Menjadi
pertanyaan pertama bagi orang-orang yang mendengar bahwa kami memilih
Homeschooling adalah tentang sosialisasi. Pertanyaan yang cukup standar dan
dapat dimaklumi sebagai pertanda belum pahamnya kebanyakan orang dengan konsep
HS. Pertanyaan-pertanyaan itu mendorong saya untuk berbagi sedikit pengetahuan
tentang sosialisasi.
Apa
itu sosialisasi?
Jika kita bertanya pada diri kita juga orang-orang kebanyakan,
mereka akan menjawab bahwa sosialisasi itu adalah bergaul dan bermasyarakat.
Jawaban itu tidak salah namun kurang tepat. Karena ternyata sosialisasi adalah
proses belajar agar seseorang memiliki kepribadian sosial yang sesuai sehingga
mampu menjadi individu yang bertanggungjawab. Tanggung jawab yang dimaksud
tentunya tanggungjawab yang sesuai dengan nilai-nilai Islam sebagai pegangan
hidup utama.
Manusia
adalah makhluk social. Mereka lahir dengan naluri social, namun belum memiliki
sifat social (asocial). Kemampuan sosial anak akan diperoleh melalui berbagai
kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik
orangtua, saudara, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya.
Pada awal masa perkembangannya, kebutuhan social anak
akan sangat tergantung pada orangtua serta lingkungan rumahnya. Namun, seiring
perkembangannya, anak akan membutuhkan lingkungan social yang lebih luas. Pada
saat itu pengaruh teman sebaya sangat kuat pada perkembangan social anak. Pengaruh
teman sebaya pada anak-anak cenderung bersifat negative, terutama jika tidak
ada sumber rujukan yang positif bagi mereka. Jika dibiarkan, pengaruh teman
sebaya bisa mengalahkan pengaruh orangtua, guru, serta orang dewasa lainnya.
Proses sosialisasi di rumah tangga merupakan proses
sosialisasi yang terpenting. Rumah diharapkan menjadi dasar dan rujukan bagi
proses sosialisasi anak. Sehingga akan menjadi salah jika sosialisasi anak-anak
kita digantungkan hanya pada system sekolah. Kondisi tuntutan kurikulum belajar
yang menyita perhatian sebagian besar guru, seringkali menyebabkan mereka abai
terhadap proses sosialisasi yang terjadi pada anak di sekolah.
Proses sosialisasi
di rumah terutama diperoleh anak dari interaksi bersama orangtua, saudara serta
keluarga besar. Mengenalkan silsilah keluarga (sunda:pancakaki) merupakan salah
satu hal penting dalam proses sosialisasi anak. Belajar tentang panggilan yang
berbeda untuk tiap anggota keluarga, memahami tentang pertalian antar anggota
keluarga merupakan dasar bagi anak mengenal tentang status dan hubungan social.
Bagi kami yang menjalani HS, sosialisasi bukan hal yang
sulit. Karena di dalam rumah mereka belajar banyak hal tentang cara menghormati
yang lebih tua, menyayangi yang lebih kecil, bekerjasama serta saling
menghargai. Peluang untuk meletakkan dasar-dasar sosialisasi yang positif menjadi
lebih besar, apalagi bagi saya yang hidup di lingkungan keluarga besar.
Menjalani HS juga bukan berarti anak-anak hanya hidup
di dalam rumah tanpa mengenal dunia luar. Justru dengan HS, anak-anak memiliki
peluang yang besar untuk menjelajah lingkungannya, bergaul dengan sesamanya. Pergaulan
anak-anak HS juga tidak terbatas dengan teman sebaya, tapi mereka dapat bergaul lintas usia.
Bagi kami proses sosialisasi anak-anak dijalani dengan
bergaul di keluarga, belajar mengaji di mesjid, shalat berjama'ah di mesjid,
serta berkegiatan bersama anak-anak HS lainnya. Pada akhirnya, anak-anak kami
memiliki lebih banyak teman serta pengalaman karena lebih memiliki banyak waktu
untuk bergaul.
#ODOPfor99days
#day43
#repost