Selasa, 02 Februari 2016

Durhaka Orangtua Terhadap Anak

Ada sebuah hadits riwayat Imam Bukhori yang sering disebut hadits Jibril. Dikatakan demikian, karena hadits ini menceritakan tentang Malaikat Jibril yang menampakkan dirinya di hadapan Rasulullah SAW dan para sahabatnya dalam wujud manusia. Jibril saat itu tiba-tiba datang saat Rasulullah SAW sedang berkumpul bersama para sahabatnya. Jibril mengemukakan beberapa pertanyaan yang langsung dijawab oleh Rasulullah SAW. Para sahabat sendiri tidak menyadari kalau yang datang itu adalah Malaikat Jibril. Mereka baru mengetahuinya setelah diberitahu oleh Rasulullah SAW sesaat setelah Jibril menghilang dari hadapan mereka.

Salah satu pertanyaan yang dikemukakan oleh Malaikat Jibril adalah mengenai Hari Kiamat, berikut kutipan haditsnya,
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيْهِ رَضِيَ الله ُعَنْهُمَا قَالَ :... قَالَ فأخبرني عن الساعة. قال ما المسؤول عنها بأعلم من السائل. قال فأخبرني عن أمارتها. قال: أن تلد الأمة ربتها و أن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان...(البخارى)

Dari Ibnu Umar dari ayahnya –semoga Allah meridloi keduanya- ia berkata :…. Dia (Jibril) bertanya : Kapankah hari akhir itu? Nabi menjawab : Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya. Dia bertanya lagi : lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya. Nabi menjawab : Apabila seorang budak melahirkan majikannya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, bermegah-megahan dalam membuat bangunan…. (HR Bukhari)

Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW menyatakan bahwa beliau tidak tahu kapan datangnya kiamat, sama dengan Malaikat Jibril. Karena ilmu tentang Hari Kiamat hanya dimiliki oleh Allah SWT.Namun, Rasulullah SAW menyebutkan dua di antara tanda-tanda kiamat. Salah satunya ialah saat seorang budak melahirkan majikannya. Dalam bukunya Ar-Risalah Juz I halaman 14, Nashruddin Syarief menjelaskan maksud kalimat ini setidaknya ada empat, namun yang paling tepat menurut Ibnu Hajar al-'Asqalani yaitu seorang ibu sudah dijadikan seperti budak oleh anak-anaknya. Mereka berperilaku bagai seorang majikan terhadap ibunya.

Dari pemahaman di atas, tentu kita dapat menyimpulkan bahwa salah satu tanda kiamat adalah banyaknya anak yang durhaka kepada orangtua. Mereka yang telah memperlakukan orangtuanya dengan tidak hormat, bahkan memandang orangtuanya bagaikan hamba sahaya bagi mereka.

Namun kemudian muncul pertanyaan, bagaimana anak-anak ini berperilaku seperti itu kepada orangtua mereka sendiri. Padahal mereka tahu, bahwa ibunyalah yang telah mengandung, melahirkan, bahkan mengurus mereka sejak kecil. Sedangkan seorang anak itu lahir dalam keadaan fithrah, seperti yang diungkapkan dalam hadits berikut ini,


"Tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nashrani, atau Majusi, sebagaimana halnya binatang lahir dalam keadaan sempurna, adakah kau melihat ada cacat padanya." (HR Muslim dari Abu Hurairah)

Kondisi fithrah yang dibekalkan Allah kepada setiap anak, akan berubah karena pengaruh pendidikan orangtua dan lingkungannya. Untuk itu, saat muncul perilaku "durhaka" pada anak, selayaknya evaluasi dilakukan pada peran orangtua dan lingkungannya. Sehingga kita tidak dengan mudah menempelkan label anak durhaka. 

Rasulullah SAW mengajarkan kepada para orangtua untuk menanamkan akhlaq yang baik sejak usia dini. Bahkan dimulai dengan pemberian nama yang didalamnya tersemat do'a serta cita-cita luhur yang akan menjadi orientasi para orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Rasulullah SAW bersabda,

"Di antara kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah mendidiknya dengan budi pekerti yang baik dan memberikan nama yang baik" (HR Baihaqi dari Ibnu Abbas).

Pada tahap selanjutnya Rasulullah SAW memerintahkan orangtua untuk mengutamakan pendidikan ibadah pada anak-anaknya. Usia dasar adalah usia yang tepat dalam mengajarkan ibadah serta menanamkan akhlaq kepada anak. Rasulullah SAW bersabda,

Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat saat mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka (jika tidak melaksanakan shalat) saat usia mereka sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidurnya. (HR Abu Daud dari Ibnu 'Amr al-'Ash)

Kenyataannya banyak orangtua yang lebih mengorientasikan pendidikan anaknya pada hal-hal yang bersifat materi. Sekolah menjadi penting bagi mereka agar anak-anaknya mendapatkan jaminan pekerjaan dan kehidupan yang layak di dunia. Namun, kehidupan yang layak di akhirat seringkali terlupakan.

Selain itu, Rasulullah SAW mengamanatkan pentingnya pemberian perhatian dan kasih sayang kepada anak-anak. Rasulullah SAW mengajarkan agar umatnya selalu meluangkan waktu untuk bercanda bersama anak, mengapresiasi, serta menunjukkan rasa cinta.


“Apakah engkau suka menciumi anak-anakmu? Jawab mereka: Kami tidak melakukan hal itu. Nabi bersabda: apakah kalian tidak takut Allah mencabut rasa kasih saying dari hatimu?” (HR Bukhari dari “Aisyah ra).

“Segala sesuatu tanpa meneybut nama Allah adalah senda gurau atau kelalaian , kecuali empat perkara: berjalan seorang lelaki di antara dua tujuan (untuk memanah), mendidik kudanya, bersenda gurau dengan keluarganya dan belajar berenang” (HR Thabrani).

Dari paparan di atas, maka siapakah sebenarnya yang durhaka saat muncul kejadian anak yang menjadikan orangtuanya bagai hamba bagi mereka? Ternyata, bukan hanya ada durhaka anak terhadap orangtua saja, tapi sejatinya yang terjadi adalah durhakanya orangtua terhadap anak-anaknya. Na'udzubillahi min dzalik.

#ODOPfor99days
#day21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar