Selasa, 26 Januari 2016

Disiplin Untuk Anak

Mukaddimah

Berbuat salah bagi anak bukan merupakan suatu perbuatan yang disengaja. Seringkali mereka melakukan berbagai kesalahan dilatarbelakangi oleh keinginan mereka mendapatkan perhatian yang lebih dari orang-orang di sekitarnya. Belum sempurnanya tingkat perkembangan penalaran, emosi serta sosial anak merupakan salah satu faktor mengapa anak sering berperilaku di luar norma yang ada. Berangkat dari hal itu, penanaman disiplin terhadap anak menjadi salah satu tugas utama bagi orangtua.

Arti Penting Disiplin Untuk Anak
Menurut E.Hurlock (1980) ada beberapa kebutuhan pada masa anak yang dapat diisi oleh disiplin yang diterapkan pada anak, yaitu :
1.   Disiplin dapat memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
2.  Disiplin membantu anak menghindarkan diri dari rasa bersalah, rasa malu akibat berbuat salah, serta perasaan buruk lain yang dapat berpengaruh pada tumbuh kembangnya. Karena disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui oleh kelompoknya.
3.  Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini sangat penting bagi penyesuaian kepribadiannya.
4.  Disiplin membantu anak mengembangkan “kata hati” dalam mengambil keputusan dan mengendalikan perilakunya.

Unsur-unsur Disiplin
Tiga hal penting yang terkait dengan disiplin adalah : (a) peraturan; (b) hadiah/ganjaran; dan (c) hukuman.
أدبو أولادكم على ثلاث خصال حب نبيكم و حب ال بيته و تلاوة القران (رواه الطبرانى)
“Didiklah anak-anakmu atas tiga hal, mencintai Nabi kalian, mencintai ahli baitnya dan membaca al-Qur’an” (HR Thabrani).
أتقلبون صبيانكم؟ فما نقلبهم فقال النبي : أو أملك لك أن نزع الله من قبلك الرحمة؟ (رواه البخارى عن عائشة)
“Apakah engkau suka menciumi anak-anakmu? Jawab mereka: Kami tidak melakukan hal itu. Nabi bersabda: apakah kalian tidak takut Allah mencabut rasa kasih saying dari hatimu?” (HR Bukhari dari “Aisyah ra).

Menyikapi Kesalahan Anak
Yang paling penting dalam menyikapi kesalahan anak adalah sikap bijaksana dari orangtua. Banyak dari kesalahan anak dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan serta keinginan untuk diperhatikan. Belum sempurnanya tingkat perkembangan penalaran, emosi serta sosial anak merupakan salah satu faktor mengapa anak sering berperilaku di luar norma yang ada. Islam selalu mengajarkan kita untuk memperbaiki kesalahan diri sendiri maupun orang lain secara bertahap, ‘ala qadri ‘uqulihim (sesuaikan dengan kapasitas cara berpikirnya). Ada beberapa cara yang dilakukan Rasulullah maupun shahabatnya dalam memperbaiki kesalahan, yaitu :
a.   Memberikan arahan; Umar bin Abi Salmah saat masih kecil pernah makan bersama Nabi saw. Tangannya bergerak ke sana kemari di atas hidangan, lalu Rasulullah mengarahkan agar dia makan dengan tangan kanan, dan makan apa yang ada di dekatnya.
b.   Kata-kata yang halus; Rasulullah membawa air, lalu beliau meminumnya. Di sebelah kanan ada seorang anak bernama Abdullah bin Abbas dan di kiri ada beberapa orang yang sudah tua. Lalu beliau berkata kepada anak tersebut, “bolehkah aku memberikan air ini untuk mereka?” kalimat ini memberi pendidikan pada anak untuk beradab mendahulukan yang lebih tua.
c.   Memberi isyarat; Rasulullah sedang bersama al-Fadhl, lalu dating seorang perempuan dari Khats’am. Al-Fadhl memperhatikan wajah perempuan yang memag cantik tersebut. Lalu Rasulullah memalingkan wajah al-Fadhl.
d.   Memberi teguran; Abu Dzar mencaci seorang lelaki dengan mengatakan “Hai anak orang hitam!” Lalu Rasulullah menegurnya.
e.   Mendidik dengan ditinggalkan; Seseorang melempar batu dengan telunjuk dan ibu jari (khadzaf). Lalu Abu Sa’id menegurnya, namun dia melakukannya lagi, maka Abu Sa’id pun meninggalkannya sambil berkata, “Aku tidak akan berbicara denganmu selamanya”.
f.   Memberi pukulan; Ini adalah langkah terakhir setelah semua upaya dilakukan.
مروا أولادكم بالصلاة و هم أبناء سبع سنين واضربوهم و هم أبناء عشر   (الحاكم)
      “Perintahkanlah anakmu shalat saat mereka berusia 7 tahun dan pukullah mereka saat usia mereka 10 tahun” (HR Hakim).
Pemberian pukulan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut,
·         Dilakukan sebagai alternatif terakhir.
·         Tidak dilakukan saat kemarahan sedang memuncak atau diiringi dengan kebencian.
·         Tidak memukul bagian kepala, wajah dan dada.
·         Tidak memukul anak sebelum berusia 10 tahun.
Allah berfirman dalam QS al-Baqarah ayat 44
أتأمرون الناس بالبر و تنسون أنفسكم و أنتم تتلون الكتاب ...
“Mengapa kalian memerintahkan orang lain untuk berbuat baik tapi kalian sendiri melupakan diri kalian (untuk berbuat baik), padahal kamu yang membaca isi al-Qur’an…”
Rasulullah bersabda,
ما من  مولود  إلا يولد على الفطرة فأبواه يهودانه و ينصرانه و يمجسانه كما تنتج البهيمة بهيمة جمعاء هل تحسون فيها من جدعاء (رواه مسلم عن أبي هريرة)
“Tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan kecuali dalam keadan suci, maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi, sebagaimana halnya binatang lahir dalam keadan sempurna, adakaah kau melihat cacat padanya” (HR Muslim Dari Abu Hurairah). 

Beberapa Tips Mengenai Disiplin
·         Tidak perlu membuat terlalu banyak aturan. Aturan untuk tidak bermain di jalan itu penting, tapi keharusan makan dengan baik dan rapi, tidak perlu.
·         Bersikap tegas. Arti tegas menunjukkan perhatian dan kasih saying daripada pantulan kecemasan. Bagaimanapun juga anak perlu tahu bahwa orangtua terkadang memiliki aturan yang tidak bias diganggu gugat.
·         Konsisten dalam bereaksi. Sekali kita menetapkan aturan, peganglah terus. Konsisten juga berarti perlunya reaksi yang sama antara kedua orangtua, bahkan lebik baik lagi dari seluruh keluarga.
·         Sikap jujur itu perlu. Bila kita tidak bias memenuhi permintaan anak karena kita lelah atau tidak mampu, katakan sejujurnya. Dengan cara ini, lama kelamaan anak akan paham bahwa tidak setiap keinginannya dapat terpenuhi dengan baik.
·         Jangan menawarkan tingkah laku yang diinginkan pada anak. “Kamu mau makan?” atau “Mau pakai baju sekarang?” hampir dipastikan jawaban anak adalah tidak. Setelah itu orangtua akan kewalahan membujuk anak. Bila tiba waktu makan, bawalah anak untuk makan. Bila dia sedang asyik dengan mainannya ijinkan dia tetap memainkannya sambil makan. Hal ini membuat anak merasa dihargai.
·         Jangan menakut-nakuti anak, hanya untuk membuatnya menurut. Berilah anak alasan sederhana dan masuk akal mengapa mereka tidak boleh melakukan sesuatu.
·         Perhatian anak mudah teralihkan, gunakan kesempatan ini. Bila anak sedang bermain dengan benda berbahaya, pisau misalnya. Alihkan perhatiannya pada benda-benda yang menarik dan ambillah pisaunya. Karena terkadang teguran saja tidak cukup.
·         Berilah pujian pada tingkah laku yang diinginkan.
·         Jangan memaksa anak melakukan tingkah laku yang tidak diinginkannya. Misalnya memberi salam atau bermain dengan anak yang baru dikenalnya. Cara ini hanya akan membuat anak makin menarik diri.

Sumber Bacaan :
  1. Hurlock, Elizabeth B. 1980. Perkembangan Anak. Jakarta : Penerbit Erlangga.
  2. Rasyidin, Dedeng. 2006. Pendidikan Efektif Dalam Keluarga. Artikel dalam Risalah edisi Februari 2006.
  3. Seri Ayahbunda. T.th. 24 Bulan Pertama Dalam Kehidupan Anak. Jakarta : Gaya Favorit Press.
  4. Zakaria, Aceng. 2004. Tarbiyah An Nisa. Garut: IbnAzka Press
#ODOPfor99days
#day17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar