Tulisan ini merupakan catatan hasil diskusi di Rumah Belajar Cikutra IIP Bandung pada sabtu, 14 Mei 2016 bersama Bunda Sri Haryati dan diulang kembali pada kuliah whatsapp di grup WA IIP Bandung Utara.
Jumat, 27 Mei 2016
Catatan tentang kreatifitas
Jumat, 20 Mei 2016
Reading Aloud (Part 2)
Reading Aloud (Part 1)
Rabu, 18 Mei 2016
Kejar Setoran
1. Nulis curhatan walau dirasa gak penting
2. Nulis apa saja yang terbersit di pikiran, walau hanya dua atau tiga kalimat saja
3. Bongkar file lama.
Alhamdulillah di laptop saya banyak tersimpan tulisan-tulisan lama yang pernah saya buat untuk tugas kuliah, ngisi kegiatan ngaji, ngisi kegiatan pelatihan di Pemudi Persis, ngisi mading mesjid dan sebagainya. Banyak di antara tulisan itu yang saya tulis saat masih lajang..hee.. Maka demi memenuhi target 99 tulisan, mereka pun dipublish di blog dengan tagar ODOPfor99days
4. Re-post postingan lama
Hal lain yang saya lakukan adalah melakukan re-post tulisan-tulisan yang sudah ada di blog sebelumnya. Tulisan yang awalnya belum berlabel pun menjadi memiliki label ODOPfor99days
Inilah upaya yang saya lakukan. Bagaimana dengan kamu? hee...
#ODOPfor99days
#day98
Sekelumit Hikmah ODOP for 99Days
Kamis, 05 Mei 2016
Ibu Mertua, Ibu Keduaku
Sebagai seorang menantu, perasaan tidak nyaman juga pernah saya rasakan terhadap Mertua. Terutama saat Beliau "mengkritik" baik tentang perilaku anak-anak atau tentang penataan rumah. Bagaimana pun, Mertua adalah orang yang baru kita kenal. Namun, dengan "kekuasaannya", mereka bisa dengan bebas "merecoki" rumah tangga kita. Ada beberapa catatan yang ingin saya bagi terkait memperbaiki hubungan menantu-mertua.
1. Yakinkan bahwa mereka juga adalah orangtua kita. Setelah kita menikah, pahamkan dan camkan dalam diri kita bahwa keluarga kita menjadi bertambah. Bukan hanya menambah suami, tapi menambah orangtua juga saudara. Berikan mereka ruang yang sama dalam hati kita, dan berikan pula porsi yang sama dalam do'a kita. Karena ajaran Islam menyatakan bahwa Mertua berada pada posisi yang sama dengan orangtua kandung kita. Artinya berlaku pula hadits yang menyatakan bahwa "Ridlo Allah ada pada ridlo orangtua kita, dan murka Allah ada pada murka orangtua kita".
2. Ingatlah bahwa Mertua kita yang telah berjuang bertahun-tahun mendidik dan membesarkan pasangan kita. Jika hari ini kita mendapatkan suami yang rela berkorban untuk kebahagiaan kita, yang selalu setia membantu pekerjaan kita, yang selalu siap mendengarkan keluh kesah serta tangis kita, yang selalu sedia mengabulkan keinginan kita, ingatlah semua berkat jasa mertua kita. Bertahun-tahun sebelum kita mengenal suami kita, dia hidup dalam belaian dan dekapan orangtuanya yang hari ini menjadi mertua kita. Karena mertua kitalah, suami kita ada. Maka sepantasnya kita haturkan terima kasih kepada Mertua kita dengan memaafkan sedikit kebawelan mereka, serta memaklumi kerewelan mereka.
3. Jadilah teladan untuk anak kita. Bayangkan bahwa anak-anak kita beranjak dewasa dan memiliki pasangan. Sikap seperti apakah yang kita harapkan dari menantu kita nanti? Maka, jadilah teladan bagi anak-anak kita agar mereka mampu bersikap baik terhadap mertuanya kelak. Dan inilah yang sangat saya rasakan. Jika hari ini saya dapat meminimalisir bentrok antara mertua dan menantu, semata-mata karena teladan yang pernah diberikan oleh orangtua saya dulu. Barakallah fihim.
Yuk, menjadi menantu kesayangan mertua karena sikap sayang yang kita tunjukkan pada mereka.
#ODOPfor99days
#day86
Ardi Lulus S1
Setelah masuk usia 6 bulan, saatnya Ardi berkenalan dengan makanan lain sebagai penunjang ASI. Karena ASI untuk Ardi insya Allah akan terus diberikan hingga tuntas usia 2 tahun. Perjuangan ASI Eksklusif untuk Ardi bukan tanpa halangan. Namun berkat ilmu dan pengalaman, rintangan tersebut dapat dilalui dengan baik. Alhamdulillah semangat ngASI akan terus dipupuk hingga waktunya masa penyapihan. Semoga Allah berkenan meridloi semua upaya ini. Aamiin
#ODOPfor99days
#day90
Catatan Kecil Dari Diskusi Bunda Produktif di Grup WA IIP Bandung Utara
Hari ini diskusi harian di grup WA IIP Bandung Utara memasuki tema Bunda Produktif. Diskusi kali ini diawali dengan kutipan tulisan teh Shanty tentang obrolan para pengurus IIP bersama bu Septi baru-baru ini. Teh Putri sebagai pemandu diskusi menegaskan bahwa kita jangan dulu melangkah ke bunpro (bunda produktif) sebelum bunsay (bunda sayang) dan buncek (bunda cekatan) kuat.
Diskusi pun kemudian berlangsung diawali dengan mempertanyakan definisi earn dalam bunpro. Ternyata, earn dalam bunpro tidak selalu identik dengan uang/materi. Namun lebih menitikberatkan pada kepuasaan batin saat melakukan sesuatu sesuai dengan passion dan berdaya guna. Selanjutnya diskusi mengerucut pada pertanyaan bisakah bunsay, buncek, dan bunpro berjalan beriringan?
Menyimak diskusi-diskusi tersebut, saya pun tergelitik untuk ikut sharing pendapat. Berikut catatan yang saya berikan dalam diskusi tadi siang.
Tentang bunpro, awalnya saya juga berpikir bahwa bunpro harus selalu yang terkait dengan materi. Padahal saya termasuk orang yang tidak memaksakan diri jualan alias ga bisa.
Tapi setelah memahami bahwa produktifitas tdk hanya dinilai dengan materi. Akhirnya saya semakin mantap dengan apa yang saya jalani hari ini.
Sebagai orang yang senang berorganisasi dan berkomunitas, itulah passion yang saya tekuni selama hampir 20 tahun. Bermula dari organisasi remaja mesjid serta organisasi intra sekolah, berlanjut pada ormawa dan ormas Islam hingga berkomunitas dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama.
Alhamdulillah semuanya memberikan kesempatan bagi saya untuk banyak memberi dan menerima. Kepuasaan saya dapatkan saat dapat menambah ilmu dan terus memperbaharui semangat serta saat bisa berbagi ilmu dan semangat dengan yang lain.
Saya pribadi, untuk urusan bunsay belum siap dikatakan lulus, namun terus berusaha untuk menguatkan. Klo masalah manajemen RT yang ada di buncek sampai hari ini saya masiiih banyak dibantu suami. Jika berbicara tuntas, sepertinya ketuntasan belajar kita akan tercapai saat ajal menjelang. Artinya, semuanya berproses. Jangan takut utk melangkah ke bunpro sambil tetap teguh memegang bunsay dan bunceknya.
#ODOPfor99days
#day89