Sabtu, 11 Maret 2017

Tujuh Hari Kedua Tantangan Kemandirian

Setelah selesai minggu pertama tantangan kemandirian, maka kami pun berlanjut pada minggu berikutnya. Ternyata, tantangan di minggu kedua terasa lebih besar dibandingkan minggu pertama. Terutama terkait konsistensi pelaksanaan tantangan.

Tantangan Ira
Di minggu pertama, Ira kami latih dalam hal kemandirian emosional. Walau belum penuh sempurna, namun dia meminta untuk berpindah jenis tantangan. Maka, di minggu kedua ini tantangan bagi Ira seputar kemandirian belajarnya. Semenjak beberapa minggu sebelumnya, Ira menginginkan dirinya memiliki program ODOJ (One Day One Juz), yaitu membaca al-Qur;an sehari satu Juz. Dia sendiri terinspirasi dari kakaknya yang sering bercerita bahwa di Pesantrennya, dia dapat menyelesaikan membaca al-Qur'an dalam sehari sampai dua atau tiga Juz. Dan itu mempermudah proses hafalan al-Qur'annya.

Sebagai bagian dari kemandirian belajarnya, kami pun membiarkan Ira menentukan bahwa di Minggu ini dia memiliki target untuk bisa membaca al-Qur'an sehari satu Juz. Alhamdulillah, Ira berhasil di hari pertama. Tantangan mulai muncul di hari kedua, apalagi saat itu dia menginap di rumah neneknya. Keasyikan bermain di rumah neneknya, membuat di agak lengah dengan targetnya. akhirnya, di hari kedua dan ketiga tantangan, Ira tidak berhasil mencapai targetnya. Saya ajak Ira untuk berdiskusi mengenai penyebabnya, serta belajar menemukan solusi terbaiknya. Alhamdulillah, di hari berikutnya hingga minggu ini berakhir, Ira dapat mencapai target ODOJnya.

Tantangan Naura
Walau di minggu pertama, Naura yang paling sempurna mendapatkan tanda ceklis. Namun, kami meihat kebiasaan shalat shubuh dengan baik belum menjadi keseharian Naura. Butuh tambahan waktu bagi Naura untuk menjadikan hal tersebut bagian dari kemandiriannya. Maka, dalam rangka menyiasati hal itu, kami mengusulkan pada Naura agar tantangan di minggu kedua adalah "bangun tanpa rewel". Alhamdulillah Naura pun setuju.

semenjak hari pertama, Naura berusaha menampilkan kemandirian terbaiknya. Saat dibangunkan di shubuh hari, tidak butuh waktu lama agar dia kemudian bangun sendiri lanjut dengan mengambil air wudlu. Padahal biasanya, butuh waktu agak lama untuk menunggu kesadaran Naura hadir. Dengan adanya tantangan ini, Naura berusaha menampilkan kemandiriannya dengan baik. Seperti di minggu sebelumnya, dia pun mendapat ceklis penuh selama seminggu kedua ini.

Tantangan Ardi
Merasa belum sempurna dengan proses pelaksanaan tantangan di minggu pertama, maka kami pun menuliskan kembali "satu popok sehari" dalam program latiha kemandirian di minggu ini. Ternyata tantangan di minggu kedua lebih berat. Kegiatan saya yang cukup padat di minggu ini, kondisi cuaca yang lebih dingin dari biasanya serta kurangnya komunikasi dengan pasangan tentang hal ini menyebabkan proses latihan satu popok sehari di minggu ini banyak diwarnai kegagalan.

Mulai dari hari pertama, saat itu saya berkegiatan di luar dan Ardi bersama ayahnya, karena merasa kewalahan dengan ritme pipis Ardi yang cukup sering disebabkan cuaca dingin, maka Ardi pun dipakaikan pospak. Padahal biasanya Ardi memakai pospak hanya di malam hari. Demikian pula di hari kelima dan keenam, saat saya mengikuti Ujian Kursus Menjahit dan Ardi bersama ayahnya, akhirnya Ardi dipakaikan pospak di siang hari. dari tujuh hari di minggu ini, hanya tiga hari saja Ardi berhasil menjalankan program satu popok sehari.

Hal ini menjadi pukulan telak bagi saya sebagai ibunya. Karena pada dasarnya, latihan kemandirian bagi Ardi terletak pada konsistensi Ibu dalam melatihnya. Lemahnya penguatan komunikasi dengan sang ayah juga menjadi pemicu kegagalan. Adapun mengenai cuaca yang lebih dingin serta kegiatan saya yang padat hanyalah salah satu bagian pemicu yang sebenarnya dapat diantisipasi dengan baik, jika mampu mengkomunikasikannya dengan pasangan.

Demikianlah paparan mengenai pelaksanaan latihan kemandirian di minggu kedua ini. Masih banyak hal yang harus dibenahi terutama mengenai komuikasi produktif baik dengan anak maupun pasangan. Naura yang masih menggantungkan konsstensinya pada adanya reward and punishment, serta Ardi yang masih harus terus dilatih toilet trainingnya merupakan PR besar bagi tantangan kemandirian ke depannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar