Sudah lama blog ini nganggur dan tidak tersentuh. Keinginan untuk kembali mengisinya selalu muncul namun berbagai alasan berhasil mengalahkan keinginan tersebut. Tepat dua minggu yang lalu saya bertemu dengan teh Shanty salah seorang anggota IIP yang mengatakan mengenal HS, dan IIP bermula dari blog ini, membuat keinginan itu bangkit lagi. Apalagi kemudian beliau membuat grup One Day One Post #99 Days di Facebook sebagai wujud Rumah Belajar Passion yang kini sedang digagas oleh IIP Bandung. Mudah-mudahan masuknya saya dalam grup tersebut mampu menajamkan taring agar dapat merobek berbagai alas an untuk menunda menulis.
Tulisan pertama dalam “era kebangkitan” ini ingin bercerita tentang kabar terbaru keluarga kami. Seiring berjalannya waktu banyak hal yang berubah dalam keluarga kami. Bertambahnya anggota keluarga, perubahan pola belajar anak-anak, serta perubahan gaya pendidikan di rumah kami adalah beberapa hal yang akan diceritakan dalam tulisan kali ini.
Adik Bayi
Sejak 24 Oktober 2015 lalu keluarga kami bertambah anggota dengan lahirnya putra keempat. Lahir dengan proses normal di Klinik Utama Al-Islam Awibitung pada jam 21.25 WIB. Bayi keempat ini melengkapi formasi keluarga kami menjadi genap, 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Kami pun memberinya nama Muhammad Zawad Dhiyaul Ardi. Kakak-kakaknya memanggil adik bayi dengan nama Ardi.
Jadi “Kaka”
Sejak beberapa bulan sebelum kelahiran Ardi, Naura yang sangat bahagia dengan kehamilan saya langsung memproklamirkan diri ingin dipanggil “Kaka”. Dia tidak mau panggilan “Teteh” seperti teh Ira atau panggilan “ceuceu” seperti yang disarankan ayah. Meskipun sering “diheureuyan” kalau kaka itu nantinya jadi kakaktua, tapi Naura tetap konsisten dengan pilihannya. Karakternya yang berani membuatnya teguh dengan pilihannya. Maka, setelah adiknya lahir resmilah Naura menjadi Kaka Naura.
RTA Nur Madinah
Sejak Bulan Agustus 2015, teh Ira resmi menjadi santri Rumah Tahfidz Anak Nur Madinah (RTA Nur Madinah). Di RTA Nur Madinah, selain materi pokok Tahfidz al-Qur’an the Ira juga menerima materi-materi Diniyyah seperti Hadits, Fiqih, Adab dan Siroh. Waktu belajarnya setiap hari senin sampai jum’at mulai jam 8 pagi sampai jam 12 siang.
Pemilihan RTA Nur Madinah merupakan jawaban dari tawaran kami kepada teh Ira untuk masuk sekolah formal. Gaya belajar Ira yang cenderung runut dan perfeksionis kami pandang cocok dengan suasana belajar formal di sekolah. Apalagi setelah a Bani masuk Pesantren, semangat belajar teh Ira terlihat menurun. Dia seolah kehilangan teman belajar, padahal selama ini jika mereka berdua bertemu yang lebih sering adalah “berantem”.
Setelah mendengar cerita Bu Deris yang anaknya, Aina sudah lebih dulu belajar di sana. The Ira pun tertarik dan akhirnya ikut belajar di RTA Nur Madinah. Di awal bulan ini, the Ira berhasil menyelesaikan hafalan Juz 30. Maka pada pembagian rapot kemarin the Ira pun diwisuda.
Rumah Qur’an
Perjalanan belajar Bani telah membawa kami akhirnya memilih Homeschooling untuk pola pendidikan di keluarga. Seolah ada trauma terhadap system pembelajaran formal, Bani cenderung menghindari nuansa belajar yang berorientasi akademik. Untuk itu orientasi belajarnya kami arahkan pada penggalian minat dan potensi. Kecenderungan Bani yang bersifat acak, membuat proses ini terkesan loncat-loncat.
Saat memulai HS, Bani cenderung memilih kegiatan menulis, setahun kemudian minatnya beralih pada membuat komik, yang kemudian disalurkan melalui les membuat komik di BCCF. Di pertengahan tahun 2015, Bani terlihat semangat untuk memfokuskan diri dalam menghafal al-Qur’an hingga akhirnya pilihannya jatuh pada Rumah Qur’an.
Pola pembelajaran di Rumah Qur;an dilakukan dengan mondok (boarding). Awalnya kami merasa keberatan jika Bani harus mondok. Namun setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya kami pun mengizinkan Bani mondok di Rumah Qur’an. Awalnya kami berencana cukup satu tahun Bani menjalani mondok di Rumah Qur’an. Karena di tahun berikutnya kami berencana memindahkan Bani ke sekolah formal. Namun, karena program belajar di Rumah Qur'an itu tiga tahun dan Bani menyatakan siap. Maka tiga tahun ke depan di sanalah petualangan belajar Bani akan dijalani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar