Mukaddimah
Berbuat
salah bagi anak bukan merupakan suatu perbuatan yang disengaja. Seringkali
mereka melakukan berbagai kesalahan dilatarbelakangi oleh keinginan mereka
mendapatkan perhatian yang lebih dari orang-orang di sekitarnya. Belum
sempurnanya tingkat perkembangan penalaran, emosi serta sosial anak merupakan
salah satu faktor mengapa anak sering berperilaku di luar norma yang ada.
Berangkat dari hal itu, penanaman disiplin terhadap anak menjadi salah satu
tugas utama bagi orangtua.
Arti
Penting Disiplin Untuk Anak
Menurut
E.Hurlock (1980) ada beberapa kebutuhan pada masa anak yang dapat diisi oleh
disiplin yang diterapkan pada anak, yaitu :
1.
Disiplin dapat
memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan.
2. Disiplin
membantu anak menghindarkan diri dari rasa bersalah, rasa malu akibat berbuat
salah, serta perasaan buruk lain yang dapat berpengaruh pada tumbuh kembangnya.
Karena disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui oleh
kelompoknya.
3. Dengan
disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang
akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini sangat
penting bagi penyesuaian kepribadiannya.
4. Disiplin
membantu anak mengembangkan “kata hati” dalam mengambil keputusan dan
mengendalikan perilakunya.
Unsur-unsur
Disiplin
Tiga
hal penting yang terkait dengan disiplin adalah : (a) peraturan; (b)
hadiah/ganjaran; dan (c) hukuman.
أدبو
أولادكم على ثلاث خصال حب نبيكم و حب ال بيته و تلاوة القران (رواه الطبرانى)
“Didiklah
anak-anakmu atas tiga hal, mencintai Nabi kalian, mencintai ahli baitnya dan
membaca al-Qur’an” (HR Thabrani).
أتقلبون
صبيانكم؟ فما نقلبهم فقال النبي : أو أملك لك أن نزع الله من قبلك الرحمة؟ (رواه البخارى
عن عائشة)
“Apakah
engkau suka menciumi anak-anakmu? Jawab mereka: Kami tidak melakukan hal itu.
Nabi bersabda: apakah kalian tidak takut Allah mencabut rasa kasih saying dari
hatimu?” (HR Bukhari dari “Aisyah ra).
Menyikapi
Kesalahan Anak
Yang
paling penting dalam menyikapi kesalahan anak adalah sikap bijaksana dari
orangtua. Banyak dari kesalahan anak dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan serta
keinginan untuk diperhatikan. Belum sempurnanya tingkat perkembangan penalaran,
emosi serta sosial anak merupakan salah satu faktor mengapa anak sering
berperilaku di luar norma yang ada. Islam selalu mengajarkan kita untuk
memperbaiki kesalahan diri sendiri maupun orang lain secara bertahap, ‘ala
qadri ‘uqulihim (sesuaikan dengan kapasitas cara berpikirnya).
Ada beberapa cara yang dilakukan Rasulullah maupun shahabatnya dalam
memperbaiki kesalahan, yaitu :
a.
Memberikan arahan; Umar bin Abi Salmah saat masih
kecil pernah makan bersama Nabi saw. Tangannya bergerak ke sana kemari di atas
hidangan, lalu Rasulullah mengarahkan agar dia makan dengan tangan kanan, dan
makan apa yang ada di dekatnya.
b.
Kata-kata yang halus; Rasulullah membawa air, lalu
beliau meminumnya. Di sebelah kanan ada seorang anak bernama Abdullah bin Abbas
dan di kiri ada beberapa orang yang sudah tua. Lalu beliau berkata kepada anak
tersebut, “bolehkah aku memberikan air ini untuk mereka?” kalimat ini memberi
pendidikan pada anak untuk beradab mendahulukan yang lebih tua.
c.
Memberi isyarat; Rasulullah sedang bersama al-Fadhl,
lalu dating seorang perempuan dari Khats’am. Al-Fadhl memperhatikan wajah
perempuan yang memag cantik tersebut. Lalu Rasulullah memalingkan wajah
al-Fadhl.
d.
Memberi teguran; Abu Dzar mencaci seorang lelaki
dengan mengatakan “Hai anak orang hitam!” Lalu Rasulullah menegurnya.
e.
Mendidik dengan ditinggalkan; Seseorang melempar batu
dengan telunjuk dan ibu jari (khadzaf). Lalu Abu Sa’id menegurnya, namun dia
melakukannya lagi, maka Abu Sa’id pun meninggalkannya sambil berkata, “Aku
tidak akan berbicara denganmu selamanya”.
f.
Memberi pukulan; Ini adalah langkah terakhir setelah
semua upaya dilakukan.
مروا
أولادكم بالصلاة و هم أبناء سبع سنين واضربوهم و هم أبناء عشر
(الحاكم)
“Perintahkanlah anakmu shalat saat mereka berusia 7
tahun dan pukullah mereka saat usia mereka 10 tahun” (HR Hakim).
Pemberian
pukulan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut,
·
Dilakukan sebagai alternatif terakhir.
·
Tidak dilakukan saat kemarahan sedang memuncak atau
diiringi dengan kebencian.
·
Tidak memukul bagian kepala, wajah dan dada.
·
Tidak memukul anak sebelum berusia 10 tahun.
Allah
berfirman dalam QS al-Baqarah ayat 44
أتأمرون الناس بالبر و تنسون
أنفسكم و أنتم تتلون الكتاب ...
“Mengapa kalian memerintahkan orang lain untuk berbuat baik tapi
kalian sendiri melupakan diri kalian (untuk berbuat baik), padahal kamu yang
membaca isi al-Qur’an…”
Rasulullah bersabda,
ما من
مولود إلا يولد على الفطرة فأبواه
يهودانه و ينصرانه و يمجسانه كما تنتج البهيمة بهيمة جمعاء هل تحسون فيها من جدعاء
(رواه مسلم عن أبي هريرة)
“Tidak ada
seorang anak pun yang dilahirkan kecuali dalam keadan suci, maka kedua
orangtuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi,
sebagaimana halnya binatang lahir dalam keadan sempurna, adakaah kau melihat
cacat padanya” (HR Muslim Dari Abu Hurairah).
Beberapa Tips Mengenai Disiplin
·
Tidak perlu membuat terlalu banyak aturan. Aturan untuk tidak bermain di
jalan itu penting, tapi keharusan makan dengan baik dan rapi, tidak perlu.
·
Bersikap tegas. Arti tegas menunjukkan perhatian dan kasih saying
daripada pantulan kecemasan. Bagaimanapun juga anak perlu tahu bahwa orangtua
terkadang memiliki aturan yang tidak bias diganggu gugat.
·
Konsisten dalam bereaksi. Sekali kita menetapkan aturan, peganglah terus.
Konsisten juga berarti perlunya reaksi yang sama antara kedua orangtua, bahkan
lebik baik lagi dari seluruh keluarga.
·
Sikap jujur itu perlu. Bila kita tidak bias memenuhi permintaan
anak karena kita lelah atau tidak mampu, katakan sejujurnya. Dengan cara ini,
lama kelamaan anak akan paham bahwa tidak setiap keinginannya dapat terpenuhi
dengan baik.
·
Jangan menawarkan tingkah laku yang diinginkan pada
anak. “Kamu mau makan?” atau “Mau
pakai baju sekarang?” hampir dipastikan jawaban anak adalah tidak. Setelah itu
orangtua akan kewalahan membujuk anak. Bila tiba waktu makan, bawalah anak
untuk makan. Bila dia sedang asyik dengan mainannya ijinkan dia tetap memainkannya
sambil makan. Hal ini membuat anak merasa dihargai.
·
Jangan menakut-nakuti anak, hanya untuk membuatnya
menurut. Berilah anak alasan sederhana
dan masuk akal mengapa mereka tidak boleh melakukan sesuatu.
·
Perhatian anak mudah teralihkan, gunakan kesempatan
ini. Bila anak sedang bermain dengan
benda berbahaya, pisau misalnya. Alihkan perhatiannya pada benda-benda yang
menarik dan ambillah pisaunya. Karena terkadang teguran saja tidak cukup.
·
Berilah pujian pada tingkah laku yang diinginkan.
·
Jangan memaksa anak melakukan tingkah laku yang tidak
diinginkannya. Misalnya memberi salam atau
bermain dengan anak yang baru dikenalnya. Cara ini hanya akan membuat anak
makin menarik diri.
Sumber Bacaan :
- Hurlock, Elizabeth B. 1980. Perkembangan Anak. Jakarta : Penerbit Erlangga.
- Rasyidin, Dedeng. 2006. Pendidikan Efektif Dalam Keluarga. Artikel dalam Risalah edisi Februari 2006.
- Seri Ayahbunda. T.th. 24 Bulan Pertama Dalam Kehidupan Anak. Jakarta : Gaya Favorit Press.
- Zakaria, Aceng. 2004. Tarbiyah An Nisa. Garut: IbnAzka Press
#ODOPfor99days
#day17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar