Tantangan kemandirian bagi pelaku Homeschooling seperti kami merupakan materi utama setiap hari. Namun, pada prakteknya masih tetap naik turun. Dengan adanya tantangan kemandirian dari Kuliah Bunda Sayang, memacu kami untuk terus semangat dalam menanamkan kemandirian pada putra-putri kami. Proses pelaksanaan tantangan sudah kami mulai sejak tanggal 25 Pebruari yang lalu. Jadi, sebenarnya hari ini kami sudah memasuki minggu kedua. Namun, kami baru sempat melaporkannya hari ini.
Memilih keterampilan
Dalam pemilihan jenis keterampilan yang akan dilatihkan dalam tantangan ini, kami pun mengajak anak-anak untuk berdiskusi. Bagi Ira, di usianya yang kesembilan tahun ini, kemandirian emosional serta kemandirian belajar menjadi fokus utama kami. Untuk itu kami memandu Ira untuk belajar meningkatkan kecerdasan emosional, terutama dalam mengelola sabar. Akhirnya, Ira pun sepakat untuk minggu pertama kali ini, melatihkan sikap sabar terutama saat menemani Naura, adiknya, bermain. Sedangkan Naura, setelah mampu membiasakan shalat 5 waktu, kini waktunya memperbaiki rutinitas shalat shubuh. Sulitnya Naura bangun shubuh, menyebabkan dia sering melaksanakan shalat shubuh dalam kondisi rewel karena kesiangan. Maka Naura pun memilih untuk melatih dirinya agar tidak rewel untuk shalat shubuh. Adapun Ardi, di usianya yang sudah 16 bulan, kami memang sudah mulai melatih buang air di jamban sejak usia 6 bulan. Namun keberadaan pospak masih sering membuat kami lengah untuk memberi target. Hingga hari ini, jika ada kondisi sedikit saja di luar normal, seperti frekuensi pipis Ardi yang lebih sering, atau kami sedang agak repot, maka kami memilih pospak. Dalam tantangan kemandirian minggu pertama kali ini, kami ingin melatih Ardi hanya menghabiskan satu pospak dalam sehari.
Proses Latihan Ira
Dengan adanya tantangan ini, Ira terlihat lebih berhati-hati dalam bersikap. Secara umum, selama seminggu ini, frekuensi labilnya emosi Ira menurun. Dalam latihan minggu ini, sikap sabar terutama kami tuntut saat Ira bermain bersama Naura. Jarak usia 3 tahun antara Ira dan Naura sebenarnya terbilang cukup, artinya tidak terlalu dekat juga tidak terlalu jauh. Mereka seringkali mampu berperan bagai dua sahabat. Namun, kondisi ini ternyata memiliki sisi negatif juga. Apalagi saat dulu Naura lahir, Ira terlihat tidak siap secara emosi. Sempat terjadi sibling rivalry yang cukup panjang. Kondisi kami dengan tiga orang anak, cukup repot untuk membagi perhatian. Berbeda saat Ira lahir, karena baru dua anak yang kami miliki. Waktu itu saya dan suami bisa saling berbagi perhatian agar anak tidak merasa tersisih.
Emosi Ira yang cenderung lebih peka dibanding saudara-saudaranya juga mendukung munculnya sikap ini. Sebenarnya sikap "cemburu" Ira sudah jauh berkurang jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tantangan kali ini, bermaksud agar Ira terus belajar untuk melatih sikapnya terutama dalam menghadapi adiknya.
Alhamdulillah, dari tujuh hari proses latihan ini, hanya satu hari, Ira terlihat lepas kontrol. Itu pun karena dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, sebenarnya hari itu cukup baik. Hari dimana Ira mengalami kegagalan adalah pada hari ketiga, yaitu hari Selasa 28 Pebruari. Kondisi Ira sendiri hari itu memang terlihat kurang fit, sehingga berimbas pada kondisi emosionalnya. Setelah dua hari sebelumnya berkunjung ke rumah neneknya. Saat berkunjung ke rumah nenek, Ira dan Naura menginap tanpa ditemani kami. Laporan neneknya mereka terlihat lebih mandiri dibandingkan ada kami, orangtuanya. Ira terlihat begitu mengayomi kepada adiknya, Naura pun terlihat manut pada kakaknya.
Proses Latihan Naura
Dengan adanya tantangan kemandirian ini. Naura terlihat lebih memperhatikan sikapnya. Alhamdulillah, tujuh hari latihan tidak rewel saat shalat shubuh, dijalani Naura dengan tanda centang di semua kolom harinya. Dia berhasil melakukan shalat shubuh tanpa kami harus berpanjang-panjang merayu dan menunggu. Asal sudah bangun, Naura langsung masuk kamar mandi dan mengambil air wudlu.
Proses Latihan Ardi
Alhamdulillah, target satu pospak dalam sehari telah membuat kami kembali siaga dan sigap untuk belajar memahami bahasa tubuh Ardi. Walau setiap hari ada saja saatnya kecolongan, yaitu akhirnya Ardi pipis di celana. Namun, keberhasilan kami untuk tidak mudah memakaikan pospak, patut membuat kami terus semangat. Tapi, keberhasilan tersebut tidak penuh dalam seminggu kemarin. Kami tetap belum dapat menghindari pospak saat Ardi dibawa serta dalam acara di luar rumah. Waktu itu, ahad tanggal 26 Pebruari, saya mengisi acara di Pemudi Persis hingga sore. Kondisi ini membuat saya menggantungkan Ardi pada pospak.
Resume Akhir Minggu
Saat berakhir tantangan di tujuh hari pertama. Kami pun mengajak anak-anak untuk mengevaluasi proses tantangan. Ira menyimpulkan bahwa dirinya telah berhasil melewati tantangan minggu pertama, karena kegagalan yang dimilikinya hanya satu dari tujuh hari. Maka, dia berinisiatif untuk berpindah ke tangtangan yang lain di minggu berikutnya. Demikian pula Naura, namun karena masalahnya masih ada di seputar waktu shubuh, kami mengajak Naura tidak beranjak dari keterampilan ini. Jika di minggu pertama dia dituntut untuk tidak rewel melaksanakan shalat shubuh, maka di minggu berikutnya adalah tidak rewel saat dibangunkan. karena dalam seminggu ini, walau untuk shalat shubuh tidak mengalami kesulitan, tetap saja untuk bangun shubuh Naura sulit dibangunkan. Bahkan, tidak jarang dia ngamuk saat dibangunkan. Adapun Ardi, kami memandang diri kami belum berhasil dengan target tantangan di minggu pertama. Terutama pada kondisi repot dan padat acara.
#Level2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian