Ilutrasi
Betapa senangnya Sholeh, saat
kepulangannya disambut dengan celoteh dan gelak tawa si kecil. Rasa lelah dan
penat setelah bekerja seharian penuh mendadak hilang. Apalagi saat si kecil 2
tahunnya mulai menyanyi dengan gaya dan lafal yang lucu dan menggemaskan.
Padahal anak tetangga yang seusianya belum dapat melakukan itu. Hal ini
memberikan kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri yang seringkali dirindukan
saat dia tidak ada di samping si kecil.
Masa 2 tahun memang merupakan masa yang pesat bagi
perkembangan bicara dan berbahasa anak. Banyak kosakata baru yang mulai dapat
diucapkan pada masa ini meskipun pelafalannya masih belum jelas dan benar.
Sebenarnya perkembangan bahasa sudah dimulai sejak anak lahir. Perkembangan
bahasa pada anak dimulai dengan bahasa tangisan, isyarat, kemudian ocehan, dan
celoteh. Biasanya saat anak menginjak usia satu tahun anak mulai dapat
mengucapkan satu atau dua buah kata sebagai kata pertamanya.
Perkembangan bahasa pada setiap
anak akan berbeda tergantung berbagai hal. Menurut para ahli, perkembangan
bahasa anak terkait erat dengan kapasitas intelegensi atau kecerdasannya.
Namun, rangsangan dan latihan dari lingkungan juga turut mendukung terhadap
perkembangan bahasa. Anak yang sering diajak berbicara dan mengobrol, sering
mendengarkan orang berbicara cenderung lebih cepat menguasai kemampuan
berbicara dibandingkan anak yang tidak mendapatkan rangsangan.
Ajaklah anak untuk ngobrol
Bahasa pertama pada anak merupakan
tiruan dari apa yang dia dengar dari lingkungannya. Semakin banyak dan semakin
sering anak mendengar, maka akan semakin banyak kata yang dia kuasai. Untuk itu
mengajak anak anda berkomunikasi, ngobrol, dan bercerita merupakan salah satu
sarana penting dalam mengajarkan anak berbicara.
Berbicara pada anak tidak hanya dilakukan pada anak yang
sudah agak besar, namun juga pada bayi yang baru lahir. Tangisan, isyarat,
ocehan, serta celoteh bayi merupakan awal dari perkembangan bahasa. Pada masa
tersebut bayi sedang belajar mengendalikan suara sehingga menghasilkan bunyi
yang berbeda-beda. Dengan rangsangan yang diberikan oleh orangtua lewat obrolan
dan komunikasi dengan bayi, maka dapat mempercepat proses belajar dan mendorong
munculnya keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Biasanya bayi lebih
sering berceloteh saat ada orang yang berceloteh atau mengajaknya berbicara
dibandingkan saat bayi sendirian.
Jangan gunakan “bahasa bayi"
Pada masa perkembangan berbicara, orangtua adalah contoh
utama dalam berbicara. Oleh karena itu, berbicaralah dengan bahasa yang baik.
Sebaiknya orangtua tidak lagi menggunakan “bahasa bayi” saat si kecil sudah
mulai dapat mengucapkan beberapa kata. Perkembangan bahasa anak akan terhambat,
bila orangtua tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Konsisten dalam menggunakan bahasa
Hal lain yang tidak kalah penting
dalam mengajarkan anak berbicara adalah konsistensi penggunaan bahasa. Baik
bahasa daerah, bahasa nasional, ataupun bahasa asing yang dijadikan bahasa ibu
bagi anak, yang terpenting adalah orangtua konsisten dan berusaha menggunakan
bahasa yang baik dan benar. Fenomena yang terjadi pada masyarakat kita (baca:
masyarakat sunda), banyak orangtua yang memaksakan anaknya untuk menggunakan
bahasa nasional sebagai bahasa ibu namun dengan logat dan struktur kata bahasa
sunda. Kondisi tersebut bisa jadi merupakan salah satu faktor penyebab
keterlambatan kemampuan berbicara pada anak.
Jangan paksakan anak
Setiap anak lahir dengan kapasitas
dan karakteristik yang unik, sehingga pola perkembangan dan pertumbuhannya pun
cenderung unik. Terdapat pola umum dalam perkembangan, namun tidak berarti
setiap anak harus dapat mengikuti pola tersebut. Ada anak yang cenderung
mendahulukan perkembangan kemampuan psikomotorik, seperti berjalan. Ada pula
yang cenderung mengutamakan perkembangan biologis, seperti pertumbuhan gigi dan
tulang, dan ada pula yang cenderung mengutamakan perkembangan kognitif, seperti
berbicara.
Untuk itu orangtua tidak perlu terlalu merasa takut dan
khawatir bila anaknya mengalami keterlambatan dalam berbicara. Yang paling
penting sebagai orangtua, kita terus memberikan rangsangan dan kesempatan.
Jangan selalu membanding-bandingkan anak anda dengan anak yang lain, apalagi
memaksanya untuk menguasai keterampilan tertentu. Hal tersebut akan berdampak
pada kondisi psikologis anak yang merasa tidak diterima apa adanya oleh
lingkungannya.
#ODOPfor99days
#day19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar