“Yang diperlukan oleh anak-anak pada saat ini bukanlah kurikulum baru dan lebih baik, tetapi akses lebih
luas terhadap dunia nyata, waktu dan ruang lebih banyak untuk merenungkan pengalaman mereka, serta penggunaan daya khayal dan permainan untuk memaknai kehidupan nyata yang mereka jalani." (John Holt)
Kalimat di atas merupakan kutipan dari makalah Mas Aar Sumardiono,yang berjudul Keseharian Kunci Sukses HS. Makalah ini disampaikan dalam webinar HS Kamis lalu yang memasuki minggu keempat. Banyak hal yang kemudian menyadarkan saya dari paparan juga diskusi yang berlangsung dalam webinar tersebut.
Malam itu akhirnya saya menyelami kembali makna belajar. Tak banyak hal baru sebenarnya. Namun karena selama ini pengetahuan tersebut hanya menjadi teori semata. Akhirnya saya pun banyak tersentak. Karena pada prakteknya semua yang saya lakukan jauh dari teori yang saya pelajari.
Bagi seorang anak sebenarnya tidak ada dikotomi antara bermain dan belajar. Sikap dan perilaku mereka yang natural telah menjadikan belajar pun hakikatnya merupakan bagian penting dari kehidupan mereka. Bagi mereka sebenarnya belajar sama alaminya dengan bernafas. Karena dalam setiap aktifitas, mereka menemukan berbagai pengalaman dan pengetahuan baru. Anak-anak adalah para penemu alami, yang dengan kepolosannya mereka mengeksplorasi dunianya dengan suka cita.
Namun, lain lagi bagi orang dewasa. Kungkungan formalitas yang selama bertahun-tahun dijalani telah membuat mereka kehilangan sensitifitas belajar. Bagi kebanyakan orang dewasa (baca: orangtua) perilaku yang tidak terstruktur, pandangan yang tidak fokus, serta sikap yang santai -yang ditunjukkan oleh anak-anak dalam aktifitasnya- dipandang telah membuat anak kehilangan tujuan belajar yang sesungguhnya. Maka dengan segenap otoritasnya mereka pun memaksakan pandangan 'salah' mereka terhadap anak-anaknya. Sehingga, mewujudlah anak-anak yang menjadikan belajar sebagai kegiatan yang penuh beban dan hampa makna. Naudzubillahi min dzalik...
Pada hakikatnya, anak belajar dari apa yang dia alami setiap hari. Saat anak mengalami kegembiraan, dia akan belajar tentang hakikat kegembiraan dan bagaimana cara membuat orang lain gembira. Saat anak mengalami kesedihan, anak akan belajar tentang hakikat kesedihan dan bagaimana cara untuk mereduksi kesedihannya. Posisi orangtua (juga orang dewasa lainnya) pada saat itu adalah sebagai fasilitator yang membantu anak menemukan makna belajar yang lebih mendalam. Membantu anak mengikat makna atas berbagai peristiwa yang dialaminya.
Dalam proses Homeschooling, hal ini akan terasa lebih mudah. Orangtua dapat memanfaatkan berbagai kegiatan sehari-hari anak untuk proses belajarnya terbebas dari berbagai formalitas dan keharusan. Jika proses HS kita masih terbebani dengan formalitas dan keharusan, maka artinya kita telah memindahkan sekolah ke dalam rumah.
Proses keseharian, merupakan kegiatan sehari-hari anak seperti kegiatan makan, bermain, membaca, nonton, dan sebagainya. Atau biasa juga berupa kegiatan orangtua di mana anak ikut terlibat di dalamnya. Belajar melalui keseharian anak- anak merupakan metode belajar yang mudah dan murah. Karena kita akan menggunakan sumber daya yang tersedia di sekitar kita. Sumbernya bukan hanya buku teks, tapi berbagai hal yang ditemui anak. Dengan demikian anak memiliki ruang eksplorasi yang lebih luas.
Yang terpenting dalam belajar melalui keseharian adalah proses pemaknaan aktifitas. Dalam hal ini dibutuhkan keterlibatan orangtua secara aktif dan kreatif dalam aktifitas anak. Sehingga hal-hal yang tampak biasa dapat menjadi luar biasa dengan adanya pengikatan makna atas kegiatan tersebut.
Salah satu cara yang efektif dalam menumbuhkan pemaknaan adalah dengan bertanya terbuka. Melalui bertanya, orangtua juga dapat mengenali dan menggali minat anak. Banyaklah bercerita dan mengobrol dengan anak tentang berbagai hal terkait aktifitas yang sedang dilakukannya. Bantu anak menemukan pengalaman dan pengetahuan baru melalui aktiftasnya.
Paparan di atas telah mengingatkan saya tentang makna belajar yang sesungguhnya. Karena belajar bukan hanya tentang membaca, menulis dan berhitung. Belajar juga bukan hanya tentang menghafal dan mendapat nilai. Tapi, belajar sesungguhnya adalah proses mengambil hikmah dari setiap kejadian dalam kehidupan kita untuk selalu menjadi lebih baik dari hari kemarin.
Hal ini memotivasi saya untuk terus mengevaluasi proses belajar yang kami lakukan di keluarga kami. Agar anak-anak tidak lagi mengalami proses belajar seperti kami, yang hanya memindahkan isi buku ke dalam pikiran, tanpa mampu mengendap dalam kalbu. Astaghfirullah... Aamiin.
#ODOPfor99days
#day45
#repost
Tidak ada komentar:
Posting Komentar