Alhamdulillah, matrikulasi IIP sudah memasuki materi yang kelima. Berikut saya kutipkan isi materi di perkuliahan kali ini,
Materi Matrikulasi IIPbatch #2 sesi #5
📝BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR📝
Bunda dan calon bunda yang selalu semangat belajar,
Bagaimana sudah makin mantap dengan jurusan ilmu yang dipilih? kalau sudah, sekarang mari kita belajar bagaimana caranya belajar. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk lebih membumikan kurikulum yang teman-teman buat. Sehingga ketika teman-teman membuat kurikulum unik (customized curriculum) untuk anak-anak, makin bisa menerjemahkan secara setahap demi setahap karena kita sudah melakukannya. Inilah tujuan kita belajar.
Sebagaimana yang sudah kita pelajari di materi sebelumnya, bahwa semua manusia memiliki fitrah belajar sejak lahir. Tetapi mengapa sekarang ada orang yg senang belajar dan ada yang tidak suka belajar.
Suatu pelajaran yang menurut kita berat jika dilakukan dengan senang hati maka pelajaran yang berat itu akan terasa ringan, dan sebaliknya pelajaran yang ringan atau mudah jika dilakukan dengan terpaksa maka akan terasa berat atau sulit.
Jadi suka atau tidaknya kita pada suatu pelajaran itu bukan bergantung pada berat atau ringannya suatu pelajaran. Lebih kepada rasa.
Membuat BISA itu mudah, tapi membuatnya SUKA itu baru tantangan
Melihat perkembangan dunia yang semakin canggih dapat kita rasakan bahwa dunia sudah berubah dan dunia masih terus berubah.
Perubahan ini semakin hari semakin cepat sekali.
Anak kita sudah tentu akan hidup di jaman yang berbeda dengan jaman kita. Maka teruslah mengupdate diri, agar kita tidak membawa anak kita mundur beberapa langkah dari jamannya.
Apa yang perlu kita persiapkan untuk kita dan anak kita ?
Kita dan anak-anak perlu belajar tiga hal :
1⃣Belajar hal berbeda
2⃣ Cara belajar yang berbeda
3⃣Semangat Belajar yang berbeda
🍀 Belajar Hal Berbeda
Apa saja yang perlu di pelajari ?
yaitu dengan belajar apa saja yang bisa:
🍎Menguatkan Iman,
ini adalah dasar yang amat penting bagi anak-anak kita untuk meraih masa depannya
🍎Menumbuhkan karakter yang baik.
🍎Menemukan passionnya (panggilan hatinya)
Cara Belajar Berbeda
Jika dulu kita dilatih untuk terampil menjawab, maka latihlah anak kita untuk terampil bertanya Keterampilan bertanya ini akan dapat membangun kreatifitas anak dan pemahaman terhadap diri dan dunianya.
Kita dapat menggunakan jari tangan kita sebagai salah satu cara untuk melatih keterampilan anak2 kita untuk bertanya.
Misalnya :
👍Ibu jari : How
👆Jari telunjuk : Where
✋Jari tengah : What
✋Jari manis : When
✋Jari kelingking : Who
👐Kedua telapak tangan di buka : Why
👏Tangan kanan kemudian diikuti tangan kiri di buka : Which one.
Jika dulu kita hanya menghafal materi, maka sekarang ajak anak kita untuk mengembangkan struktur berfikir. Anak tidak hanya sekedar menghafal akan tetapi perlu juga dilatih untuk mengembangkan struktur berfikirnya
Jika dulu kita hanya pasif mendengarkan, maka latih anak kita dg aktif mencari. Untuk mendapatkan informasi tidak sulit hanya butuh kemauan saja.
Jika dulu kita hanya menelan informasi dr guru bulat-bulat, maka ajarkan anak untuk berpikir skeptik
Apa itu berpikir skeptik ?
Berpikir Skeptik yaitu tidak sekedar menelan informasi yang didapat bulat-bulat. Akan tetapi senantiasa mengkroscek kembali kebenarannya dengan melihat sumber-sumber yang lebih valid.
Semangat Belajar Yang berbeda
Semangat belajar yang perlu ditumbuhkan pada anak kita adalah :
🍀Tidak hanya sekedar mengejar nilai rapor akan tetapi memahami subjek atau topik belajarnya.
🍀Tidak sekedar meraih ijazah/gelar tapi kita ingin meraih sebuah tujuan atau cita-cita.
Ketika kita mempunyai sebuah tujuan yang jelas maka pada saat berada ditempat pendidikan kita sudah siap dengan sejumlah pertanyaan-pertanyaan. Maka pada akhirnya kita tidak sekedar sekolah tapi kita berangkat untuk belajar (menuntut ilmu).
Yang harus dipahami,
Menuntut Ilmu bukan hanya saat sekolah, tetapi dapat dilakukan sepanjang hayat kita
Bagaimanakah dengan Strategi Belajarnya?
• Strategi belajar nya adalah dengan menggunakan
Strategi Meninggikan Gunung bukan meratakan lembah
Maksudnya adalah dengan menggali kesukaan, hobby, passion, kelebihan, dan kecintaan anak-anak kita terhadap hal2 yg mereka minati dan kita sebagai orangtuanya mensupportnya semaksimal mungkin.
Misalnya jika anak suka bola maka mendorongnya dengan memasukkannya pada club bola, maka dengan sendirinya anak akan melakukan proses belajar dengan gembira.
🚫 Sebaliknya jangan meratakan lembah
yaitu dengan menutupi kekurangannya,
Misalnya apabila anak kita tidak pandai matematika justru kita berusaha menjadikannya untuk menjadi pandai matematika dengan menambah porsi belajar matematikanya lebih sering (memberi les misalnya).
Ini akan menjadikan anak menjadi semakin stress.
Jadi ketika yang kita dorong pada anak-anak kita adalah keunggulan / kelebihannya maka anak-anak kita akan melakukan proses belajar dengan gembira.
Orang tua tidak perlu lagi mengajar atau menyuruh-nyuruh anak untuk belajar akan tetapi anak akan belajar dan mengejar sendiri terhadap informasi yang ingin dia ketahui dan dapatkan. Inilah yang membuat anak belajar atas kemauan sendiri, hingga ia melakukannya dengan senang hati.
Bagaimanakah membuat anak menjadi anak yang suka belajar ?
Caranya adalah :
1⃣ Mengetahui apa yang anak-anak mau / minati
2⃣Mengetahui tujuannya, cita-citanya
3⃣Mengetahui passionnya
Jika sudah mengerjakan itu semua maka anak kita akan meninggikan gunungnya dan akan melakukannya dengan senang hati.
Good is not enough anymore we have to be different
Baik saja itu tidak cukup,tetapi kita juga harus punya nilai lebih (yang membedakan kita dengan orang lain).
Peran kita sebagai orang tua :
👨👩👧👧Sebaga pemandu : usia 0-8 tahun.
👨👩👧👧Sebagai teman bermain anak-anak kita : usia 9-16 tahun.
kalau tidak maka anak-anak akan menjauhi kita dan anak akan lebih dekat/percaya dengan temannya
👨👩👧👧sebagai sahabat yang siap mendengarkan anak-anak kita : usia 17 tahun keatas.
Cara mengetahui passion anak adalah :
1⃣ Observation ( pengamatan)
2⃣ engage(terlibat)
3⃣ watch and listen ( lihat dan dengarkan suara anak)
Perbanyak ragam kegiatan anak, olah raga, seni dan lain-lain.
Belajar untuk telaten mengamati, dengan melihat dan mencermati terhadap hal-hal yang disukai anak kita dan apakah konsisten dari waktu ke waktu.
Diajak diskusi tentang kesenangan anak, kalau memang suka maka kita dorong.
Cara mengolah kemampuan berfikir Anak dengan :
1⃣Melatih anak untuk belajar bertanya,
Caranya: dengan menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai suatu obyek.
2⃣Belajar menuliskan hasil pengamatannya Belajar untuk mencari alternatif solusi atas masalahnya
3⃣Presentasi yaitu mengungkapkan akan apa yang telah didapatkan/dipelajari
4⃣Kemampuan berfikir pada balita bisa ditumbuhkan dengan cara aktif bertanya pada si anak.
Selamat belajar dan menjadi teman belajar anak-anak kita,
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
Sumber bacaan :
Dodik Mariyanto, Learning How to Learn, materi workshop, 2014
Joseph D Novak, Learning how to learn, e book, 2009
Dari materi di atas, selanjutnya peserta diajak untuk membuat desain pembelajaran sebagai Nice Homeworknya (NHW). Berbeda dengan materi sebelumnya, pada tugas kali ini Bu Septi sengaja tidak memberikan panduan pengerjaan. Para peserta distimulasi untuk memunculkan rasa ingin tahu yang membuat mereka mencari tahu dan akhirnya menemukan sendiri pengetahuannya.
Bagi saya, proses pemberian tugas kali ini sungguh merupakan sebuah contoh konkrit tentang bagaimana memandu sebuah pembelajaran. Melalui proses ini, Bu Septi mencontohkan bagaimana mengajar tanpa menggurui. Bu Septi sebagai fasilitator telah memberikan ruang terbuka kepada para peserta untuk belajar secara mandiri.
Apa yang ditampilkan bu Septi dalam pemberian tugas kali ini, sedikit banyak membuat saya terhenyak. Karena hal ini jarang saya dapatkan di masa lalu. Saya termasuk orang yang senang belajar. Namun, pengalaman belajar saya dipenuhi dengan gaya belajar yang terarah dan terstruktur. Kata "harus" selalu mewarnai motivasi belajar saya, sehingga jarang sekali saya mempelajari sesuatu karena "ingin". Pola belajar yang diterapkan di masa lalu mengakibatkan saya kurang melatih daya imajinasi dan kreatifitas. Pola stimulasi yang diterima cenderung lebih benyak mengaktifkan otak kiri.
Di masa lalu, saya lebih banyak mempelajari sesuatu melalui menghafal baru memahami. Sumber belajar pun terbatas pada apa yang telah disajikan. Kurang memiliki motivasi untuk menggali dan mencari lebih banyak, karena merasa bahwa apa yang disajikan guru itulah yang terbaik. Gaya belajar saya lebih cenderung audio, dan saya memiliki sifat dominan, sehingga dalam situasi belajar kelompok, saya lebih senang didengarkan daripada mendengar.
Saat itu saya merasa pola belajar saya baik-baik saja. Karena pada kenyataannya saya sering mendapat prestasi terbaik dalam bidang akademik. Seiring perkembangan usia dan pengalaman, saya pun mulai menyadari titik kelemahan pola belajar saya. Kesadaran ini terutama saya dapatkan dari kesenangan saya berorganisasi. Sedikit banyak, berorganisasi baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah telah ikut membentuk pemahaman saya tentang pola belajar. Kini, saya belajar untuk mendengar dan mengaktifkan rasa ingin tahu, agar belajar tidak hanya sebatas harus.
Pengalaman selanjutnya saya dapatkan saat memasuki jenjang kuliah. Tuntutan belajar mandiri di jenjang perkuliahan membuat saya memaksa diri untuk belajar mencari tahu dan menyusun pengetahuan secara mandiri. Walau efeknya tidak terlalu signifikan terhadap perubahan pola belajar saya, namun setidaknya membuat saya lebih dewasa dalam belajar.
Kesadaran tentang kelemahan pola belajar yang saya miliki ternyata tidak kemudian membuat saya bisa merubah sekaligus kelemahan gaya belajar. Aapa yang sudah tertanam sejak lama ternyata lebih sering muncul dibandingkan apa yang baru saya pahami saat dewasa. Hal ini terlihat sekali terutama dalam pendampingan belajar anak-anak di rumah. Dan inilah yang sangat membuat saya terhenyak melihat pola yang diterapkan bu Septi dalam grup Matrikulasi Koordinator.
Saya termasuk yang agak lama mencerna materi-materi yang diberikan bu Septi dalam program Matrikulasi ini. Sehingga seringkali kebingungan dalam mengerjakan NHW. Termasuk dalam NHW kali ini. Dari diskusi-diskusi yang berjalan di grup, walau saya hanya bisa menjadi silent reader, akhirnya saya menyadari kembali bahwa pola belajar saya masih didominasi pengalaman masa kecil. walau kini saya belajar memunculkan rasa ingin tahu dengan banyak mempelajari yang saya ingin tahu, tapi pada kenyataannya saya kesulitan mengaplikasikannya dalam kehidupan jika tidak ada contohnya.
Saya akan sangat baik belajar, saat ada contoh konkrit dan panduan detail yang disajikan. Kreatifitas yang saya miliki baru sampai tahap kreatif meniru. Walau demikian, saya termasuk orang yang senang membuat konsep dan mengorganisasikan konsep tersebut. Saya juga senang mempelajari hal baru apalagi jika itu berhubungan dengan apa yang saya hadapi saat ini.
Mungkin baru itu saja yang dapat saya ungkapkan dalam pengerjaan NHW kali ini. Kurang lebihnya saya mohon pencerahan dari Bu Septi.
#NHW_5
#Matrikulasi_IIP
Materi Matrikulasi IIPbatch #2 sesi #5
📝BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR📝
Bunda dan calon bunda yang selalu semangat belajar,
Bagaimana sudah makin mantap dengan jurusan ilmu yang dipilih? kalau sudah, sekarang mari kita belajar bagaimana caranya belajar. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk lebih membumikan kurikulum yang teman-teman buat. Sehingga ketika teman-teman membuat kurikulum unik (customized curriculum) untuk anak-anak, makin bisa menerjemahkan secara setahap demi setahap karena kita sudah melakukannya. Inilah tujuan kita belajar.
Sebagaimana yang sudah kita pelajari di materi sebelumnya, bahwa semua manusia memiliki fitrah belajar sejak lahir. Tetapi mengapa sekarang ada orang yg senang belajar dan ada yang tidak suka belajar.
Suatu pelajaran yang menurut kita berat jika dilakukan dengan senang hati maka pelajaran yang berat itu akan terasa ringan, dan sebaliknya pelajaran yang ringan atau mudah jika dilakukan dengan terpaksa maka akan terasa berat atau sulit.
Jadi suka atau tidaknya kita pada suatu pelajaran itu bukan bergantung pada berat atau ringannya suatu pelajaran. Lebih kepada rasa.
Membuat BISA itu mudah, tapi membuatnya SUKA itu baru tantangan
Melihat perkembangan dunia yang semakin canggih dapat kita rasakan bahwa dunia sudah berubah dan dunia masih terus berubah.
Perubahan ini semakin hari semakin cepat sekali.
Anak kita sudah tentu akan hidup di jaman yang berbeda dengan jaman kita. Maka teruslah mengupdate diri, agar kita tidak membawa anak kita mundur beberapa langkah dari jamannya.
Apa yang perlu kita persiapkan untuk kita dan anak kita ?
Kita dan anak-anak perlu belajar tiga hal :
1⃣Belajar hal berbeda
2⃣ Cara belajar yang berbeda
3⃣Semangat Belajar yang berbeda
🍀 Belajar Hal Berbeda
Apa saja yang perlu di pelajari ?
yaitu dengan belajar apa saja yang bisa:
🍎Menguatkan Iman,
ini adalah dasar yang amat penting bagi anak-anak kita untuk meraih masa depannya
🍎Menumbuhkan karakter yang baik.
🍎Menemukan passionnya (panggilan hatinya)
Cara Belajar Berbeda
Jika dulu kita dilatih untuk terampil menjawab, maka latihlah anak kita untuk terampil bertanya Keterampilan bertanya ini akan dapat membangun kreatifitas anak dan pemahaman terhadap diri dan dunianya.
Kita dapat menggunakan jari tangan kita sebagai salah satu cara untuk melatih keterampilan anak2 kita untuk bertanya.
Misalnya :
👍Ibu jari : How
👆Jari telunjuk : Where
✋Jari tengah : What
✋Jari manis : When
✋Jari kelingking : Who
👐Kedua telapak tangan di buka : Why
👏Tangan kanan kemudian diikuti tangan kiri di buka : Which one.
Jika dulu kita hanya menghafal materi, maka sekarang ajak anak kita untuk mengembangkan struktur berfikir. Anak tidak hanya sekedar menghafal akan tetapi perlu juga dilatih untuk mengembangkan struktur berfikirnya
Jika dulu kita hanya pasif mendengarkan, maka latih anak kita dg aktif mencari. Untuk mendapatkan informasi tidak sulit hanya butuh kemauan saja.
Jika dulu kita hanya menelan informasi dr guru bulat-bulat, maka ajarkan anak untuk berpikir skeptik
Apa itu berpikir skeptik ?
Berpikir Skeptik yaitu tidak sekedar menelan informasi yang didapat bulat-bulat. Akan tetapi senantiasa mengkroscek kembali kebenarannya dengan melihat sumber-sumber yang lebih valid.
Semangat Belajar Yang berbeda
Semangat belajar yang perlu ditumbuhkan pada anak kita adalah :
🍀Tidak hanya sekedar mengejar nilai rapor akan tetapi memahami subjek atau topik belajarnya.
🍀Tidak sekedar meraih ijazah/gelar tapi kita ingin meraih sebuah tujuan atau cita-cita.
Ketika kita mempunyai sebuah tujuan yang jelas maka pada saat berada ditempat pendidikan kita sudah siap dengan sejumlah pertanyaan-pertanyaan. Maka pada akhirnya kita tidak sekedar sekolah tapi kita berangkat untuk belajar (menuntut ilmu).
Yang harus dipahami,
Menuntut Ilmu bukan hanya saat sekolah, tetapi dapat dilakukan sepanjang hayat kita
Bagaimanakah dengan Strategi Belajarnya?
• Strategi belajar nya adalah dengan menggunakan
Strategi Meninggikan Gunung bukan meratakan lembah
Maksudnya adalah dengan menggali kesukaan, hobby, passion, kelebihan, dan kecintaan anak-anak kita terhadap hal2 yg mereka minati dan kita sebagai orangtuanya mensupportnya semaksimal mungkin.
Misalnya jika anak suka bola maka mendorongnya dengan memasukkannya pada club bola, maka dengan sendirinya anak akan melakukan proses belajar dengan gembira.
🚫 Sebaliknya jangan meratakan lembah
yaitu dengan menutupi kekurangannya,
Misalnya apabila anak kita tidak pandai matematika justru kita berusaha menjadikannya untuk menjadi pandai matematika dengan menambah porsi belajar matematikanya lebih sering (memberi les misalnya).
Ini akan menjadikan anak menjadi semakin stress.
Jadi ketika yang kita dorong pada anak-anak kita adalah keunggulan / kelebihannya maka anak-anak kita akan melakukan proses belajar dengan gembira.
Orang tua tidak perlu lagi mengajar atau menyuruh-nyuruh anak untuk belajar akan tetapi anak akan belajar dan mengejar sendiri terhadap informasi yang ingin dia ketahui dan dapatkan. Inilah yang membuat anak belajar atas kemauan sendiri, hingga ia melakukannya dengan senang hati.
Bagaimanakah membuat anak menjadi anak yang suka belajar ?
Caranya adalah :
1⃣ Mengetahui apa yang anak-anak mau / minati
2⃣Mengetahui tujuannya, cita-citanya
3⃣Mengetahui passionnya
Jika sudah mengerjakan itu semua maka anak kita akan meninggikan gunungnya dan akan melakukannya dengan senang hati.
Good is not enough anymore we have to be different
Baik saja itu tidak cukup,tetapi kita juga harus punya nilai lebih (yang membedakan kita dengan orang lain).
Peran kita sebagai orang tua :
👨👩👧👧Sebaga pemandu : usia 0-8 tahun.
👨👩👧👧Sebagai teman bermain anak-anak kita : usia 9-16 tahun.
kalau tidak maka anak-anak akan menjauhi kita dan anak akan lebih dekat/percaya dengan temannya
👨👩👧👧sebagai sahabat yang siap mendengarkan anak-anak kita : usia 17 tahun keatas.
Cara mengetahui passion anak adalah :
1⃣ Observation ( pengamatan)
2⃣ engage(terlibat)
3⃣ watch and listen ( lihat dan dengarkan suara anak)
Perbanyak ragam kegiatan anak, olah raga, seni dan lain-lain.
Belajar untuk telaten mengamati, dengan melihat dan mencermati terhadap hal-hal yang disukai anak kita dan apakah konsisten dari waktu ke waktu.
Diajak diskusi tentang kesenangan anak, kalau memang suka maka kita dorong.
Cara mengolah kemampuan berfikir Anak dengan :
1⃣Melatih anak untuk belajar bertanya,
Caranya: dengan menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai suatu obyek.
2⃣Belajar menuliskan hasil pengamatannya Belajar untuk mencari alternatif solusi atas masalahnya
3⃣Presentasi yaitu mengungkapkan akan apa yang telah didapatkan/dipelajari
4⃣Kemampuan berfikir pada balita bisa ditumbuhkan dengan cara aktif bertanya pada si anak.
Selamat belajar dan menjadi teman belajar anak-anak kita,
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
Sumber bacaan :
Dodik Mariyanto, Learning How to Learn, materi workshop, 2014
Joseph D Novak, Learning how to learn, e book, 2009
Dari materi di atas, selanjutnya peserta diajak untuk membuat desain pembelajaran sebagai Nice Homeworknya (NHW). Berbeda dengan materi sebelumnya, pada tugas kali ini Bu Septi sengaja tidak memberikan panduan pengerjaan. Para peserta distimulasi untuk memunculkan rasa ingin tahu yang membuat mereka mencari tahu dan akhirnya menemukan sendiri pengetahuannya.
Bagi saya, proses pemberian tugas kali ini sungguh merupakan sebuah contoh konkrit tentang bagaimana memandu sebuah pembelajaran. Melalui proses ini, Bu Septi mencontohkan bagaimana mengajar tanpa menggurui. Bu Septi sebagai fasilitator telah memberikan ruang terbuka kepada para peserta untuk belajar secara mandiri.
Apa yang ditampilkan bu Septi dalam pemberian tugas kali ini, sedikit banyak membuat saya terhenyak. Karena hal ini jarang saya dapatkan di masa lalu. Saya termasuk orang yang senang belajar. Namun, pengalaman belajar saya dipenuhi dengan gaya belajar yang terarah dan terstruktur. Kata "harus" selalu mewarnai motivasi belajar saya, sehingga jarang sekali saya mempelajari sesuatu karena "ingin". Pola belajar yang diterapkan di masa lalu mengakibatkan saya kurang melatih daya imajinasi dan kreatifitas. Pola stimulasi yang diterima cenderung lebih benyak mengaktifkan otak kiri.
Di masa lalu, saya lebih banyak mempelajari sesuatu melalui menghafal baru memahami. Sumber belajar pun terbatas pada apa yang telah disajikan. Kurang memiliki motivasi untuk menggali dan mencari lebih banyak, karena merasa bahwa apa yang disajikan guru itulah yang terbaik. Gaya belajar saya lebih cenderung audio, dan saya memiliki sifat dominan, sehingga dalam situasi belajar kelompok, saya lebih senang didengarkan daripada mendengar.
Saat itu saya merasa pola belajar saya baik-baik saja. Karena pada kenyataannya saya sering mendapat prestasi terbaik dalam bidang akademik. Seiring perkembangan usia dan pengalaman, saya pun mulai menyadari titik kelemahan pola belajar saya. Kesadaran ini terutama saya dapatkan dari kesenangan saya berorganisasi. Sedikit banyak, berorganisasi baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah telah ikut membentuk pemahaman saya tentang pola belajar. Kini, saya belajar untuk mendengar dan mengaktifkan rasa ingin tahu, agar belajar tidak hanya sebatas harus.
Pengalaman selanjutnya saya dapatkan saat memasuki jenjang kuliah. Tuntutan belajar mandiri di jenjang perkuliahan membuat saya memaksa diri untuk belajar mencari tahu dan menyusun pengetahuan secara mandiri. Walau efeknya tidak terlalu signifikan terhadap perubahan pola belajar saya, namun setidaknya membuat saya lebih dewasa dalam belajar.
Kesadaran tentang kelemahan pola belajar yang saya miliki ternyata tidak kemudian membuat saya bisa merubah sekaligus kelemahan gaya belajar. Aapa yang sudah tertanam sejak lama ternyata lebih sering muncul dibandingkan apa yang baru saya pahami saat dewasa. Hal ini terlihat sekali terutama dalam pendampingan belajar anak-anak di rumah. Dan inilah yang sangat membuat saya terhenyak melihat pola yang diterapkan bu Septi dalam grup Matrikulasi Koordinator.
Saya termasuk yang agak lama mencerna materi-materi yang diberikan bu Septi dalam program Matrikulasi ini. Sehingga seringkali kebingungan dalam mengerjakan NHW. Termasuk dalam NHW kali ini. Dari diskusi-diskusi yang berjalan di grup, walau saya hanya bisa menjadi silent reader, akhirnya saya menyadari kembali bahwa pola belajar saya masih didominasi pengalaman masa kecil. walau kini saya belajar memunculkan rasa ingin tahu dengan banyak mempelajari yang saya ingin tahu, tapi pada kenyataannya saya kesulitan mengaplikasikannya dalam kehidupan jika tidak ada contohnya.
Saya akan sangat baik belajar, saat ada contoh konkrit dan panduan detail yang disajikan. Kreatifitas yang saya miliki baru sampai tahap kreatif meniru. Walau demikian, saya termasuk orang yang senang membuat konsep dan mengorganisasikan konsep tersebut. Saya juga senang mempelajari hal baru apalagi jika itu berhubungan dengan apa yang saya hadapi saat ini.
Mungkin baru itu saja yang dapat saya ungkapkan dalam pengerjaan NHW kali ini. Kurang lebihnya saya mohon pencerahan dari Bu Septi.
#NHW_5
#Matrikulasi_IIP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar