Jumat, 20 Mei 2016

Reading Aloud (Part 1)

Seperti yang telah disampaikan dalam tulisan terdahulu, reading aloud atau membacakan buku untuk anak merupakan salah satu metode stimulasi membaca pada anak yang berorientasi pada menumbuhkan kecintaan anak terhadap buku. Reading aloud tidak hanya efektif terhadap buku saja, bahkan juga terhadap Al-Qur’an. Banyak manfaat yang bisa kita petik dengan rutin membacakan al-Qur’an secara nyaring di depan anak sejak dini. Sebut saja Musa, sang Hafidz cilik Juara III Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ) Internasional di Sharm el-Sheikh Mesir yang menurut pengakuan orangtuanya berawal dari rutinitas orangtuanya membacakan al-Qur’an di depan anak sejak masih dalam kandungan. Kegiatan tersebut awalnya dijadikan sarana stimulasi untuk anak mereka agar mencintai al-Qur’an. Ternyata, nilai plus lain yang mereka dapatkan adalah Musa bisa menjadi Hafidz di usia 7 tahun.

Stimulasi Indera Pendengaran, Bahasa, dan Kognisi
Reading aloud tidak hanya berfungsi memberikan stimulasi membaca saja. Lebih dari itu ada banyak manfaat lain yang bisa dipetik dari kegiatan ini. Bagi bayi-bayi yang masih berada dalam kandungan, proses reading aloud bisa menjadi sarana untuk memberikan stimulasi indera pendengaran. Apalagi jika berlanjut setelah bayi lahir. Indera pendengaran adalah indera pertama yang berfungsi pada bayi. Dengan stimulasi yang baik, optimalisasi perkembangan indera ini cenderung akan lebih baik. Terutama jika dilakukan oleh orang terdekat, yaitu ibu dan ayahnya. Telah banyak pengalaman membuktikan bahwa membuka komunikasi dengan anak sejak masih dalam kandungan memberikan manfaat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anda kehabisan ide mengajak bayi anda berkomunikasi, anda bisa mencobanya dengan reading aloud.
Stimulasi lain yang bisa dilakukan melalui metode reading aloud adalah stimulasi bahasa. Perkembangan bahasa terkait erat dengan perkembangan kognisi atau cara berpikir. Semakin baik bahasa anak, berarti semakin baik pula pola berpikirnya. Dengan reading aloud, kita bisa memberikan pengayaan kosakata serta istilah. Apalagi bahasa yang digunakan dalam buku cenderung mengikuti pola berpikir runut yang akan membantu anak membentuk pola berpikirnya.  Apakah ini berarti bahasa dalam buku tersebut harus sesuai dengan bahasa Ibu yang diberikan? Jawabannya Tidak. Kita bisa membacakan buku berbahasa apa saja kepada anak, selama kita bisa. Apalagi al-Qur’an yang berbahasa Arab memiliki kemukjizatan tersendiri sehingga bisa dibaca dan dihafal bahkan oleh orang yang tidak paham bahasa Arab.
Saat kami memutuskan menggunakan bahasa Ibu untuk anak-anak adalah bahasa Sunda, sempat terjadi keraguan untuk membacakan buku-buku anak yang berbahasa Indonesia. Namun, kami berpikir lanjutkan saja. Hasilnya, anak tidak mengalami kebingungan bahasa sedikit pun. Otak anak yang masih dalam masa perkembangan, mampu memilah ragam bahasa dengan baik. Bahkan, ini bisa menjadi stimulasi perkembangan bahasanya sehingga anak memiliki banyak referensi bahasa. Dengan otomatis otak anak akan memilah sendiri untuk menemukan kelompok bahasanya.

Sarana Penanaman Iman,Adab, dan Ibadah
Iman, Adab, dan Ibadah merupakan tiga materi dasar yang wajib diajarkan kepada Anak. Salah satu metode efektif yang bisa digunakan oleh orangtua untuk mengajarkan ketiga materi tersebut adalah melalui reading aloud. Terutama dengan membacakan sirah, baik sirah nabawiyah maupun shahabat serta salafus shalih. Nilai keteladanan yang terkandung dalam kisah-kisah tersebut dapat memberikan pengayaan besar terhadap keimanan anak. Apalagi dengan kondisi penurunan kualitas akhlaq pada masa sekarang ini. Salah satu penyebab utamanya adalah hilangnya keteladanan. Dengan rutin membacakan sirah, kita bisa menanamkan figur teladan yang bisa menjadi acuan anak dalam berperilaku.
Tentang ini, kami memiliki pengalaman tersendiri. Saat itu, anak kami yang berusia 7 tahun bermain seperti biasa dengan anak-anak tetangga. Terdengar anak-anak yang lain sedang ramai membicarakan dan menceritakan kehebatan seorang tokoh kartun superhero. Anak kami yang tidak pernah kami izinkan untuk menonton tayangan kartun tersebut akhirnya hanya menjadi pendengar dan tidak bisa menikmati keseruan obrolan. Tiba-tiba, dia pun menyela obrolan teman-temannya. Ternyata, dia bercerita tentang kehebatan Hamzah bin Abdul Muthalib serta Umar bin Khattab. Dia menceritakan bagaimana kaum Quraisy yang asalnya beringas menjadi ketakutan ketika mengetahui keislaman kedua tokoh ini. Awalnya, anak-anak yang lain cenderung tidak perduli dan kembali ke topic sang tokoh kartun. Akhirnya, anak kami tersebut membawa buku sirah tentang Perang Uhud yang biasa dibacakan untuknya. Anak yang lain pun mulai tertarik, dan akhirnya topic obrolan berganti menjadi pemaparan anak kami tentang peperangan-peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah SAW.

Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Kemandirian
Stimulasi lainnya yang bisa didapatkan dari metode ini adalah pengembangan kecerdasan emosi. Kisah-kisah yang termuat dalam buku memiliki banyak ragam emosi. Jika kita bisa membacakannya dengan intonasi dan mimik muka yang berbeda, maka anak akan belajar tentang jenis emosi tersebut serta cara pengungkapannya. Untuk itu, sebelum membacakan buku untuk anak, akan lebih baik kita membacanya terlebih dahulu serta memahami alur ceritanya. Untuk kisah-kisah inspiratif tekankan suara kita pada pesan inti yang ingin disampaikan. Bawa anak pada suasana yang terjadi dalam kisah tersebut. Kemampuan mengenal jenis emosi serta cara pengungkapannya, akan memudahkan anak untuk mengungkapkan emosinya serta memudahkan kita untuk membantu anak menangani emosi yang dia alami.
Kemampuan ini juga dapat menumbuhkan sikap empati, anak akan mampu memahami perasaan orang lain dan tidak mudah berburuk sangka. Apakah kemampuan ini bisa didapatkan dengan mudah? Jawabannya Tidak. Ini adalah tujuan jangka panjang yang kita harapkan dapat tumbuh dalam diri anak. Dalam proses stimulasi anak, kita jangan pernah terburu-buru ingin melihat hasilnya. Karena pendidikan itu proses yang panjang dan lama.
Reading aloud juga bisa menjadi sarana melatih kemandirian anak. Dengan banyaknya ragam buku anak hari ini, kita memiliki kesempatan untuk memilahnya sesuai dengan kebutuhan kita. Sesuaikan dengan target kemandirian yang sedang kita latihkan kepada anak-anak. Jika kita melakukannya melalui buku, anak biasanya akan merasa diarahkan dan bukan digurui.

Dalam menjalani stimulasi apa pun untuk anak-anak, hal penting yang harus kita perhatikan adalah menciptakan kedekatan. Jadikan kegiatan reading aloud sarana penting untuk menumbuhkan kedekatan serta menciptakan kehangatan antara orangtua dan anak (bonding). Jika bonding sudah tumbuh, maka stimulasi apa pun yang kita lakukan kepada anak akan diterima dengan baik. Kedekatan hubungan orangtua dan anak merupakan hal penting yang sangat diperhatikan oleh Rasulullah SAW. Untuk itu jadikan kegiatan reading aloud adalah kegiatan bersama yang rutin dilakukan. Bukan hanya ibu, tapi ayah pun penting ikut terlibat dalam proses ini. 

#ODOPfor99days
#day91

Tidak ada komentar:

Posting Komentar