Selasa, 19 Januari 2016

Stimulasi Membaca dan Menulis Pada Anak (Part 1)

Orientasi Belajar Membaca
Membaca dan menulis merupakan dua kemampuan dasar di samping berhitung yang harus dimiliki seorang anak. Kemampuan membaca dan menulis merupakan salah satu modalitas dalam belajar. Untuk itu dua jenis kemampuan ini seringkali menjadi perhatian orangtua yang memiliki anak usia pra sekolah. Banyak di antara mereka berharap agar di usia sekolah anaknya sudah memiliki dua keterampilan ini.
Perdebatan mengenai kapan sebaiknya mengajarkan membaca dan menulis pada anak, hingga hari ini belum juga usai. Banyak para ahli menyatakan dampak negatif mengajarkan membaca dan menulis secara formal pada anak usia pra-sekolah. Namun, seolah tidak menggubris pendapat tersebut. Hingga hari ini masih banyak sekali TK-TK dan yang sejenisnya melakukan hal itu. Alasannya, tuntutan pra syarat masuk sekolah dasar.
Terlepas dari perdebatan tersebut, jika membaca buku "Membuat Anak Gila Membaca"-nya Ust. M. Fauzil Adhim, kita akan digiring pada pemahaman bahwa orientasi utama dari mengajarkan membaca pada anak bukan sampai pada BISA, tapi pada SUKA bahkan GILA membaca. Karena membaca menurut beliau bukan hanya sarana menggali informasi. Namun, merupakan sarana utama untuk mengenal Rabb. Sebagaimana dinyatakan dalam wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
"Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Bacalah! Dan Tuhanmu yang Maha Mulia..." (QS al-'Alaq ayat 1-2)
Beliau menegaskan bahwa ayat ini diturunkan pada zaman Jahiliyyah. Dimana orang-orang di zaman itu bukanlah orang yang tidak memiliki ilmu. Namun, mereka tidak mampu mengeratkan keilmuannya dengan keimanan. Sehingga turunnya ayat ini, mewajibkan kita membaca dan mencari ilmu dengan tujuan mengokohkan bangunan iman dalam dada kita.
Dengan munculnya berbagai metode, strategi serta sarana belajar membaca. Kini banyak anak yang bisa membaca pada usia dini. Lantas, apakah saat mereka bisa membaca, mereka pun suka membaca? Jawabannya belum tentu. Ketika itu terjadi apakah tujuan membaca sebagai modal belajar dan mencari ilmu menjadi tercapai?
Jika pembelajaran membaca hanya diorientasikan pada bisa membaca. Akhirnya anak-anak pun digegas untuk bisa membaca. Hasilnya setengah matang, bahkan mentah. Mereka mungkin bisa membaca di usia dini, namun tak sedikit diantara mereka yang akhirnya tidak suka bahkan benci dengan dunia membaca.
Dalam teori perkembangan dikenal sebuah formula HET yang merupakan singkatan dari Heredity (bawaan), Environment (lingkungan), dan Time (kematangan). Formula ini menjelaskan bahwa perkembangan itu dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu pengaruh bawaan yang diturunkan secara genetik,  pengaruh lingkungan tempat individu itu berkembang, serta pengaruh kematangan baik fisik maupun psikis. Ketiga faktor tersebut memiliki peran yang seimbang dalam menentukan pola perkembangan seseorang.
Demikian pula pada belajar membaca. Selain kecerdasan sebagai faktor H dan pembelajaran sebagai faktor E, dibutuhkan pula kesiapan sebagai faktor T. Kesiapan  membaca (reading readiness) akan memunculkan minat dan ketertarikan anak untuk belajar membaca. Untuk menumbuhkannya, maka sepatutnya yang dilakukan pada anak usia dini bukanlah belajar membaca, tapi memberikan pengalaman pra membaca (pre reading experience)
Bersambung....
#ODOPfor99days #day12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar