mengevaluasi lebih dalam tentang makna hidup dan kehidupan. Dengan segala keterbatasan ilmu yang saya miliki, upaya perenungan tersebut seringkali menjadi berputar-putar dan tidak berkembang. Untuk itu, saya mencoba menuliskannya di sini. Semoga melalui curhat via tulisan, ada sedikit benang merah yang saya dapatkan.

  1. Melihat kembali NHW #1

Setelah melalui empat materi dalam Matrikulasi IIP kali ini, memang sempat terbersit untuk mengkaji ulang apa yang telah ditulis dalam NHW #1. Alhamdulillah, ternyata NHW #4 memang memfasilitasi keinginan tersebut. Bidang ilmu yang ingin saya tekuni masih tetap dalam ranah membentuk diri menjadi Mar'ah Sholihah, seperti yang telah diungkapkan dalam NHW #1. Namun, akan coba dispesifikasi menjadi dua bidang, yaitu : Bidang Tafsir serta Bidang Pendidikan Ibu dan Anak.
Bidang Tafsir meliputi pengetahuan seputar al-Qur'an. Mulai dari Tahsin (membaca yang al-Qur'an dengan benar), Tahfidz (menghafal al-Qur'an) dan Tafsir (memahami kandungan al-Qur'an). Sebenanarnya cakupan Ilmu Tafsir sangatlah luas, karena berbicara tentang kemampuan memahami Bahasa Arab, Sejarah, dan lain sebagainya. Yang menjadi target saat ini setidaknya belajar mengikuti Kajian Tafsir melalui lisan para Asatidz yang memiliki Ilmu Tafsir.
Sedangkan bidang Pendidikan Ibu dan Anak meliputi Ilmu tentang mendidik anak (Bunda Sayang), mengelola Rumah Tangga (Bunda Cekatan), menjadi Ibu produktif (Bunda Produktif), serta menjadi Ibu yang berakhlaqul karimah (Bunda Shalehah). Saat ini Bunda Sayang dan Bunda Cekatan sedang dalam tahap aplikasi dan terus dievaluasi. Dan kini saya sedang mencoba belajar untuk masuk ranah Bunda Produktif.

  1. Melihat kembali NHW #2
Check List yang dibuat ternyata belum dapat dijalankan secara konsisten. NHW #4 secara tidak langsung menampar dan mengingatkan saya untuk belajar konsisten dengan apa yang telah ditulis. Insya Allah mulai hari ini, akan saya ingat kembali check list tersebut agar bisa tampil menjadi Ibu Profesional.

  1. Membaca kembali NHW #3
Setelah membaca kembali NHW #3 dan mulai merenungkan kembali apa yang telah lalu, yang sedang dijalani serta apa yang ada di hadapan kami, maka saya pun mulai belajar memahami bahwa ternyata di sinilah tempat saya. Ya, tempat kami untuk mengabdi adalah di rumah dan di lingkungan rumah kami. Tidak jauh. Dengan Mesjid dan Madrasah yang menjadi amanah kami, akhirnya kami meyakini bahwa inilah ladang dakwah kami. Munculnya berbagai persoalan sosial di lingkungan tempat kami tinggal semakin meyakini bahwa tugas kamilah untuk menjadi agent of change bagi lingkungan rumah kami, yaitu lingkungan Gang Sukapada I. Meski untuk belajar memahami ini, kami hanya mengandalkan naluri dan pemahaman pendek kami, tanpa melalui aneka tes dan kuosioner, namun kami yakin, inilah amanah kami. Karena baiknya sebuah negara dimulai dari lingkungan terkecilnya.

Misi Hidup : Berdakwah di Lingkungan Tempat Tinggal
Bidang : Dakwah dan Pendidikan

  1. Ilmu yang diperlukan untuk menjalankan Misi Hidup

Pemaparan tentang ilmu yang dibutuhkan mungkin sudah sedikit disinggung dalam review NHW #1. Kami meyakini bahwa kami harus mendalami kembali ilmu Agama, agar kami memiliki pijakan yang kuat saat berdakwah di masyarakat. Agar tumbuh kepercayaan dalam diri masyarakat untuk mengikuti apa yang kami dakwahkan.

Berikut rincian waktu yang kami canangkan

Tahun pertama, adalah saatnya memperdalam ilmu dan wawasan serta mengevaluasi aplikasi ilmu yang selama ini sudah dijalankan

Tahun kedua, adalah saatnya mengembangkan sayap dakwah dengan menambah kegiatan baru bagi kami untuk dapat berkiprah di masayarakat

Mungkin itu saja yang bisa saya laporkan dalam pengerjaan NHW #4 kali ini. Saya sangat berharap bu Septi dapat memberikan arahan serta komentar agar saya bisa memperbaiki dan melengkapi isi NHW ini. Terima kasih

#NHW_4
#Matrikulasi_IIP

Jumat, 04 November 2016

Menemukan "Misi Spesifik"

Sungguh sebuah judul yang teramat berat. Ya, itulah Nice Homework dari Matrikulasi IIP kali ini. Walau hingga tulisan ini dibuat masih dibalut kebimbangan tentang kesimpulan akhirnya, namun sekuat tenaga akan kami coba untuk menuliskannya.

Bu Septi memberikan beberapa arahan untuk menemukan "Misi Spesifik Keluarga", diawali dengan berusaha mengenali potensi unik diri dan suami, kemudian anak-anak, hingga lingkungan sekitar. Dari penjabaran semuanya diharapkan kita dapat menarik kesimpulan tentang apa Misi Spesifik yang telah Allah titipkan pada kita dan keluarga kita di muka bumi ini.

Pertama, berbicara potensi diri. Jika mengacu pada 4E (Easy, Enjoy, Excellent, Earn), maka potensi saya berada pada menyusun konsep kegiatan, berorganisasi, mengajar, dan dakwah. Tak jauh berbeda dengan potensi yang dimiliki suami, namun beliau memiliki kelebihan dalam hal enterpreuneur dan kreatifitas ide. Kelebihan lainnya adalah ketegasan dalam bersikap dan ketangguhan yang lebih tinggi beberapa level di atas saya. Dalam mengungkapkan kelebihan ini, bu Septi memberi kami PR untuk membuat surat cinta bagi suami kemudian melaporkan responnya.

Untuk surat cinta, sengaja saya menuliskannya di buku agenda bersejarah milik kami. Mengapa bersejarah? Karena melalui buku agenda tersebut pernyataan cinta dan ajakan menikah dimulai. Ya, pernyataan pertama dilakukan suami tercinta melalui sebait puisi berbahasa sunda yang romantis dan sangat mengena. Puisi inilah yang kemudian membuka komunikasi kami tentang pernikahan dan rumah tangga. Maka, demi menumbuhkan kembali romantisme 13 tahun yang lalu tersebut, sengaja surat cinta saya tulis di buku itu. Sayang, hingga tulisan ini dibuat beliau belum sempat membacanya, karena terlanjur tertidur kelelahan setelah aktifitas seharian. Tapi, saya sudah sampaikan bahwa saya menulis sesuatu di buku tersebut. Beliau pun senyum-senyum sambil mengedip manja menanggapinya.

Potensi Unik Anak-anak

Secara umum, alhamdulillah anak-anak kami dibekali potensi kecerdasan intelektual di atas rata-rata. Mereka pun memiliki kemampuan sosial yang cukup baik. Secara khusus, akan coba dijabarkan tiap anak.

Bani, memiliki potensi menonjol sebagai negosiator dan leader. Dia orang yang cenderung memiliki konsep pribadi tapi juga memiliki kemampuan mengkampanyekan konsepnya dengan baik kepada orang lain. Gayanya yang luwes membuat Bani mudah diterima oleh lingkungannya. Bani juga memiliki kemampuan audio visual yang baik, cepat dalam menghafal sesuatu, memiliki daya imajinasi dan kreatifitas yang baik, meski terkadang kurang tangguh menghadapi tantangan. Senang dengan dunia desain dan animasi, serta memiliki cita-cita menjadi penghafal Qur'an.

Anak kedua kami Ira, mewarisi gaya perfeksionis sang ibu. Memiliki kemampuan konsep namun terkadang kurang toleran terhadap kekurangan dan kesalahan baik dari dirinya maupun orang lain. Memiliki kemampuan visual serta bahasa yang baik, penyayang dan perhatian (caring). Senang dengan dunia menulis, crafting, dan memasak. Cenderung selektif dalam memilih kegiatan juga berteman. Sehingga, tidak mudah terbawa arus.

Naura anak ketiga kami memiliki jiwa pejuang, di usinya yang baru 6 tahun sedang membangun terus rasa ingin tahunya. Senang kegiatan outdoor, mudah kenal dengan siapa saja. Senang menarik perhatian orang lain dan memiliki kecenderungan memimpin, membuat konsep, serta memetakannya.

Sedangkan anak keempat kami, Ardi karena usianya baru 1 tahun, maka potensi yang terlihat baru dari rasa ingin tahunya yang tinggi, dan senang menjadi pusat perhatian.

Kondisi Lingkungan

Kami tinggal tidak jauh dari orangtua dan keluarga besar. Dekat rumah kami ada Mesjid dan Madrasah dimana kami diamanahi menjadi salah satu pengurusnya. Selama ini kegiatan Mesjid dan Madrasah cukup didukung oleh masyarakat sekitar. Meskipun jika diukur efektifitas dakwahnya masih dalam prosentase yang rendah. Karena keberadaan Mesjid dan Madrasah belum berbanding lurus dengan akhlaq masyarakat sekitarnya. Praktek riba atau rentenir masih menjamur di masyarakat. Kecenderungan gaya hidup hedonis juga permissif. Namun, setidaknya mereka masih memiliki rasa hormat terhadap kegiatan kami.

Saya, suami, dan keluarga besar kami aktif dalam sebuah ormas Islam yang bermuatan dakwah dan pendidikan. Dan aktifitas di ormas ini cukup mewarnai gaya berpikir dan bertindak kami.

Kami juga melakukan homeschooling di keluarga kami. Sehingga selain bergaul dengan lingkungan ormas Islam, kami pun bergaul dengan berbagai kalangan pelaku homeschooling baik di dunia nyata maupun dunia maya. Kami juga terlibat dalam beberapa kegiatan komunitas baik yang terkait kegiatan belajar anak-anak kami maupun komunitas keluarga seperti IIP.

Misi Spesifik

Jadi, apakah misi spesifik keluarga kami? Jika dipelajari dan dihayati dari penjabaran di atas, maka misi spesifiknya adalah kami harus bisa menjadi agent of change di lingkungan kami mulai dari cara mendidik anak, cara bergaul, dan cara "beriman" dan "berislam". Misi kami adalah dakwah dengan Masjid sebagai pusat kegiatan.

Bagian penutup yang masih bingung...apakah sudah cukup yang dituliskan di atas atau tidak? Wallahu 'alamu bishshawwab

#NHW_3
#Matrikulasi_Koordinator_IIP_Batch_2
#ODOPfor99daysSemester2
#day105