Kamis, 31 Maret 2016

Berkunjung ke Mesjid al-Irsyad, Bandung

Sumber foto id.wikipedia.org

Acara playdate anak usia dini IIP Bandung Rabu kemarin berlanjut dengan istirahat di Mesjid Al-Irsyad Satya-Kota Baru Parahyangan. Mesjid fenomenal hasil karya arsitek terbaik Indonesia, Ridwan Kamil yang kini menjabat Walikota Bandung itu pernah mendapatkan penghargaan bergengsi tingkat dunia. National Frame Building Association memilih masjid unik ini, menjadi  satu-satunya bangunan tempat peribadatan di Asia yang masuk 5 besar Building of The Year 2010.

Mesjid ini masih berada di dalam komplek Kota Baru Parahyangan dan bersatu dengan bangunan Sekolah berskala Internasional yaitu Al-Irsyad. Sekolah ini berafiliasi dengan Sekolah al-Irsyad di Singapura sehingga menggunakan kurikulum Internasional dalam sistem pendidikannya.

Keunikan Mesjid ini terlihat dari bentuk bangunan yang tidak berkubah seperti mesjid kebanyakan. Mesjid ini justru dibuat dalam bentuk kubus karena terinspirasi oleh bentuk Ka'bah. Di dalam mesjid tidak ditemukan adanya tiang penyangga, dinding-dinding Mesjid ini dibuat berlubang yang jika dilihat dari kejauhan membentuk tulisan syahadat dengan bentuk huruf Kufi. Sehingga katanya jika di malam hari lampu-lampu Mesjid mulai dinyalakan terlihat seolah memancar sinar dari dalam Mesjid membentuk bacaan syahadat tersebut. Namun, karena kunjungan yang kami lakukan pada siang hari, jadi kami tidak dapat melihat fonemena tersebut.
Sumber foto rinaldimunir.wordpress.com

Keunikan lainnya bagian depan yang menghadap kiblat dibuat terbuka dengan kolam ikan di depannya. Sehingga tempat imam shalat seolah berada di tengah kolam. Di tengah-tengah kolam tersebut terdapat batu besar bertuliskan lafadz Allah dalam tulisan Arab. Lampu-lampu yang tergantung di atap Mesjid berjumlah 99 dengan hiasan tulisan Asmaul Husna.

Mesjid yang dapat menampung hingga 1.500 jama'ah ini terlihat penuh saat kami mulai memasukinya. Karena saat itu sudah masuk waktu shalat Dzuhur dimana siswa Sekolah Al-Irsyad beristirahat untuk shalat Dzuhur. Belum lagi ada beberapa rombongan anak-anak sekolah lain yang sedang berwisata di Bandung juga turut beristirahat di Mesjid itu. Sehingga mesjid penuh sesak dengan jama'ah. Namun, walaupun penuh dan tidak ada pendingin ruangan (AC) di dalam Mesjid, udara tidak terasa gerah. Arsitektur bangunan yang unik membuat Mesjid ini tetap adem walau tanpa AC.

Setelah selesai shalat Dzuhur berjama'ah, siswa-siswa sekolah Al-Irsyad kembali melanjutkan aktifitasnya. Mesjid pun kemudian kosong dan lengang. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk bereksplorasi di dalam Mesjid. Tentu saja hal yang paling menarik bagi mereka adalah kolam ikan yang berada tepat di bagian depan Mesjid.

Setelah suasana Mesjid kembali lengang, berdatanganlah para petugas berseragam kuning yang dengan sigap merapikan dan membersihkan kembali Mesjid ini. Sehingga Mesjid tetap terlihat resik dan rapi. Namun saat menuju toilet terlihat antrian yang sangat panjang. Banyak diantara mereka yang mengantri sambil mengeluh. Bahkan, tidak sedikit yang akhirnya memilih batal buang air karena tidak tahan mengantri. Sepertinya untuk mesjid yang sudah menjadi salah satu objek wisata ini memang diperlukan penambahan area toilet. Sehingga, kejadian ini tidak perlu berulang.

Meskipun demikian, Mesjid ini tetap merupakan bangunan unik yang fenomenal. Semoga keunikannya mampu memperkaya upaya dakwah di lingkungan Kota Baru Parahyangan. Aamiin.

#ODOPfor99days
#day60


Sabtu, 26 Maret 2016

Belajar Sains di Puspa Iptek

Puspa Iptek Sun-Dial adalah singkatan dari Pusat Peraga Ilmu Pengetahun dan Teknologi. Sedangkan Sun-Dial berarti Jam Matahari, karena di tempat ini terdapat jam matahari terbesar di Indonesia dan telah memecahkan rekor MURI. Bentuk jam matahari tersebut sangat unik, dengan panjang jarum sepanjang 50 meter dan tinggi mencapai 15 meter dari permukaan tanah.

Jam matahari merupakan alat pengukur waktu yang digunakan sebelum orang menemukan jam modern seperti yang ada saat ini. Jam matahari menggunakan bayangan yang dihasilkan oleh matahari sebagai penentu waktu. Oleh karena itu, waktu yang dapat ditunjukkan oleh jam matahari berkisar antara pukul 08.00 pagi hingga pukul 04.00 sore. Itupun bisa terlihat jika cuaca cerah.

Pada kunjungan Rumbel Playdate Anak Usia Dini IIP Bandung kemarin, cuaca sedang mendung. Sehingga tidak bisa melihat posisi jam matahari dengan baik. Namun demikian ada banyak wahana  sains yang lain yang tidak kalah mengasyikkan. Semuanya ada 180 wahana sains yang bersifat interaktif, sehingga pengunjung dapat mencoba sendiri agar bisa merasakan dan menemukan sensai sains sendiri.

Salah satu wahana favorit bagi anak-anak adalah meja buntung. Wahana ini menggunakan efek pencerminan untuk menyembunyikan kondisi sebenarnya. Sebuah meja berukuran kira-kira 1m x 1m yang dilubangi atasnya, kemudian dipasang cermin di bawahnya menghadap keluar. Jika seseorang memasukkan kepalanya melalui lubang meja tersebut maka yang terlihat dari luar hanya kepalanya saja, seolah-olah badannya buntung. Ini dikarenakan bagian bawah meja ditutupi cermin. Sehingga pandangan mata kita dikelabui oleh cermin tersebut.

Wahana lain yang disukai Naura saat berkunjung kemarin adalah mesin momentum. Pada mesin ini, diperlihatkan bagaimana perbedaan energi putaran saat kita meregangkan kaki dan saat merapatkan kaki. Pada saat kaki diregangkan, putaran terasa lambat karena energi terbagi. Sedangkan saat kaki dirapatkan, putaran terasa cepat karena energi terpusat.

Mengunjungi Puspa Iptek, kita diajak untuk bersahabat dengan sains. Dan melihat sains sebagai hal biasa yang sering terjadi pada hal-hal kecil di sekitar kita. Sehingga, mampu menumbuhkan minat anak terhadap sains.

#ODOPfor99days
#day58

It's Time For Naura

Alhamdulillah Rabu, 23 Maret yang lalu, kegiatan perdana Rumbel Playdate Anak Usia Dini di IIP Bandung terlaksana dengan baik. Mengambil tempat di Pusspa Iptek, Kota Baru Parahyangan, kegiatan ini diikuti oleh hampir 50 anak usia dini dari Ibu-Ibu anggota IIP Bandung. Kesempatan ini kami gunakan sebagai sarana belajar bagi Naura, anak ketiga kami.

Sebagai anak ketiga, selama ini kegiatan outing yang dijalani Naura selalu mengikuti dan berbarengan dengan kegiatan kakak-kakaknya. Naura cenderung diposisikan sebagai "follower", dan cenderung tidak memiliki sarana mengeksplorasi rasa ingin tahunya secara pribadi. Maka, pada kesempatan playdate ini, kami memberikan ruang khusus untuk Naura memiliki kegiatannya sendiri. Sengaja sejak awal mendaftarkan diri, hanya Naura yang kami daftarkan. Walau Ira pun sebenarnya ingin sekali mengikuti kegiatan itu, namun kami berusaha memberikan pengertian padanya bahwa kali ini adalah saat buat Naura.

Alhamdulillah dalam kesempatan playdate tersebut, Naura yang biasanya cenderung tergantung pada kakak-kakaknya dapat memperlihatkan kemandirian dalam mengeksplorasi lingkungannya. Apalagi ada beberapa anak yang sudah dikenal Naura sebelumnya juga ikut dalam playdate kali ini. Sehingga, dia tidak merasa asing dan terlihat menikmati acara playdate. Bahkan, Naura berhasil mengenal beberapa teman baru.

Padatnya pengunjung Pusspa Iptek hari itu cukup membuat kegiatan palyadate agak tidak nyaman. Namun, Naura tetap menikmati kebebasannya bereksplorasi tanpa bayang-bayang kakak-kakaknya. Dia terlihat lincah dan aktif mencoba berbagai wahana sains yang ada. Hingga menjelang dzuhur, kami berada di Pusspa Iptek untuk selanjutnya istirahat dzuhur dan makan siang di Mesjid al-Irsyad sebelum pulang kembali ke Bandung.

#ODOPfor99days
#day57

ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah yang terbaik untuk bayi kita. Setiap spesies yang menyusui sudah dibekali air susu yang diciptakan khusus untuk spesiesnya. Air susu lumba-lumba diciptakan dengan kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan air susu spesies lainnya. Karena dibutuhkan untuk memberikan kehangatan pada bayi lumba-lumba yang hidup di dalam air.

Itulah sedikit kutipan dari paparan Mba Monik, seorang konselor ASI yang sangat getol mengkampanyekan ASI dalam berbagai kesempatan. Dengan berbagai keterbatasan beliau, ilmu yang beliau suguhkan selalu dibuat fresh agar tidak basi. Menyimak penjelasan demi penjelasan tersebut, membuat saya bertekad penuh agar bisa sukses ASI Eksklusif untuk anak keempat. Setelah pengalaman gagal dengan tiga anak sebelumnya karena berbagai faktor.

Salah satu upaya yang saya lakukan adalah sounding kepada suami. Agar beliau turut mendukung penuh harapan tersebut. Sebagai orang terdekat pertama di rumah, dukungan suami sangat berarti bagi kesuksesan ASI Eksklusif. Selama ini, dukungan beliau dalam proses ngASI sangat besar. Namun, pengaruh lingkungan sering menyebabkan saya gagal di tengah jalan. Semoga niat kuat hari ini dapat membuat saya kuat menghadapi berbagai tantangan. Aamiin.

#ODOPfor99days
#day56

List 33 Hari Pertama di ODOP for 99 days

Berikut daftar tulisan selama 33 hari pertama
  1. Cerita tentang Bani yang terinspirasi oleh novel Negeri 5 Menara, hingga membuatnya belajar menyusun peta hidup, ingin mondok, dan bercita-cita sekolah di Luar Negeri. 
  2. Cerita tentang Ira yang kini memiliki dua orang sahabat. Mereka adalah Ilma dan Aina. Ketiganya belajar bersama di RTA Nur Madinah. 
  3. Cerita tentang Naura yang kesepian di rumah dan berinisiatif membuat "Sekolah Naura"
  4. Pengalaman pertama menggunakan clodi untuk baby Ardi. 
  5. Pengalaman menulis di minggu pertama ODOP. 
  6. Tugas menuliskan mastermind di IIP Bandung. 
  7. Kangen Bani yang dituangkan dalam tulisan tentang Bani. 
  8. Kecenderungan cemburu saat adik baru lahir. 
  9. Terinspirasi dari tulisan ayah Bendri untuk membiasakan anak bangun pagi
  10. Tulisan lama yang dipublikasikan ulang tentang komunikasi empatik.
  11. Tentang buku kumpulan cerpen Ira sebagai portofolio kegiatan Ira. 
  12. Menjawab banyak pertanyaan tentang bagaimana menstimulasi anak gemar membaca
  13. Lanjutan stimulasi membaca dan menulis. 
  14. Masih melanjutkan stimulasi membaca dan menulis
  15. Masih melanjutkan 
  16. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini.
  17. Menanamkan disiplin pada anak berdasarkan kajian hadits. 
  18. Catatan tentang belajar bertanya
  19. Perkembangan bahasa anak di tahun-tahun pertama. 
  20. Teori kepribadian dalam terminologi Al-Qur'an dan al-Hadits. 
  21. Peringatan untuk para orangtua agar tidak menjadi orangtua yang durhaka
  22. Jangan dikotomikan istilah bermain dan belajar untuk anak. 
  23. Peran muslimah dalam menyelamatkan generasi. 
  24. Rumah Qur'an, tempat Bani belajar hari ini.
  25. Materi wirausaha untuk Ira. 
  26. Stimulasi belajar membaca al-Qur'an untuk anak. 
  27. Program One Day One Ayat (ODOA) di Pemudi Persis. 
  28. Materi belajar matematika di IXL. 
  29. Kisah-kisah petualangan Bani di Rumah Qur'an. 
  30. Naura belajar menulis surat untuk Farid.
  31. Resume materi pengajian Persistri Cibeunying Kidul. 
  32. Target membaca al-Qur'an satu halaman per hari untuk Naura. 
  33. Peran besar suami di rumah tangga. 
#ODOPfor99days
#day59

Jumat, 18 Maret 2016

Antara Ayah dan Ummi

Seperti layaknya pasangan yang akan memiliki anak pertama, saat kehamilan Bani kami pun sudah merencanakan panggilan untuk kami berdua. Waktu itu saya yang sejak lama ingin dipanggil Ummi jika menjadi seorang ibu sudah mengungkapkan duluan keinginan itu. Namun, mendengar keinginan saya, suami tampak merenung. Katanya kalau ummi nanti pasangannya Abi dan dia merasa tidak pas dengan panggilan itu.

Obrolan itu pun akhirnya lewat begitu saja berganti topik lain dan tak pernah didiskusikan kembali. Waktu itu saya berpikir suami setuju kalau panggilan untuk saya adalah ummi. Maka, sejak bayi dalam kandungan saya sudah biasa mengajaknya bicara dan membiasakan panggilan Ummi.

Mendekati waktu melahirkan, suami mulai mengatakan bahwa dia lebih suka dipanggil ayah. Saat itu saya tidak masalah dengan keinginan suami. Saya pikir tinggal menyesuaikan diri. Kalau Ayah pasangannya adalah Ibu atau Bunda. Namun, suami malah mengatakan, jika ingin dipanggil Ummi ya sudah Ummi saja tak perlu diganti. Saya bilang nanti ga matching dong kalau Ayah dan Ummi. Tapi apa tanggapannya? Beliau malah mengatakan, kita akan buat trend baru, jangan jadi follower jadilah trendsetter.

Saya sempat merasa geli dengan keputusan itu. Saya pikir nanti juga akan berubah jika anak sudah lahir. Apa kata orang nanti jika panggilannya Ayah-Ummi. Namun, setelah sang bayi lahir pun keputusan suami tetap. Dia mengatakan, tak perlu terpengaruh kata orang, yang penting apa yang kita lakukan tidak melanggar aturan

Itulah kisah asal mula panggilan Ayah-Ummi di rumah. Memang agak janggal ya...? Tapi setelah empat anak, kami ternyata semakin menikmati panggilan itu. Yang terpenting bukan panggilannya, namun bagaimana kita menjalani peran itu sebaik-baiknya.

#ODOPfor99days
#day55

Kamis, 17 Maret 2016

Ayah Jail

Sumber Foto: Koleksi Pribadi
Beberapa waktu lalu banyak berseliweran di medsos, quote yang mengatakan bahwa anak yang banyak berinteraksi dengan ayahnya cenderung memiliki IQ yang lebih tinggi. Saya jadi teringat suami saya yang bisa dikategorikan ayah yang dekat dengan anak-anaknya. Kedekatan anak-anak dengan ayahnya bahkan tidak jarang memunculkan kecemburuan pada saya...*eh..hee...

Ayah di rumah kami banyak sekali perannya. Mulai dari urusan genteng bocor hingga dapur kotor, mulai dari urusan benerin listrik hingga bersihin clodi. Beliau memang termasuk kategori  tidak memilah-milah mana pekerjaan istri dan mana pekerjaan suami. Termasuk urusan mengurus anak-anak sejak mereka bayi. Mengganti popok, memandikan, menidurkan bayi, hingga mencuci popok kotor biasa dikerjakannya. Cuma menyusui saja sepertinya yang tidak bisa dilakukan si ayah. Pun saat anak-anak beranjak besar. Memandikan, menyuapi, menemani mereka bermain merupakan bagian penting dari peran si ayah di rumah kami. Sehingga tentu saja, kedekatan beliau dengan anak-anak dengan sendirinya terjalin sangat erat.

Hal lain yang unik dan menjamin kedekatan si ayah dan anak-anak adalah sifat ayah yang jail. Sebelum menikah, konon katanya yang suka menjadi korban kejailannya adalah para keponakan. Hingga salah satu keponakannya menjuluki si ayah sebagai "mang terjail sedunia". Salah satu perilaku jailnya adalah saat membangunkan mereka. Tak pernah si ayah membangunkan mereka dengan "benar". Setiap akan membangunkan, dia sengaja mengikatkan dulu benda-benda ke baju keponakannya. Benda-benda itu biasanya sepatu, guling, bahkan keranjang cucian. Yang terjadi saat yang bersangkutan bangun, terjadi kehebohan karena barang-barang itu ikut tergusur oleh badannya.

"Jail"nya si ayah ternyata terus berlanjut hingga punya anak. Kini korban kejailannya adalah anak-anaknya sendiri. Yang paling sering menjadi korban tentu saja Bani, anak pertama kami. Tidak jarang Bani bangun tidur dengan perut atau pantat berlukiskan spidol hasil karya si Ayah Jail. Dan itu hanyalah salah satu contoh dari sekian banyaaak kejailan yang suka dilakukan si ayah. Salah satu contoh lainnya, jika anak-anak sedang di kamar mandi. Ayah dengan sengaja menyandarkan sapu, tongkat atau apapun ke pintu kamar mandi. Alhasil, terjadi kehebohan saat pintu kamar mandi dibuka oleh anak-anak. Masih banyak kisah kejailan si Ayah yang lain. Jika ditulis semuanya sepertinya bisa menjadi sebuah novel jenaka..haha...

Lantas bagaimana sikap anak-anak? Kejailan ayah merupakan salah satu penghangat hubungan kami di rumah. Anak-anak menyadari sifat jail sang ayah dan mereka sangat menyukainya. Karena jailnya ayah mengundang banyak tawa di rumah kami. Suasana santai dan penuh humor menjadi salah satu bagian dari karakter rumah kami. Mengimbangi karakter umminya yang serius dan cenderung kaku.

Namun, sifat jail ayah tidak kemudian membuat beliau kehilangan wibawanya di depan anak-anak. Beliau masih dapat menempatkan kapan harus berperan sebagai ayah yang tegas, kapan sebagai ayah yang lembut, dan kapan sebagai ayah yang jail. Yang pasti dengan sifat ini kedekatan anak-anak dengan ayahnya sungguh membuat iri sang Ibu...hee..

#ODOPfor99days
#day54

Rabu, 16 Maret 2016

Hitung Mundur Ramadhan

Sumber Foto: Koleksi pribadi
Ramadhan tinggal 82 hari lagi... ayoo siapa yang masih punya hutang puasa tahun kemarin? Mari segera tunaikan, agar kita siap menghadapi Ramadhan tahun ini tanpa hutang puasa.

Pemudi Persis sesuai slogannya Pemudi Sholihah Berakhlaqul Karimah, pada tahun ini sengaja melakukan hitung mundur Ramadhan sejak H-98. Hitung mundur itu dilakukan serempak oleh tasykil PP melalui akun media sosial masing-masing. Tujuannya sebagai sarana dakwah. 

Melaui proses hitung mundur ini, diharapkan kita semua belajar mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadhan. Sehingga Ramdhan tahun ini benar-benar dapat menjadi ajang latihan agar kita tampil menjadi seorang Pemudi Sholihah Berakhlaqul Karimah. Aamiin.

#ODOPfor99days
#day53

Galau Saat HS

Sumber foto : https://nurulwidya.wordpress.com/2013/05/23/aku-bingung-kamu/
Memilih Homeschooling (HS) berarti harus siap galau. Homeschooling merupakan pilihan yang anti mainstream, tidak populer, dan akan menuai banyak tanya dari berbagai pihak. Baik yang betul-betul bertanya atau mempertanyakan. 

Kegalauan dalam HS dimulai sejak pertama kali kita memilih. Reaksi keluarga besar dan orang-orang terdekat adalah hal yang paling membuat kita galau. Jika reaksi negatif itu hadir dari mereka yang tidak terikat secara emosional, kita akan bisa menghadapinya dengan gagah. Namun, jika mereka yang memiliki kedekatan emosional dengan kita mulai mempertanyakan. Maka, diperlukan benteng yang kokoh untuk mempertahakan pilihan kita. Benteng itu kita bangun dengan menentukan bersama visi dan misi keluarga. Serta berpegangteguh pada kebenaran mutlak, yaitu al-Qur'an dan Hadits.

Selesai dengan itu akan muncul kegalauan lain. Dalam HS anak-anak cenderung diberi keleluasaan untuk menentukan sendiri kegiatan yang mereka sukai. Tidak jarang pilihannya jatuh hanya pada kegiatan main saja. Bahkan, waktunya bisa diisi bermain seharian. Awalnya, memang ada perasaan tidak nyaman melihat anak terus-terusan main. Apalagi saat kita mulai membandingkan mereka dengan teman-temannya yang sekolah yang mendapatkan nilai tinggi. Akan muncul banyak kegalauan melihat hal ini.

Kegalauan dapat diatasi dengan belajar untuk lebih banyak bersyukur. Fokuskan perhatian kita pada kelebihan mereka, bukan kekurangannya. Dampingi aktifitas bermain mereka dan bantu anak-anak memaknai setiap kegiatannya. Sehingga, kegiatan bermain yang terlihat menghabiskan waktu saja dapat memberikan banyak ilmu bagi mereka. Terakhir jangan pernah membandingkan anak kita dengan yang lain. Tapi bandingkanlah dia hari ini dengan dia hari kemarin. Jika masih galau bandingkan dia dengan seminggu yang lalu. Masih juga galau bandingkanlah dia dengan sebulan yang lalu atau bahkan setahun yang lalu. Temukan berbagai kelebihan mereka lalu syukuri.

Mendampingi anak menjalani aktifitas yang disukainya bukan perkara mudah. Kegalauan akan muncul kembali ketika kita melihat anak-anak seolah lebih memilih kegiatan non produktif versi kita. Dan cenderung menolak kegiatan produktif yang kita tawarkan. Diperlukan proses bargaining, pemahaman akan potensi-potensi anak kita, dan yang pasti stok kesabaran yang tinggi.

Itulah sekelumit kegalauan yang akan dialami oleh para HSer, maka jika anda memilih untuk HS, bersiapkan untuk Galau sepanjang waktu...hee..

#ODOPfor99days
#day52

Senin, 14 Maret 2016

Setor Mastermind 99 Hari

Nama: Insania Zakiyah
Usia: 35 tahun
Alamat: Jl. PHH Mustopa 102 Bandung
Anak:
1. Bani (11y)
2. Ira (8y)
3. Naura (5y)
4. Ardi (4m)

⭐ Sudah Sukses Apa?

🍇 Sebagai Hamba Allah
👏🏻 Menambah peluang sedekah rutin bulanan
👏🏻 Membaca, menghafal, dan mengkaji tafsir dalam ODOA Pemudi Persis
👏🏻 Mengikuti program ODOPfor99days sebagai sarana tasyakur bin ni'mah

🍇 Sebagai Istri
👏🏻 Mendampingi suami melaksanakan program pengembangan Asatidzah Madrasah An-Nuur
👏🏻 Membantu suami dalam program dakwah gerhana
👏🏻 Selalu tersenyum dan berterimakasih akan berapapun nafkah materi yang diberikan

🍇 Sebagai Ibu
👏🏻 Sukses IMD dan ASI untuk Ardi
👏🏻 Mulai membuka kegiatan Sekolah Naura
👏🏻 Mendampingi Naura ODOP
👏🏻 Mendampingi Naura melaksanakan shalat minimal 3 waktu dalam sehari
👏🏻 Mengurangi frekuensi ngomel 🙈😁
👏🏻 Mengumpulkan tulisan Ira dalam satu buku
👏🏻 Menyediakan blog untuk sarana belajar Ira
👏🏻 Membantu Bani dan Ira membuat perencanaan keuangan mingguan

🍇 Sebagai Anak
👏🏻 Rutin menemani mertua ngobrol setiap hari
👏🏻 Intens menjalin komunikasi dengan orangtua walau hanya via medsos

🍇 Sebagai anggota masyarakat
👏🏻 Menjalankan kembali program Ngaji Jumat untuk Ibu-ibu Jamaah Mesjid An-Nuur
👏🏻 Membuka kelas privat belajar membaca al-Qur'an
👏🏻 Membuka grup baru ODOA Pemudi Persis
👏🏻 Merancang Media Humas Pemudi Persis sebagai sarana Dakwah
👏🏻 Menjalankan program Diskusi Parenting RB Cikutra
👏🏻 Membuat flyer hitung mundur Ramadhan

⭐ Mau Sukses Apa?
🍇 Sebagai Hamba Allah
✊🏻 Konsisten menjalani program ODOA dan ODOP
✊🏻 Program persiapan Ruhiyah menuju Ramadhan meliputi: memperbanyak amalan shalat sunat, memperbanyak tilawah dan shadaqah

🍇 Sebagai Istri
✊🏻 Menyusun ulang kegiatan Rumah Tangga dengan hadirnya bayi
✊🏻 Mendampingi suami merancang kegiatan Ramadhan di An-Nuur

🍇 Sebagai Ibu
✊🏻 Memulai program ODOJ untuk Ira
✊🏻 Konsisten program ODOP untuk Naura
✊🏻 Mengenalkan dan mendampingi Naura melaksanakn shaum Ramadhan
✊🏻 Sukses ASI Eksklusif 6 bulan untuk Ardi
✊🏻 Persiapan MP-ASI untuk Ardi
✊🏻 Mendampingi Bani menghadapi UN Sekolah Dasar

🍇 Sebagai Anggota Masyarakat
✊🏻 Merancang kegiatan Ramadhan di An-Nuur
✊🏻 Menyusun Fiqh Usrah di Pemudi Persis
✊🏻 Menyusun kepengurusan RB Cikutra

⭐ Share Apa?
Membuka kembali tulisan-tulisan lama untuk memenuhi bolong di grup ODOPfor99days, membuat saya menemukan banyak catatan tentang bahwa Anak-anak itu adalah pembelajar sejati dan mandiri. Biarkan mereka bertumbuh secara alami. Tugas kita hanya menyediakan lingkungan dan fasilitas serta menjadi cheerleader yang akan bersorak menyemangati ketika mereka kelelahan dan bertepuk tangan membanggakan ketika mereka sukses. Jangan pernah kotori perkembangan mereka dengan asumsi dan ambisi kita pribadi 😉😘

#ODOPfor99days
#day51

Minggu, 13 Maret 2016

Materi Pelajaran Pada HS Kami

Saat tahu anak-anak kami memilih jalur HS, salah satu pertanyaan yang banyak muncul adalah bagaimana menyusun materi pelajaran, kurikulumnya bikin sendiri atau bagaimana, trus bagaimana jam belajarnya. Bagi kami, pertanyaan-pertanyaan itu kadang membingungkan. Karena gaya kami ber-HS cenderung loncat-loncat dan tidak terstruktur.

Memilih homeschooling bukan berarti memindahkan sekolah ke rumah atau menjadikan rumah layaknya sekolahan. Materi belajar yang dipelajari anak-anak di rumah tidak diberikan seperti di sekolah pada umumnya. Bahkan, kami cenderung tidak mempelajari materi-materi itu berdasarkan subjeknya. Kami lebih memilih membiarkan anak-anak menentukan kegiatan yang mereka sukai kemudian memaknai kegiatan tersebut.

Meski begitu ada beberapa hal yang kami wajibkan dipelajari oleh anak-anak di rumah. Materi wajib di rumah adalah Al-Qur'an dan Bahasa Arab. Walau untuk bahasa Arab sempat tersendat setelah anak-anak memilih untuk fokus menghafal Al-Qur'an terlebih dahulu. Selain itu kegiatan wajib yang harus dilakukan setiap hari adalah, shalat, bantu pekerjaan rumah, dan mengerjakan materi online. Sekarang ini materi online yang sedang aktif adalah IXL.

Setelah anak-anak menyelesaikan kegiatan wajib mereka. Barulah mereka melakukan hal-hal yang disenangi mereka. Mendampingi mereka memilih kegiatan yang mereka sukai seringkali membuat kita galau. Berpindah-pindah minat dan perhatian menjadi bagian dari petualangan minat mereka.

Pada Bani yang cenderung memiliki pola Acak, perpindahan pola minat ini sangat kentara. Awalnya dia senang dengan dunia sains dan menulis. Kemudian tiba-tiba beralih ke kegiatan visual yang dwujudkan dengan les komik. Tiba-tiba beralih lagi ingin fokus menghafal al-Qur'an sehingga kemudian di usia 10 tahun memilih untuk mondok di Pesantren Qur'an.

Berbeda dengan Ira, yang cenderung stabil sejak usia 6 tahun. Dia sudah menentukan minat yang ingin ditekuninya. Yaitu, menulis, craft, dan memasak. Setelah melihat kakaknya menghafal Al-Qur'an, Ira pun menambah kegiatannya dengan menghafal al-Qur'an. Kecenderungan minat ini belum tampak pada Naura yang kini baru berusia 5 tahun. Kegiatan Naura masih bersifat eksplorasi untuk menemukan minatnya.

#ODOPfor99daya
#day50

Kamis, 10 Maret 2016

Pengalaman NgASI dengan Tiga Bayi

Memberikan ASI untuk saya yang sudah
memiliki empat anak, bukanlah hal yang asing. Namun setelah 10 tahun pernikahan, saya baru menyadari bahwa banyak ilmu tentang ASI yang belum saya ketahui. Kesadaran ini mulai muncul setelah berkenalan dengan Mba Monik, seorang Konselor ASI tingkat Internasional. 

Perkenalan yang dimulai tanpa sengaja sekitar dua tahun lalu itu banyak membuka wawasan baru bagi saya. Banyak istilah terkait ASI yang sebenarnya sudah lama saya dengar. Namun, penjelasan tentang detil istilah itu belum saya ketahui. Saya pun tidak tertarik untuk mencari tahu lebih banyak. Asumsi bahwa tenaga medis yang membantu proses kelahiran tentulah memiliki pengetahuan tentang itu, membuat saya bersifat pasif.

Namun, kenyataannya tidak semua nakes (tenaga kesehatan) memiliki pengetahuan serta persepsi yang sama. Salah satunya berkenaan dengan ASI Eksklusif. Saat kelahiran anak pertama, saya dibekali sufor oleh ibu Bidan. Bahkan, diberi tips agar sufor diberikan dengan sendok bukan dot supaya bayi tidak bingung puting. 

Saran tersebut diikuti dengan baik. Bahkan di malam pertama, Bani sudah saya beri sufor, karena ASI yang masih sedikit membuat dia menangis dan rewel. Terpengaruh saran bidan, saya terjemahkan tangisan itu sebagai rasa lapar. Pemberian sufor bahkan saya lanjutkan pada Bani untuk mendampingi ASI. Terutama saat saya pergi kuliah -waktu itu saya masih kuliah-, karena masih minimnya pengetahuan tentang memerah ASI. Padahal produksi ASI saya melimpah. Kekurangan ilmu saya berlanjut dengan pemberian MP-ASI dini pada Bani, yaitu di usia 3,5m. Dengan alasan frekuensi ngASI yang sering dan lama, sehingga khawatir dia tidak kenyang.

Begitu pula dengan anak kedua. "Dipaksa" lahir karena ketuban sudah pecah sedangkan pembukaan tidak ada. Dan bayi hampir 24 jam berada di dalam perut dengan kondisi ketuban yang sudah keluar. Dari hasil tes darah, DSA memutuskan bayi harus diberi perawatan intensif terlebih dahulu. Saat itu saya sudah diperbolehkan pulang dan bawa tetap di RS. 

Dari setelah proses melahirkan, bayi hanya sebentar diberikan pada saya untuk disusui. Selanjutnya bayi disimpan di ruang bayi, terpisah dengan saya. Barulah keesokan paginya bayi kembali diserahkan. Saat bayi harus mendapat perawatan intensif, saya hanya bisa menemuinya di pagi hari, karen kondisi tubuh yang masih lemah. Otomatis bayi pun diberi sufor oleh pihak RS. Tanpa ada arahan agar saya memerah ASI untuk diberikan pada bayi.

Kalau pada anak ketiga, karena pendarahan akibat melahirkan yang saya alami menyebabkan saya harus dirawat intensif di RS. Waktu itu karena kondisi bayi sehat, maka diperbolehkan untuk pulang. Akhirnya selama saya dirawat, bayi pun diberi sufor di rumah.

Begitulah pengalaman saya dengan tiga bayi. Dengan wawasan yang kurang, dukungan nakes yang tidak memadai serta pengaruh lingkungan, ternyata banyak hal salah yang saya lakukan dengan mereka. Astaghfirullah

#ODOPfor99days
#day38


My First IMD

IMD atau Inisiasi Menyusui Dini dijelaskan oleh Mba Monik dalam bukunya "Buku Pintar ASI dan Menyusui" sebagai proses memberikan kesempatan kepada bayi untuk mencari sendiri (tidak dipaksa/disodorkan) sumber makanannya dan menyusu pada ibunya segera setelah bayi dilahirkan selama minimal satu jam. IMD dapat dilakukan jika kondisi Ibu dan Bayi sehat.

Saat melahirkan bayi ketiga, saya pernah mengajukan dilakukannya IMD. Namun, karena kondisi perdarahan yang terjadi akibat plasenta menempel di dinding rahim, akhirnya IMD tidak dapat dilaksanakan. Barulah pada bayi keempat, IMD bisa terlaksana. Proses mengejan saat kelahiran bayi keempat termasuk sulit jika dibandingkan kakak-kakaknya. Saya sampai harus dibantu didorong oleh bidan karena kelelahan dan tenaga hampir habis. Komentar dokter waktu itu, karena faktor usia...hee..maklumlah usia saya saat melahirkan bayi keempat sudah masuk 34 tahun. Berbeda dengan ketiga bayi sebelumnya yang masih berkepala 2.

Alhamdulillah proses IMD berjalan dengan tenang. Bayi mungil yang baru beberapa menit lahir langsung ditelungkupkan di atas badan saya. Awalnya bayi mungil itu mengerjap-ngerjap sambil mulutnya terbuka mencari makanan. Tangan mungilnya mulai mengais-ngais diikuti kaki kecil yang mendorong-dorong badannya. Kehangatan seketika menjalar di sekujur tubuh saya. Kehangatan yang terasa dari tubuh mungil dan rasa haru yang menyeruak membalut sekujur tubuh.

Masya Allah...Allahu Akbar...Laa Ilaaha Illallaah, ku sebut nama-Mu Ya Allah, yang telah memperkenankan aku menjadi Ibu dari bayi mungil ini. Sungguh Maha Besar kekuasan-Nya tampak jelas pada rupa dan bentuk bayi mungil ini.

Haru, bangga, dan bahagia bercampur menjadi satu dalam kehangatan proses IMD yang kami jalani. Hingga akhirnya setelah beberapa lama berupaya, sang makhluk kecil itu menemukan sumber makanannya. Satu jam kami lewati bersama dengan penuh kehangatan dan kasih sayang. Sungguh sebuah pengalaman yang menakjubkan bagi saya pribadi juga suami yang ikut mendampingi. Kami sampai meneteskan air mata menerima anugrah yang sungguh indah ini.

Proses IMD memberikan kesan yang lebih mendalam. Ikatan batin antara saya dan bayi terjalin lebih erat dibandingkan kelahiran sebelumnya. Kami mampu melewati bersama masa-masa post partum dengan bahagia. Keikhlasan lebih terasa dan mengalir. Semoga ini menjadi bekal agar kami dapat terus bergandengan menjalin ikatan Ibu dan Anak dengan harmonis selamanya. Aamiin

#ODOPfor99days
#day49

Rabu, 09 Maret 2016

Gerhana Matahari Total

Rabu, 9 Maret 2016 di Indonesia terjadi Gerhana Matahari Total. Kekuasaan yang hari ini Allah tunjukkan disikapi beragam oleh banyak orang. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an, bahwa setiap kejadian yang Allah perlihatkan merupakan ujian keimanan untuk menyadarkan kita tentang seberapa besar keimanan yang kita miliki kepada Allah SWT. Melalui kejadian ini Allah pun ingin memperlihatka  mana yang betul-betul menjaga keimanannya dan mana yang hanya sekedar mengaku-ngaku saja.

Bagi kami, gerhana matahari adalah sarana instropeksi diri serta dzikrullah juga sarana dakwah kepada masyarakat luas. Seperti biasanya kesibukan persiapan melakukan amalan shunnah seputar gerhana telah dimulai sejak tiga hari sebelumnya. Sebagai yang diamanahi mengurus masjid dan madrasah, kami memiliki kewajiban mengingatkan, mengajak, serta mempersiapkan semua aktifitas amalan shunnah tersebut.

Edaran Gerhana
Sejak seminggu sebelumnya, kami sudah mempersiapkan surat edaran kepada masyarakat mengenai pelaksanaan shunnah gerhana. Dalam edaran tersebut, kami menentukan jadwal mulai takbir, pelaksanaan shalat khusuf, serta himbauan shadaqah. Jadwal yang kami susun mengacu pada edaran yang dikeluarkan oleh PP Persis.

Dalam pembuatan edaran ini, kami melibatkan anak-anak. Mereka membantu teknis pembuatan edaran hingga pembagiannya untuk masyarakat sekitar.

Materi Khusus
Terkait peristiwa ini, kami pun menyiapkan materi khusus untuk diberikan kepada santri Madrasah sebagai sarana edukasi tentang peristiwa gerhana. Materi terdiri dari penjelasan tentang fenomena gerhana yang disertai peragaan proses terjadinya gerhana. Diskusi untuk menghayati ke Maha Kuasaan Allah dalam peristiwa gerhana. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang shunnah Nabi Saw terkait peristiwa gerhana. Shunnahnya itu terdiri dari : takbir, shalat, shadaqah, dan istighfar.

Pelaksanaan Shalat Khusuf
Alhamdulillah shalat khusuf dapat dilaksanakan dengan lancar. Jama'ah yang hadir sangat banyak hingga berdesakan. Mungkin dikarenakan masih pagi dan bertepatan dengan Libur Nasional. Masyarakat sekitar mesjid hampir seluruhnya ikut serta dalam shunnah ini.

Dalam semua kegiatan tersebut, anak-anak kami libatkan sebagai sarana pendidikan bagi mereka. Bukan hanya edukasi tentang gerhana juga pelaksanaan shunnahnya. Tapi juga sebagai sarana edukasi dakwah, agar mereka siap mengembang amanah sebagai seorang da'i. Aamiin.

#ODOPfor99days
#day48

Kamis, 03 Maret 2016

Hidup Tanpa Televisi

Sudah sejak lebih dari empat tahun, di rumah kami tidak ada televisi. Mulanya karena televisi rusak, maklumlah televisi yang kami punya adalah tivi bekas yang tombol menu nya sudah tidak berfungsi. Remote controlnya pun beda merk dengan tivinya.

Televisi itu kami beli dari almarhum kaka suami. Beliau adalah tukang servis barang elektronik yang usahanya bangkrut semenjak krisis moneter. Kehidupan keluarganya sangat pas-pasan. Televisi itu kami beli beberapa hari menjelang Idul Fitri tahun 2004. Karena keluarganya membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yang masih kecil. Saat itu kami baru berumah tangga beberapa bulan.

Sejak awal menikah sebenarnya kami sudah bertekad untuk tidak menyediakan televisi di rumah. Sehingga ketika televisi itu rusak. Kami tidak berselera untuk memperbaikinya. Apalagi melihat kecenderungan Bani -saat itu usianya sekitar 7 tahun- yang mulai tergantung pada televisi. Kami memilih membiarkannya, walau anak-anak terus bertanya kapan televisi diperbaiki. Hingga akhirnya mereka menyadari bahwa kami tidak berniat memperbaiki ataupun membeli lagi televisi.

Keinginan kami untuk meniadakan televisi di rumah karena kami memandang tidak ada hal positif yang bisa diberikan televisi pada upaya tarbiyah kami. Konsumerisme, pragmatisme, bahkan pornoisme adalah hiasan acara televisi kita sehari-hari. Minim sekali nilai-nilai edukasi yang ditawarkan oleh televisi.

Ketiadaan televisi di rumah, bukan berarti anak-anak terbebas dari tontonan televisi. Karena mereka masih bisa dengan bebas nonton saat berkunjung ke rumah kakeknya atau main ke rumah saudara. Sehingga kami pun tetap harus waspada. Namun, setidaknya kami bisa meminimalisir pengaruh negatif televisi bagi anak-anak kami.

Hidup tanpa televisi alhamdulillah tidak membuat kami ketinggalan zaman. Juga tidak membuat kami ketinggalan berita. Justru kami bisa lebih mendekatkan anak-anak dengan al-Qur'an. Walau belum dikatakan berhasil, setidaknya kami melihat ada banyak perbedaan positif pada anak-anak saat mereka dihindarkan dari televisi jika dibandingkan anak-anak yang lain.

#ODOPfor99days
#day40

Rabu, 02 Maret 2016

Ilmu Baru Tentang IMD, Rooming-In, dan ASI Eksklusif

Saat itu saya ditugaskan oleh Pemudi Persis untuk mencari pemateri yang pas yang dapat menggantikan Ibu Utami Rusli untuk acara Seminar EdukASI Pemudi Persis. Saat itu pihak Mba Tami, panggilan akrab Utami Rusli, mengatakan kalau beliau harus menjalani operasi pemasangan ring untuk jantungnya, dan dikhawatirkan masih memerlukan istirahat pada jadwal Seminar tersebut.

Hasil browsing dan tanya sana sini, jatuhlah pilihan pada Mba Monik. Singkat cerita, Mba Monik pun menjadi penyaji pada seminar tersebut yang akhirnya berdampingan dengan Mba Tami.

Dua orang aktifis ASI dalam satu forum, betul-betul menakjubkan. Banyak sekali ilmu yang saya dapatkan di sana. Yang paling saya rasakan adalah rasa bersalah terhadap ketiga anak saya. Ternyata banyak kesalahan yang saya lakukan sejak awal kelahiran mereka.

Ilmu baru yang saya dapatkan juga membuat saya tergiur memiliki lagi bayi. Apalagi Naura, anak ketiga saya waktu itu sudah masuk tiga tahun. Pada kakak-kakaknya usia tiga tahun adalah saatnya punya adik baru. Keinginan itu menguatkan tekad saya untuk memperbaiki kesalahan pada ketiga anak saya.

Ada tiga hal yang saya targetkan untuk anak keempat, yaitu IMD (Inisiasi Menyusui Dini), Rooming-In yaitu perawatan gabung satu kamar untuk ibu dan bayi, serta ASI Eksklusif yaitu pemberian ASI saja selama 6 bulan pertama.

#ODOPfor99days
#day39