Jumat, 04 November 2016

Menemukan "Misi Spesifik"

Sungguh sebuah judul yang teramat berat. Ya, itulah Nice Homework dari Matrikulasi IIP kali ini. Walau hingga tulisan ini dibuat masih dibalut kebimbangan tentang kesimpulan akhirnya, namun sekuat tenaga akan kami coba untuk menuliskannya.

Bu Septi memberikan beberapa arahan untuk menemukan "Misi Spesifik Keluarga", diawali dengan berusaha mengenali potensi unik diri dan suami, kemudian anak-anak, hingga lingkungan sekitar. Dari penjabaran semuanya diharapkan kita dapat menarik kesimpulan tentang apa Misi Spesifik yang telah Allah titipkan pada kita dan keluarga kita di muka bumi ini.

Pertama, berbicara potensi diri. Jika mengacu pada 4E (Easy, Enjoy, Excellent, Earn), maka potensi saya berada pada menyusun konsep kegiatan, berorganisasi, mengajar, dan dakwah. Tak jauh berbeda dengan potensi yang dimiliki suami, namun beliau memiliki kelebihan dalam hal enterpreuneur dan kreatifitas ide. Kelebihan lainnya adalah ketegasan dalam bersikap dan ketangguhan yang lebih tinggi beberapa level di atas saya. Dalam mengungkapkan kelebihan ini, bu Septi memberi kami PR untuk membuat surat cinta bagi suami kemudian melaporkan responnya.

Untuk surat cinta, sengaja saya menuliskannya di buku agenda bersejarah milik kami. Mengapa bersejarah? Karena melalui buku agenda tersebut pernyataan cinta dan ajakan menikah dimulai. Ya, pernyataan pertama dilakukan suami tercinta melalui sebait puisi berbahasa sunda yang romantis dan sangat mengena. Puisi inilah yang kemudian membuka komunikasi kami tentang pernikahan dan rumah tangga. Maka, demi menumbuhkan kembali romantisme 13 tahun yang lalu tersebut, sengaja surat cinta saya tulis di buku itu. Sayang, hingga tulisan ini dibuat beliau belum sempat membacanya, karena terlanjur tertidur kelelahan setelah aktifitas seharian. Tapi, saya sudah sampaikan bahwa saya menulis sesuatu di buku tersebut. Beliau pun senyum-senyum sambil mengedip manja menanggapinya.

Potensi Unik Anak-anak

Secara umum, alhamdulillah anak-anak kami dibekali potensi kecerdasan intelektual di atas rata-rata. Mereka pun memiliki kemampuan sosial yang cukup baik. Secara khusus, akan coba dijabarkan tiap anak.

Bani, memiliki potensi menonjol sebagai negosiator dan leader. Dia orang yang cenderung memiliki konsep pribadi tapi juga memiliki kemampuan mengkampanyekan konsepnya dengan baik kepada orang lain. Gayanya yang luwes membuat Bani mudah diterima oleh lingkungannya. Bani juga memiliki kemampuan audio visual yang baik, cepat dalam menghafal sesuatu, memiliki daya imajinasi dan kreatifitas yang baik, meski terkadang kurang tangguh menghadapi tantangan. Senang dengan dunia desain dan animasi, serta memiliki cita-cita menjadi penghafal Qur'an.

Anak kedua kami Ira, mewarisi gaya perfeksionis sang ibu. Memiliki kemampuan konsep namun terkadang kurang toleran terhadap kekurangan dan kesalahan baik dari dirinya maupun orang lain. Memiliki kemampuan visual serta bahasa yang baik, penyayang dan perhatian (caring). Senang dengan dunia menulis, crafting, dan memasak. Cenderung selektif dalam memilih kegiatan juga berteman. Sehingga, tidak mudah terbawa arus.

Naura anak ketiga kami memiliki jiwa pejuang, di usinya yang baru 6 tahun sedang membangun terus rasa ingin tahunya. Senang kegiatan outdoor, mudah kenal dengan siapa saja. Senang menarik perhatian orang lain dan memiliki kecenderungan memimpin, membuat konsep, serta memetakannya.

Sedangkan anak keempat kami, Ardi karena usianya baru 1 tahun, maka potensi yang terlihat baru dari rasa ingin tahunya yang tinggi, dan senang menjadi pusat perhatian.

Kondisi Lingkungan

Kami tinggal tidak jauh dari orangtua dan keluarga besar. Dekat rumah kami ada Mesjid dan Madrasah dimana kami diamanahi menjadi salah satu pengurusnya. Selama ini kegiatan Mesjid dan Madrasah cukup didukung oleh masyarakat sekitar. Meskipun jika diukur efektifitas dakwahnya masih dalam prosentase yang rendah. Karena keberadaan Mesjid dan Madrasah belum berbanding lurus dengan akhlaq masyarakat sekitarnya. Praktek riba atau rentenir masih menjamur di masyarakat. Kecenderungan gaya hidup hedonis juga permissif. Namun, setidaknya mereka masih memiliki rasa hormat terhadap kegiatan kami.

Saya, suami, dan keluarga besar kami aktif dalam sebuah ormas Islam yang bermuatan dakwah dan pendidikan. Dan aktifitas di ormas ini cukup mewarnai gaya berpikir dan bertindak kami.

Kami juga melakukan homeschooling di keluarga kami. Sehingga selain bergaul dengan lingkungan ormas Islam, kami pun bergaul dengan berbagai kalangan pelaku homeschooling baik di dunia nyata maupun dunia maya. Kami juga terlibat dalam beberapa kegiatan komunitas baik yang terkait kegiatan belajar anak-anak kami maupun komunitas keluarga seperti IIP.

Misi Spesifik

Jadi, apakah misi spesifik keluarga kami? Jika dipelajari dan dihayati dari penjabaran di atas, maka misi spesifiknya adalah kami harus bisa menjadi agent of change di lingkungan kami mulai dari cara mendidik anak, cara bergaul, dan cara "beriman" dan "berislam". Misi kami adalah dakwah dengan Masjid sebagai pusat kegiatan.

Bagian penutup yang masih bingung...apakah sudah cukup yang dituliskan di atas atau tidak? Wallahu 'alamu bishshawwab

#NHW_3
#Matrikulasi_Koordinator_IIP_Batch_2
#ODOPfor99daysSemester2
#day105

Tidak ada komentar:

Posting Komentar