Sudah sejak lebih dari empat tahun, di rumah kami tidak ada televisi. Mulanya karena televisi rusak, maklumlah televisi yang kami punya adalah tivi bekas yang tombol menu nya sudah tidak berfungsi. Remote controlnya pun beda merk dengan tivinya.
Televisi itu kami beli dari almarhum kaka suami. Beliau adalah tukang servis barang elektronik yang usahanya bangkrut semenjak krisis moneter. Kehidupan keluarganya sangat pas-pasan. Televisi itu kami beli beberapa hari menjelang Idul Fitri tahun 2004. Karena keluarganya membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yang masih kecil. Saat itu kami baru berumah tangga beberapa bulan.
Sejak awal menikah sebenarnya kami sudah bertekad untuk tidak menyediakan televisi di rumah. Sehingga ketika televisi itu rusak. Kami tidak berselera untuk memperbaikinya. Apalagi melihat kecenderungan Bani -saat itu usianya sekitar 7 tahun- yang mulai tergantung pada televisi. Kami memilih membiarkannya, walau anak-anak terus bertanya kapan televisi diperbaiki. Hingga akhirnya mereka menyadari bahwa kami tidak berniat memperbaiki ataupun membeli lagi televisi.
Keinginan kami untuk meniadakan televisi di rumah karena kami memandang tidak ada hal positif yang bisa diberikan televisi pada upaya tarbiyah kami. Konsumerisme, pragmatisme, bahkan pornoisme adalah hiasan acara televisi kita sehari-hari. Minim sekali nilai-nilai edukasi yang ditawarkan oleh televisi.
Ketiadaan televisi di rumah, bukan berarti anak-anak terbebas dari tontonan televisi. Karena mereka masih bisa dengan bebas nonton saat berkunjung ke rumah kakeknya atau main ke rumah saudara. Sehingga kami pun tetap harus waspada. Namun, setidaknya kami bisa meminimalisir pengaruh negatif televisi bagi anak-anak kami.
Hidup tanpa televisi alhamdulillah tidak membuat kami ketinggalan zaman. Juga tidak membuat kami ketinggalan berita. Justru kami bisa lebih mendekatkan anak-anak dengan al-Qur'an. Walau belum dikatakan berhasil, setidaknya kami melihat ada banyak perbedaan positif pada anak-anak saat mereka dihindarkan dari televisi jika dibandingkan anak-anak yang lain.
#ODOPfor99days
#day40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar