Seperti yang telah disampaikan dalam
tulisan terdahulu, reading aloud atau membacakan buku untuk anak merupakan
salah satu metode stimulasi membaca pada anak yang berorientasi pada
menumbuhkan kecintaan anak terhadap buku. Reading aloud tidak hanya efektif
terhadap buku saja, bahkan juga terhadap Al-Qur’an. Banyak manfaat yang bisa
kita petik dengan rutin membacakan al-Qur’an secara nyaring di depan anak sejak
dini. Sebut saja Musa, sang Hafidz cilik Juara III Musabaqah Hifdzil Qur’an
(MHQ) Internasional di Sharm el-Sheikh Mesir yang menurut pengakuan orangtuanya
berawal dari rutinitas orangtuanya membacakan al-Qur’an di depan anak sejak
masih dalam kandungan. Kegiatan tersebut awalnya dijadikan sarana stimulasi
untuk anak mereka agar mencintai al-Qur’an. Ternyata, nilai plus lain yang
mereka dapatkan adalah Musa bisa menjadi Hafidz di usia 7 tahun.
Stimulasi Indera Pendengaran, Bahasa, dan Kognisi
Reading aloud tidak hanya berfungsi
memberikan stimulasi membaca saja. Lebih dari itu ada banyak manfaat lain yang
bisa dipetik dari kegiatan ini. Bagi bayi-bayi yang masih berada dalam
kandungan, proses reading aloud bisa menjadi sarana untuk memberikan stimulasi
indera pendengaran. Apalagi jika berlanjut setelah bayi lahir. Indera
pendengaran adalah indera pertama yang berfungsi pada bayi. Dengan stimulasi
yang baik, optimalisasi perkembangan indera ini cenderung akan lebih baik.
Terutama jika dilakukan oleh orang terdekat, yaitu ibu dan ayahnya. Telah
banyak pengalaman membuktikan bahwa membuka komunikasi dengan anak sejak masih
dalam kandungan memberikan manfaat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Jika anda kehabisan ide mengajak bayi anda berkomunikasi, anda bisa
mencobanya dengan reading aloud.
Stimulasi lain yang bisa dilakukan
melalui metode reading aloud adalah stimulasi bahasa. Perkembangan bahasa
terkait erat dengan perkembangan kognisi atau cara berpikir. Semakin baik
bahasa anak, berarti semakin baik pula pola berpikirnya. Dengan reading aloud,
kita bisa memberikan pengayaan kosakata serta istilah. Apalagi bahasa yang
digunakan dalam buku cenderung mengikuti pola berpikir runut yang akan membantu
anak membentuk pola berpikirnya. Apakah
ini berarti bahasa dalam buku tersebut harus sesuai dengan bahasa Ibu yang
diberikan? Jawabannya Tidak. Kita bisa membacakan buku berbahasa apa saja
kepada anak, selama kita bisa. Apalagi al-Qur’an yang berbahasa Arab memiliki
kemukjizatan tersendiri sehingga bisa dibaca dan dihafal bahkan oleh orang yang
tidak paham bahasa Arab.
Saat kami memutuskan menggunakan
bahasa Ibu untuk anak-anak adalah bahasa Sunda, sempat terjadi keraguan untuk
membacakan buku-buku anak yang berbahasa Indonesia. Namun, kami berpikir
lanjutkan saja. Hasilnya, anak tidak mengalami kebingungan bahasa sedikit pun.
Otak anak yang masih dalam masa perkembangan, mampu memilah ragam bahasa dengan
baik. Bahkan, ini bisa menjadi stimulasi perkembangan bahasanya sehingga anak
memiliki banyak referensi bahasa. Dengan otomatis otak anak akan memilah
sendiri untuk menemukan kelompok bahasanya.
Sarana Penanaman Iman,Adab, dan Ibadah
Iman, Adab, dan Ibadah merupakan
tiga materi dasar yang wajib diajarkan kepada Anak. Salah satu metode efektif
yang bisa digunakan oleh orangtua untuk mengajarkan ketiga materi tersebut
adalah melalui reading aloud. Terutama dengan membacakan sirah, baik sirah
nabawiyah maupun shahabat serta salafus shalih. Nilai keteladanan yang
terkandung dalam kisah-kisah tersebut dapat memberikan pengayaan besar terhadap
keimanan anak. Apalagi dengan kondisi penurunan kualitas akhlaq pada masa
sekarang ini. Salah satu penyebab utamanya adalah hilangnya keteladanan. Dengan
rutin membacakan sirah, kita bisa menanamkan figur teladan yang bisa menjadi acuan
anak dalam berperilaku.
Tentang ini, kami memiliki
pengalaman tersendiri. Saat itu, anak kami yang berusia 7 tahun bermain seperti
biasa dengan anak-anak tetangga. Terdengar anak-anak yang lain sedang ramai
membicarakan dan menceritakan kehebatan seorang tokoh kartun superhero. Anak
kami yang tidak pernah kami izinkan untuk menonton tayangan kartun tersebut
akhirnya hanya menjadi pendengar dan tidak bisa menikmati keseruan obrolan.
Tiba-tiba, dia pun menyela obrolan teman-temannya. Ternyata, dia bercerita
tentang kehebatan Hamzah bin Abdul Muthalib serta Umar bin Khattab. Dia
menceritakan bagaimana kaum Quraisy yang asalnya beringas menjadi ketakutan
ketika mengetahui keislaman kedua tokoh ini. Awalnya, anak-anak yang lain
cenderung tidak perduli dan kembali ke topic sang tokoh kartun. Akhirnya, anak
kami tersebut membawa buku sirah tentang Perang Uhud yang biasa dibacakan
untuknya. Anak yang lain pun mulai tertarik, dan akhirnya topic obrolan
berganti menjadi pemaparan anak kami tentang peperangan-peperangan yang terjadi
pada masa Rasulullah SAW.
Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Kemandirian
Stimulasi lainnya yang bisa
didapatkan dari metode ini adalah pengembangan kecerdasan emosi. Kisah-kisah
yang termuat dalam buku memiliki banyak ragam emosi. Jika kita bisa
membacakannya dengan intonasi dan mimik muka yang berbeda, maka anak akan
belajar tentang jenis emosi tersebut serta cara pengungkapannya. Untuk itu,
sebelum membacakan buku untuk anak, akan lebih baik kita membacanya terlebih
dahulu serta memahami alur ceritanya. Untuk kisah-kisah inspiratif tekankan
suara kita pada pesan inti yang ingin disampaikan. Bawa anak pada suasana yang
terjadi dalam kisah tersebut. Kemampuan mengenal jenis emosi serta cara
pengungkapannya, akan memudahkan anak untuk mengungkapkan emosinya serta
memudahkan kita untuk membantu anak menangani emosi yang dia alami.
Kemampuan ini juga dapat menumbuhkan
sikap empati, anak akan mampu memahami perasaan orang lain dan tidak mudah
berburuk sangka. Apakah kemampuan ini bisa didapatkan dengan mudah? Jawabannya
Tidak. Ini adalah tujuan jangka panjang yang kita harapkan dapat tumbuh dalam
diri anak. Dalam proses stimulasi anak, kita jangan pernah terburu-buru ingin
melihat hasilnya. Karena pendidikan itu proses yang panjang dan lama.
Reading aloud juga bisa menjadi sarana
melatih kemandirian anak. Dengan banyaknya ragam buku anak hari ini, kita
memiliki kesempatan untuk memilahnya sesuai dengan kebutuhan kita. Sesuaikan
dengan target kemandirian yang sedang kita latihkan kepada anak-anak. Jika kita
melakukannya melalui buku, anak biasanya akan merasa diarahkan dan bukan
digurui.
Dalam menjalani stimulasi apa pun
untuk anak-anak, hal penting yang harus kita perhatikan adalah menciptakan
kedekatan. Jadikan kegiatan reading aloud sarana penting untuk menumbuhkan
kedekatan serta menciptakan kehangatan antara orangtua dan anak (bonding). Jika
bonding sudah tumbuh, maka stimulasi apa pun yang kita lakukan kepada anak akan
diterima dengan baik. Kedekatan hubungan orangtua dan anak merupakan hal penting
yang sangat diperhatikan oleh Rasulullah SAW. Untuk itu jadikan kegiatan
reading aloud adalah kegiatan bersama yang rutin dilakukan. Bukan hanya ibu,
tapi ayah pun penting ikut terlibat dalam proses ini.
#ODOPfor99days
#day91
Tidak ada komentar:
Posting Komentar